2.3.2 Faktor Edafik
Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan dengan baik di tanah
mineral maupun di tanah gambut PPKS 2006. Menurut Sastrosayono 2006, kelapa
sawit dapat tumbuh dengan baik di beberapa jenis tanah dengan syarat tidak kekurangan
air pada musim kemarau dan tidak tergenang pada musim hujan drainase baik. Sifat fisik
tanah dan lahan pada tanah mineral yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit agar
tumbuh dan berkembang dengan baik antara lain: solum yang tebal lebih dari 80 cm,
tekstur tanah yang optimal perbandingan pasir 20-60, debu 10-40, dan liat 20-
50, drainase yang baik, topografi yang tidak ekstrim, dan pH tanah 4.0-6.0.
Budidaya kelapa sawit di lahan gambut perlu memperhatikan tingkat kematangan dan
kedalaman gambut, pengelolaan air water management, penanganan defisiensi hara
mikro, dan penurunan muka air tanah PPKS 2006.
Selain sifat-sifat fisik dan kimia, letak dan keadaan topografis lahan untuk perkebunan
kelapa sawit
juga perlu
diperhatikan Setyamidjaja 1991. Kriteria kemiringan
lahan yang baik untuk pengusahaan kelapa sawit adalah lebih kecil dari 12
o
. Kemiringan lahan lebih dari 23
o
sangat tidak baik untuk membudidayakan kelapa sawit karena sangat
berpotensi untuk mengakibatkan erosi dan mempersulit
proses pengangkutan
dan distribusi hasil panen Pahan 2011.
2.4 Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
Tanaman kelapa
sawit berpeluang
menghasilkan tandan buah segar sepanjang tahun. Proses pembentukan buah, dimulai
dari penyerbukan sampai pematangan, sangat dipengaruhi oleh dinamika iklim terutama
curah hujan. Oleh karena itu, lama proses pematangan buah di beberapa kawasan dapat
berbeda, misalnya di Sumatera memerlukan waktu 5-6 bulan, Malaysia memerlukan
waktu 5.5 bulan, dan di Afrika Barat memerlukan waktu 6-9 bulan. Proses
pematangan buah dalam satu tandan tidak terjadi sekaligus tetapi dimulai dari bagian
atas dan samping yang terkena sinar matahari menuju ke arah pangkal. Tandan buah telah
siap dipanen apabila beberapa buah telah terlepas secara alami Setyamidjaja 1991.
Tandan buah kelapa sawit mencapai matang panen setelah tanaman berumur 3-4
tahun di lapangan. Produktivitas tandan buah kelapa sawit mencapai maksimum pada umur
tanaman 8-12 tahun dan kemudian menurun hingga umur 25 tahun umur ekonomis.
Jumlah tandan buah per pohon dipengaruhi oleh laju produksi daun, rasio seks bunga,
dan kegagalan pembentukan tandan gugur bunga.
Studi kasus
di Malaysia
menunjukkan bahwa cekaman kekeringan mengakibatkan terjadinya penurunan rasio
seks bunga betina terhadap bunga jantan 16- 22 bulan setelah kekeringan Darlan 2011.
2.5
Kebutuhan Air Tanaman Kelapa Sawit
Kebutuhan air tanaman kelapa sawit pada dasarnya berbeda disetiap fase pertumbuhan.
Rata-rata kebutuhan air tanaman kelapa sawit pada fase pembibitan nursery selama 12
bulan adalah 2.25 literpolibag atau setara dengan curah hujan 3.4 mmhari. Penyiraman
tidak perlu dilakukan apabila hujan turun curahan minimum 8 mm. Kebutuhan air
tanaman kelapa sawit umur 11 tahun di perkebunan komersial sekitar 1.950 mm per
tahun Pahan 2011. Menurut Murtilaksono et al. 2007 kelapa sawit membutuhkan air
paling sedikit 150 mmbulan atau 5-6 mmhari.
