HCFC dan Refrigerasi Potential Assessment of Technology Transfer of HCFC to Non-HCFC in the Refrigeration Manufacturer in Jabodetabek.

15 a Sumber: Photobucket 2013 Gambar 2.3 Kemasan HCFC-141b HCFC banyak digunakan di sektor refrigerasi dan pengatur udara 77, busa foam 10, bahan pemadam api 1, propelan pada produk aerosol, solven 2 dan juga sebagai feedstock pada industri kimia. Dari sekian jumlah volume konsumsi HCFC di seluruh dunia, sekitar 75 digunakan pada sektor refrigerasi dan pengatur udara. Jenis HCFC yang paling banyak digunakan adalah HCFC-22, tetapi HCFC juga bisa dicampur dengan bahan pendingin jenis lain. Jenis HCFC lain yang juga digunakan dalam sektor industri ini adalah HCFC-141b yang merupakan bahan pengembang dalam proses pembuatan insulasi pada proses produksi peralatan pendingin. Industri refrigerasi terbagi menjadi beberapa sub sektor kegiatan, dan penggunaan utama bahan pendingin HCFC ada di sub sektor refrigerasi komersial, refrigerasi industri, transportasi refrigerasi, pompa panas, pengatur udara dan chiller. EPA memperkirakan bahwa pada tahun 2009, terdapat 1.5–1.8 milyar peralatan refrigerasi domestik dan freezer yang masih beroperasi dengan baik, dan kurang 100 juta unit baru diproduksi dan dijual setiap tahunnya. Dalam setiap unit peralatan refrigerasi menggunakan bahan pendingin kurang lebih 0.05–0.25 kg dan lebih dari 1 kg bahan pengembang untuk insulasinya. Dari jumlah tersebut dapat dibayangkan seberapa besar penggunaan BPO dari jenis HCFC-22 dan HCFC-141b yang digunakan yang dapat memberikan kontribusinya terhadap penipisan lapisan ozon dan pemanasan global. Untuk Indonesia, peningkatan suhu akibat pemanasan global juga berpengaruh terhadap permintaan peralatan pendingin yang makin banyak. Untuk sektor retail, dari data yang disampaikan oleh Asosiasi Rantai Pendingin terjadi kenaikan sebesar 13.6 untuk permintaan peralatan 16 pendingin di sektor retail, dari 3.96 juta unit menjadi 4.5 juta unit pada tahun 2012. Kebutuhan akan bahan pendingin juga makin bertambah dari 264 MT pada tahun 2011 menjadi 300 MT pada tahun 2012. Protokol Montreal melalui program penghapusan BPO telah mendorong tidak hanya perbaikan kualitas lingkungan tetapi juga terhadap peningkatan ekonomi yang seimbang antara ekonomi secara definitif maupun ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan. Dari sisi ekonomi, Protokol Montreal mendorong inovasi yang terus menerus untuk melakukan alih teknologi dari BPO menjadi non-BPO, menciptakan teknologi yang lebih efisien tidak hanya dari sisi ekonomi produksi tetapi juga ekonomi secara makro melalui peningkatan Produk Domestik Bruto PDB. Dari sisi sosial, kegiatan pelatihan bagi pemangku kepentingan turut meningkatkan pengetahuan dan pendidikan tenaga kerja karena makin banyak teknologi baru yang perlu dipelajari. Dengan adanya alih teknologi maupun penghapusan BPO dapat membantu mengurangi risiko masyarakat terhadap efek sosial berupa penyakit. Dari sisi lingkungan, tentunya sudah pasti penghapusan BPO mendorong upaya konservasi dan pemulihan terhadap kualitas lingkungan atmosfer, dan mengurangi pemanasan global mengingat BPO juga merupakan GRK. 3 METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Jakarta dan pengumpulan data yang diperoleh dari sumber data Unit Ozon Nasional dibawah Kementerian Lingkungan Hidup, dan industri manufaktur refrigerasi. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2013 dan memakan waktu empat bulan sampai bulan Juni 2013. Tempat penelitian di 11 lokasi industri manufaktur refrigerasi yang tersebar di Jakarta Utara; Cileungsi, Bogor; Depok, daerah Cikupa Tangerang; dan Bekasi.

3.2 Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan survey dan expose facto. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Penelitian ini menggambarkan variabel-variabel yang diamati, gejala dan keadaan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh secara langsung dari responden, maupun data sekunder yang berasal dari pihak ketiga dari institusi terkait. Bentuk data skematik, narasi atau uraian, data numerik yang berasal dari narasumber dalam bentuk dokumen pemerintah, catatan lapangan, rekaman dan foto sebagai dokumentasi. 17 Metode pengambilan contoh dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling atau pemilihan contoh dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan bahwa responden adalah pelaku baik individu atau lembaga yang dianggap mengerti permasalahan mengenai penghapusan HCFC, kegiatan manufaktur refrigerasi dan alih teknologi HCFC. Pengambilan contoh dilakukan dengan cara wawancara, observasi, kuesioner dan dokumentasi. Besaran contoh disesuaikan dengan kebutuhan data yang akan diolah. Populasi dalam penelitian ini adalah populasi pemangku kepentingan yang terkait dengan upaya perlindungan lapisan ozon dan penghapusan HCFC di Indonesia. Contoh penelitian adalah industri refrigerasi yang terkait langsung dengan tujuan penelitian, dan populasi target ini diambil population sampling. Sumber data untuk industri refrigerasi dilakukan dengan pengambilan contoh yang dianggap representatif yang dapat menggambarkan kondisi pada industri refrigerasi yang akan melakukan alih teknologi dari HCFC menjadi non-HCFC. Jumlah populasi industri yang terdata saat ini di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi mencapai 22 perusahaan. Dari jumlah populasi yang ada ditentukan jumlah besaran contoh dengan menggunakan rumus Slovin: N n = jumlah contoh n = 1 + Ne 2 N = Jumlah populasi e =kesalahan Jumlah populasi perusahaan diperkirakan berjumlah 22 perusahaan. Tingkat kesalahan pengambilan contoh ditentukan sebanyak 5, dengan demikian dapat dihitung jumlah contoh yang digunakan sebanyak 20 perusahaan. 22 n = = 20 1 + 220,05 2 Namun dalam pelaksanaannya, ada kesulitan untuk masuk ke dalam lingkungan industri manufaktur refrigerasi yang menjadi target contoh, sehingga jumlah data yang diperoleh menjadi tidak lengkap karena dari 20 perusahaan yang dihubungi hanya 11 perusahaan yang bersedia menerima kuesioner dan kunjungan. Wawancara dan kuesioner yang dilakukan terhadap responden yang menjadi sumber data dalam bentuk pertanyaan untuk menggali informasi sesuai tujuan, check list maupun pilihan menggunakan skala Likerts 1 = tidak tahu, 2=cukup tahu, 3=tahu, 4=sangat tahu, dan skala Guttman 0=tidak, 1=ya.