Potensi Alih Teknologi HCFC ke Non-HCFC Pemahaman dan persepsi responden
30 pembagian tersebut digunakan untuk menentukan interval masing-masing
kategori. Gambar 4.3 menunjukkan titik-titik batas antar kategori. Gambar 4.4
menggambarkan batas bawah dari sikap pemahaman responden yang dimulai dari 0, dengan selang interval sebesar 1.175 untuk menyatakan TT,
2.0935 untuk CT, 3.4725 untuk T dan batas atas sebesar 4.108 untuk menyatakan responden ST.
Gambar 4.3 Titik batas antar kategori
Gambar 4.4 Batas bawah dan batas atas dengan selang interval
Frekuensi dari sikap pemahaman responden terhadap topik perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global dinyatakan dalam bentuk
persentase. Ada enam pertanyaan yang diajukan, sebagai berikut:
a. PEM1= Isu perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global b. PEM2= Bahan perusak ozon penyebab penipisan ozon dan pemanasan
global c. PEM3= Dampak penipisan ozon dan pemanasan global
d. PEM4= Kontribusi industri terhadap pencegahan penipisan ozon dan pemanasan global
e. PEM5= Peraturan larangan penggunaan bahan perusak ozon f. PEM6= Jadwal penghapusan bahan perusak ozon
Secara grafik dapat digambarkan dalam gambar 4.5. berikut ini: 0.000
1.350 2.837
4.108
Tidak Tahu
Cukup Tahu
Tahu Sangat
Tahu 3.4725
0.000 0.675
2.0935 4.108
31
Gambar 4.5 Tingkat pemahaman pelaku industri tentang isu perlindungan lapisan ozon dan perubahan iklim
Perusahaan manufaktur refrigerasi yang menjadi responden dalam penelitian sudah mengetahui dengan baik mengenai isu penipisan ozon dan
pemanasan global, karena memang isu ini merupakan isu global yang informasinya dapat diketahui dengan mudah. Pengetahuan tentang kedua isu
ini memang harus dimiliki oleh perusahaan karena terkait juga dengan peraturan yang harus ditaati oleh mereka terkait dengan pengaturan bahan
baku kimia yang digunakan yaitu HCFC yang masuk kategori bahan perusak ozon dan bahan berbahaya dan beracun. Informasi tentang
peraturan dan jadwal penghapusan HCFC juga menjadi hal yang penting untuk diketahui, namun masih banyak perusahaan yang belum mengetahui
mengenai adanya peraturan yang mengatur tentang konsumsi HCFC melalui pengaturan tata niaga impor HCFC. Terkait dengan jadwal penghapusan
yang sudah ditetapkan oleh Protokol Montreal, banyak perusahaan yang masih belum mengetahui karena kurang sosialisasi yang dilakukan oleh
pemerintah. Lokasi industri yang tersebar di banyak daerah menyebabkan sosialisasi belum berjalan dengan baik. Selain karena kurangnya sosialisasi,
kurangnya pengetahuan tentang peraturan dan jadwal penghapusan HCFC juga dikarenakan sikap industri yang tidak menganggap bahwa adanya
peraturan dan jadwal tersebut sangat penting bagi kelangsungan usaha mereka, sehingga pada saat pelaksanaan program pengurangan konsumsi
HCFC dimulai banyak perusahaan yang masih belum siap.
9 9
9 18
18 9
18 64
45 64
64 73
73
18 36
18 18
9 9
9 9
10 20
30 40
50 60
70 80
PEM1 Sd: +0.63
PEM2 Sd: +0.63
PEM3 Sd: + 0.75
PEM4 Sd: +0.54
PEM5 Sd: +0.79
PEM6 Sd: +0.82
T ingkat pemahaman
Topik pemahaman tentang perlindungan lapisan ozon dan pemanasan global Tidak tahu
Cukup tahu Tahu
Sangat Tahu
32 Sedangkan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelaku industri
manufaktur refrigerasi terhadap program-program yang telah dilaksanakan pemerintah maka dilakukan identifikasi melalui kuesioner dan wawancara
secara langsung. Skala pengukuran menggunakan skala likert dengan kategori Tidak Puas TP, Cukup Puas CP, Puas P dan Sangat Puas SP.