Kelapa sawit tidak hanya mengalami defisit air pada kondisi curah hujan rendah
tetapi juga pada kondisi curah hujan tinggi dengan periode bulan kering yang panjang
Rahutomo 2007. Defisit air pada tanaman kelapa sawit dapat mengakibatkan penurunan
laju fotosintesis dan gangguan distribusi asimilat. Kurangnya ketersediaan air juga
berdampak negatif pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit
Balitklimat 2007.
Kekeringan mulai terjadi apabila defisit air mencapai 200 mm pada tanaman kelapa
sawit Siregar et al. 1995. Kekeringan pada bagian vegetatif menyebabkan penutupan
stomata daun dan menghambat pertumbuhan pelepah sedangkan kekeringan pada bagian
generatif menyebabkan penurunan produksi tanaman Balitklimat 2007. Defisit air yang
tinggi menyebabkan kegagalan matang panen sehingga buah menjadi busuk. Pengaruh ini
secara langsung menyebabkan penurunan produksi tandan buah segar Rahutomo
2007. 2.6
Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah ukuran total kehilangan air dari suatu luasan lahan melalui
evaporasi permukaan tanah dan transpirasi permukaan
daun Handoko
1993. Evapotranspirasi akan berlangsung apabila
ketersediaan air tidak terbatas bagi stomata tanaman dan permukaan tanah. Kebutuhan air
potensial untuk tanaman kelapa sawit evapotranspirasi potensial, ETp rata-rata
adalah 4 mmhari atau 120 mmbulan sedangkan kebutuhan air potensial tanaman
kelapa sawit ETp pada musim kemarau adalah 5-6 mmhari atau 150-180 mmbulan
Siregar et al. 2006. Kebutuhan air potensial ETp dan aktual ETa tanaman kelapa sawit
menurut umur di lapangan ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 ETp dan ETa tanaman kelapa sawit
pada berbagai umur
Umur Tanaman
tahun ETp
mmhari musim
kemarau ETp
mmhari musim
hujan ETa
mmhari 1-3
4.3 3-7
5.5-6.5 3.0-4.5
3.3 7-15
6.0-7.0 15
7.0-8.0 Rerata
4-25 5
4 3-6
Sumber: Siregar et al. 2006 2.7
Teknik Konservasi Air dan Tanah
Prinsip teknik konservasi air adalah pemanfaatan air yang jatuh ke permukaan
tanah secara efisien dengan mengatur waktu aliran sehingga tidak terjadi banjir dan
mampu menyediakan air pada waktu musim kemarau. Konservasi air dapat dilakukan
dengan
meningkatkan pemanfaatan
air permukaan dan air tanah dan meningkatkan
efisiensi pemakaian air irigasi. Prinsip konservasi
tanah tergantung
pada pengendalian kelebihan air yang mengalir di
atas permukaan tanah. Teknik konservasi tanah dilakukan dengan metode vegetatif dan
mekanik Konservasi tanah secara vegetatif menggunakan vegetasi untuk mengendalikan
erosi dan aliran permukaan sedangkan konservasi tanah secara mekanik menerapkan
semua
perlakuan fisik
mekanis dan
pembuatan bangunan untuk mengurangi aliran permukaan, erosi, dan meningkatkan
kemampuan penggunaan tanah Arsyad 2000.
Tindakan konservasi air diperlukan untuk mengelola air hujan yang jatuh di permukaan
lahan dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Salah satu teknik konservasi air dan tanah
yang umum diterapkan di perkebunan kelapa sawit adalah pembuatan rorak. Menurut Agus
dan Ruitjer 2004, rorak adalah lubang kecil yang digunakan untuk menampung sebagian
air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak akan tersimpan untuk sementara
dan secara perlahan akan meresap ke dalam pori-pori tanah sehingga mengurangi aliran
permukaan dan erosi. Rorak silt pit dapat dibuat dengan
ukuran dalam 60 cm, lebar 50 cm, dengan panjang sekitar 4-5 meter. Panjang rorak
dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan
rorak lain berkisar 10-15 meter sedangkan jarak horizontal berkisar antara 20 meter pada
lereng yang landai dan agak miring sampai 10 meter pada lereng yang curam Arsyad
2000. Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi daya serap atau
infiltrasi rendah dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek Agus dan Ruitjer 2004.
III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian