9
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Protokol Montreal dan Pemanasan Global
Pada akhir tahun 1920-an, sistem pendingin dan pengatur udara menggunakan bahan kimia seperti amonia, klorometana, propana dan sulfur
oksida sebagai bahan pendingin. Walaupun efektif, bahan-bahan kimia tersebut bersifat racun, mudah terbakar dan dapat menyebabkan penyakit
dan kematian yang cukup serius. Thomas Midgley, Jr. dan Albert L. Henne mengembangkan suatu bahan yang menggabungkan fluor dan hidrokarbon
menjadi Chlorofluorocarbon atau yang lebih dikenal dengan CFC. “Freon” yang merupakan merek dagang menjadi sebutan umum untuk CFC. Pada
tahun 1974, dua orang ilmuwan yang bernama Sherwood Rowland dan Mario Molina dari University of California menyampaikan hasil penelitian
yaitu bahwa bahan kimia CFC dapat menguraikan ikatan molekul ozon yang berada di statosfir. Lapisan ini berguna untuk melindungi permukaan bumi
dari bahaya radiasi ultraviolet yang berasal dari sinar matahari Hidayat, et al., 2010.
Penipisan lapisan ozon dapat berdampak negatif terhadap kehidupan manusia, karena dapat menyebabkan pe rubahan metabolisme sel tumbuhan
maupun hewan dan dapat merusak material genetik. Di alam, adanya peningkatan radiasi UV-B yang berlebihan akan dapat mempengaruhi reaksi
kimia atmosfer yang dapat memicu terjadinya hujan asam dan pemanasan global Hidayat et al. 2010.
Salah satu akibat negatif dari makin menipisnya lapisan ozon adalah gangguan kesehatan yang berupa katarak mata, kanker kulit dan
menurunnya efek imunitas tubuh. Menurut US EPA 2011 paparan sinar UV-B dapat menyebabkan kerusakan kumulatif terhadap sistem mata,
karena dapat merusak kornea mata, selain itu juga dapar menyebabkan terjadinya katarak mata. Penggunaan kaca mata hitam sunglasses sangat
disarankan pada saat matahari bersinar sangat terang.
Pada penelitian yang dilakukan di Kota Makassar pada tahun 2009- 2010, diperoleh hasil bahwa pada lokasi dengan paparan UV yang rendah
mempunyai kecenderungan prevalensi katarak yang lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang mendapatkan paparan UV yang tinggi.
Penurunan risiko pada paparan UV rendah mencapai 30. Kemudian pada daerah dengan lokasi yang terpapar sinar UV pada kadar yang rendah
memiliki faktor proteksi terhadap katarak hingga kurang lebih 40. Namun demikian, perlu juga dilihat adanya faktor lain yang mempengaruhi
prevalensi kasus katarak mata ini Moeloek et al. 2010.
Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan lingkungan global yang saat ini menjadi isu paling hangat seiring dengan makin
menghangatnya bumi akibat pemanasan global. Ozon mempengaruhi iklim, dan iklim mempengaruhi ozon. Suhu,
kelembaban, angin, dan adanya bahan kimia lainnya yang berpengaruh dalam pembentukan ozon atmosfer, dan kehadiran ozon, merupakan hal-hal
yang dapat mempengaruhi ruang atmosfer. Interaksi antara ozon dan iklim telah menjadi subyek diskusi sejak awal 1970-an ketika para ahli
10 menyatakan bahwa bahan kimia buatan manusia dapat menguraikan ikatan
molekul ozon. Gambar 2.1 menunjukkan kaitan antara penipisan ozon dan perubahan iklim.
Ozon berdampak pada iklim terutama terkait dengan perubahan suhu. Semakin banyak ozon yang ada di kantung udara, maka panas yang ada
tetap bertahan. Ozon menghasilkan panas di stratosfer, baik yang berasal dari absorpsi radiasi ultraviolet matahari maupun hasil serapan radiasi
infrared di troposfer. Akibatnya, ozon stratosfer makin menurun pada suhu yang makin rendah. Hasil pengamatan menunjukkan,selama beberapa
dasawarsa terakhirsudah terjadi pendinginan sebesar 1
°C sampai 6 °Cpada jarak 30 hingga 50 kilometer di atas permukaan bumi. Proses penurunan
suhu di stratosfer berlangsung bersamaan dengan makin meningkatnya emisi gas rumah kaca di lapisan troposfer.
Penipisan lapisan ozon dan pemanasan global mempunyai kaitan yang sangat erat mencakup masalah ilmiah, teknologi maupun dampaknya.
Peningkatan temperatur permukaan bumi menyebabkan turunnya temperatur lapisan stratosfir, sehingga dapat memperlambat pemulihan
lapisan ozon. Ilmuwan NASA memperkirakan bahwa terjadinya pemanasan global dapat memperlambat pemulihan lapisan ozon 18 tahun dari perkiraan
semula tahun 2050 menjadi 2068. Bahan-bahan perusak ozon seperti CFC, HCFC, Halon, dan Metil bromida memiliki kemampuan yang lebih tinggi
ribuan kali dibandingkan dengan CO
2
dalam menyebabkan pemanasan global. Dengan demikian, refrigeran yang termasuk dalam kelompok
halokarbon seperti CFC dan HCFC merupakan GRK yang cukup kuat Indartono 2009.
Protokol Montreal melalui mekanisme penghapusan BPO yang sudah dijalankan mulai tahun 1987 sampai saat ini telah memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap pengurangan jumlah emisi GRK, yaitu sebesar 8 Giga ton setara CO
2
per tahun atau 30 dari emisi GRK dunia Shende 2006.
Emisi bahan pendingin dari jenis HCFC pada tahun 2002 mencapai setengah dari konsumsi bahan pendingin total 470 000 ton di seluruh dunia.
Apabila tidak ada upaya pengurangan atau penghapusan maka pada tahun 2015 diperkirakan jumlah emisi pendingin bisa mencapai dua kali lipatnya.
Dan bila dilakukan berbagai upaya penghapusan emisi bahan pendingin jumlahnya tidak akan bertambah secara signifikan dari jumlah tahun 2002.
Jumlah terbesar dari bahan pendingin yang digunakan, jenis HCFC-22 merupakan jumlah yang paling banyak, diikuti oleh CFC-12, dan HFC-134a.
Tetapi bila dilihat dari dampak pemanasan global, emisi CFC-12 merupakan emiter terbesar yang diikuti oleh HCFC-22 dan HFC-134a. Pada tahun 2015,
dengan skenario tanpa ada upaya penghapusan, maka total emisi bahan pendingin dapat mencapai 1.5 Giga ton setara CO
2
dan apabila dilakukan berbagai upaya pengurangan, maka jumlah emisi bahan pendingin tersebut
dapat dikurangi sampai 0.8 Giga ton setara CO
2
pada tahun 2015. Dari jumlah prosentasenya, dampak bahan pendingin terhadap pemanasan global
mencapai 55 untuk CFC, HCFC 30 dan HFC memberikan kontribusi pemanasan global sebanyak 15 Shende 2006.