Daya serap air Water Absorption

Grafik 2 Interaksi antara perendaman dengan geometri partikel yang berpengaruh terhadap kadar air papan partikel. Menurut Fardianto 2009 zat ekstraktif lebih mudah terlarut dalam air dengan suhu tinggi 70-100 o C karena proses kenaikan suhu perendaman memicu zat ekstraktif untuk larut besama zat pelarut. Suhu air yang lebih tinggi mampu mendegradasi struktur zat ekstraktif tertentu sehingga dapat larut bersama air. Oleh karena itu, dapat menurunkan higroskopisitas pada papan partikel. Kadar air papan partikel pada penelitian ini sudah sesuai dengan standar JIS A 5908 : 2003 yaitu 5-13.

4.1.3 Daya serap air Water Absorption

Gambar 7 Histogram daya serap air papan partikel 2 jam dan 24 jam. Keterangan : D = perendaman dingin Kadar air papan partikel 0.00 5.00 10.00 15.00 perendaman dan geometri partikel K A rataan KA 10.57 10.77 8.86 9.37 10.23 8.90 D20 D40 D60 P20 P40 P60 Daya serap air papan partikel 21.75 11.70 28.66 27.75 25.92 43.98 55.41 30.73 53.20 67.91 56.36 71.91 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 D20 D40 D60 P20 P40 P60 perendaman dan geometri partikel D S A DSA 2 jam DSA 24 jam P = perendaman panas Daya serap air water absorption merupakan sifat fisis yang mencerminkan kemampuan papan partikel untuk menyerap air setelah direndam di dalam air selama 2 jam dan 24 jam. Hasil pengujian daya serap air papan partikel yang dapat dilihat pada Gambar 7 dan Lampiran 3, diperoleh penyerapan air selama perendaman 2 jam sekitar 11,70-43,98, sedangkan daya serap air papan partikel selama 24 jam berkisar antara 30,73-71,91. Nilai daya serap air 2 jam yang tertinggi pada papan partikel 60 mesh dengan perlakuan perendaman panas dan terendah pada papan partikel 40 mesh dengan perlakuan perendaman dingin. Sedangkan daya serap air 24 jam yang tertinggi pada papan partikel 60 mesh dengan perlakuan perendaman panas dan nilai terendah pada papan partikel 40 mesh dengan perlakuan perendaman dingin. Hal ini berbeda dengan papan partikel sekam padi tanpa perlakuan pendahuluan yang dihasilkan pada penelitian Setiawan 2008 memiliki daya serap air selama 2 jam sebesar 9,06-41,55 dan selama 24 jam sebesar 38,18-127,01. Perendaman dan geometri partikel sangat berpengaruh nyata terhadap hasil pengujian daya serap air baik itu pada perendaman papan partikel selama 2 jam maupun 24 jam. Hasil analisis keragaman dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7 sedangkan hasil uji Tukey pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Tabel 6. Analisis keragaman daya serap air 2 jam papan partikel Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F Pr F perendaman 1 631.4273389 631.4273389 12.83 0.0038 geometri 2 951.3408778 475.6704389 9.67 0.0032 perendamangeometri 2 77.7966778 38.8983389 0.79 0.4759 Keterangan : = nyata, = sangat nyata Hasil uji Tukey menunjukkan bahwa daya serap air selama 2 jam pada papan partikel dengan perlakuan perendaman panas lebih besar dibandingkan papan partikel dengan perlakuan perendaman dingin. Dilihat dari geometri partikel, papan partikel yang terbuat dari partikel 60 mesh berbeda nyata dengan partikel 20 mesh dan 40 mesh, sedangkan penyerapan air pada papan partikel 20 mesh dan 40 mesh tidak berbeda nyata. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 3 dan Grafik 4. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perendaman dan geometri partikel yang optimal dalam merespon daya serap air papan partikel selama perendaman 2 jam adalah perendaman dingin dengan partikel 20 mesh. Grafik 3 Faktor perendaman yang berpengaruh terhadap daya serap air papan partikel selama 2 jam. Grafik 4 Faktor geometri partikel yang berpengaruh terhadap daya serap air papan partikel selama 2 jam. Tabel 7. Analisis keragaman daya serap air 24 jam papan partikel Sumber Keragaman db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Nilai F Pr F perendaman 1 1615.392800 1615.392800 20.30 0.0007 geometri 2 1380.288533 690.144267 8.67 0.0047 perendamangeometri 2 129.354533 64.677267 0.81 0.4667 Keterangan : = nyata, = sangat nyata Daya serap air 2 jam 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 perendaman D S A rataan DSA 20.70 32.55 Dingin Panas Daya serap air 2 jam 10 20 30 40 geometri partikel D S A rataan DSA 24.75 18.81 36.32 20 mesh 40 mesh 60 mesh Pada perendaman selama 24 jam, daya serap air pada papan partikel dengan perlakuan perendaman panas lebih besar dibandingkan papan partikel dengan perlakuan perendaman dingin. Dilihat dari geometri partikel, papan partikel 40 mesh berbeda nyata dengan papan partikel 20 mesh dan 60 mesh, sedangkan antara papan partikel 20 mesh dan 60 mesh tidak berbeda nyata dalam penyerapan air tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Grafik 5 dan Grafik 6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perendaman dan geometri partikel yang optimal untuk merespon daya serap air papan partikel selama perendaman 24 jam adalah perendaman dingin dengan partikel 40 mesh. Grafik 5 Faktor perendaman yang berpengaruh terhadap daya serap air papan partikel selama 24 jam. Grafik 6 Faktor geometri partikel yang berpengaruh terhadap daya serap air papan partikel selama 24 jam. Menurut Hadi 1991 perendaman selumbar dengan air dingin sangat mempengaruhi penyerapan air dan pengembangan tebal papan partikel pada Daya serap air 24 jam 20 40 60 80 perendaman D S A rataan DSA 46.45 65.39 Dingin Panas Daya serap air 24 jam 20 40 60 80 geometri partikel D S A rataan DSA 61.66 43.55 62.56 20 mesh 40 mesh 60 mesh pengujian 24 jam. Semakin lama selumbar direndam, penyerapan air dan pengembangan papannya semakin kecil, akan tetapi perendaman selumbar selama dua, tiga, dan empat hari tidak menunjukan penurunan yang besar terhadap penyerapan air dan pengembangan tebal papan partikel. Faktor yang mempengaruhi penyerapan air papan partikel yaitu adanya saluran kapiler yang menghubungkan antar ruang kosong, volume ruang kosong diantara kapiler, dan luas permukaan partikel yang tidak dapat ditutupi perekat Djalal 1984. Pada standar JIS A 5908 tidak menetapkan nilai pengujian daya serap air. Akan tetapi pengujian daya serap air ini dilakukan untuk mengetahui ketahanan papan komposit yang dihasilkan terhadap air, jika digunakan untuk penggunaan eksterior atau penggunaan yang sering berhubungan langsung dengan pengaruh cuaca kelembaban air dan hujan.

4.1.4 Pengembangan tebal Thickness Swelling