Untuk mengukur bobot kriteria tiap kategori dianalisis dengan pendekatan distribusi Z. Hasil analisis tersebut disajikan dalam Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Transformasi nilai skor Z untuk tingkat kepuasan responden No. Pertanyaan
Kategori Pilihan TP
CP P
SP PUAS-1
0.000 1.350
2.610 5.190
PUAS-2 0.000
1.590 2.800
3.400 PUAS-3
0.000 1.470
2.800 5.190
Jumlah 0.000
4.410 8.210
13.780 Rata-rata
0.000 1.470
2.737 4.593
Tabel 4.7 menjelaskan nilai bobot untuk kategori TP, CP, P dan SP dari tiga pertanyaan dan selanjutnya dihitung rata-ratanya untuk mengetahui
batas interval untuk semua kategori yang merupakan titik batas antar jenis kategori tersebut. Dari hasil perhitungan tersebut batas interval antara tidak
puas dengan cukup puas sebesar1.470, kemudian antara cukup puas dengan puas mempunyai nilai bobot skor Z sebesar 2.737, dan untuk batas atas
interval sebesar 4.593 yang menyatakan sangat puas, seperti yang dijelaskan dalam Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Titik batas antar jenis kategori Gambar 4.7 menjelaskan tentang batas bawah dan batas atas dari
kategori pertanyaan TP, CP, P dan SP, serta selang interval antar kategori tersebut.
Gambar 4.7 Batas bawah, batas atas dan selang interval Gambar 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pelaku
industri manufaktur refrigerasi yang menjadi responden pada penelitian ini merasa cukup puas terhadap program-program yang telah dilaksanakan oleh
3.665 0.000
0.735 2.103
4.593 Tidak
Puas Cukup
Puas Puas
Sangat Puas
0.000 1.470
2.737 4.593
33 pemerintah berupa penerbitan peraturan tentang pengaturan konsumsi bahan
perusak ozon, demikian juga dengan kegiatan sosialisasi mengenai perlindungan lapisan ozon, dan juga pelatihan serta pendampingan oleh
pemerintah kepada perusahaan.
Ketidakpuasan beberapa perusahaan disebabkan oleh tidak meratanya program sosialisasi maupun pelatihan yang diberikan pemerintah, sehingga
banyak industri yang merasa tidak dibina oleh pemerintah. Salah satu akibat dari ketidakpuasan tersebut adalah sikap masa bodoh industri terhadap
program yang dilaksanakan oleh pemerintah. Faktor pendanaan menjadi masalah klasik dalam pelakasanaan program pemerintah, anggaran yang
tidak mencukupi menjadi salah satu alasan mengapa sosialisasi dan pelatihan pendampingan untuk industri tidak dapat dilakukan secara merata
kepada semua industri yang terkait dengan penggunaaan HCFC. Program pelatihan yang dirancang pemerintah saat ini masih ditujukan kepada
perusahaan yang akan menerima bantuan hibah dari pemerintah, baik berupa peralatan maupun bantuan teknis lain. Pemerintah masih kurang
melakukan pelatihan yang bersifat umum maupun khusus seperti contohnya pengelolaan bahan kimia HCFC untuk industri manufaktur.
Dalam upaya mencapai target penghapusan BPO, pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan untuk mengatur tata niaga maupun
penggunaan BPO. Namun demikian, sosialisasi maupun penyebarluasan informasi peraturan yang belum maksimal menyebabkan masih banyak
pelaku usaha yang belum mengetahui adanya peraturan-peraturan tersebut. Daftar peraturan terkait pengaturan tata niaga dan penggunaan BPO
ditunjukkan pada Lampiran 1.
Salah satu perusahaan menyampaikan belum adanya peraturan yang khusus mengatur penggunaan HCFC pada industri manufaktur, dan
peraturan yang ada saat ini masih ditujukan kepada industri jasa pemeliharaan dan perawatan sistem pendingin yang sudah ada.
Gambar 4.8 Tingkat kepuasan pelaku industri manufaktur refrigerasi Pertanyaan yang diajukan kepada responden terkait dengan tingkat
kepuasan mereka mencakup 1 program peraturan yang sudah dikeluarkan
9 9
9 55
73 64
36
9 27
9 10
20 30
40 50
60 70
80
PUAS1 Sd: +0.65 PUAS2 Sd: +0.75
PUAS3 Sd: +0.60
T ingkat kepuasan
Jenis program pemerintah
Tidak puas Cukup Puas
Puas
34 oleh pemerintah PUAS1, 2 program sosialisasi yang dilaksanakan
pemerintah PUAS2, dan 3 program pendampingan dan pelatihan oleh pemerintah PUAS3.
Peran media massa dalam penyebarluasan informasi sangat diperlukan untuk mendukung keberhasilan suatu program. Isu pemanasan global dan
perubahan iklim sudah mendunia berkat penyebarluasan informasi yang terus menerus. Hal yang sebaliknya terjadi terhadap isu penipisan lapisan
ozon, bagi sebagian orang isu ini sudah cukup dimengerti dan dipahami namun masih lebih banyak orang tidak atau belum mengenal isu global ini
yang mungkin kehadirannya lebih dulu dibanding isu perubahan iklim. Salah satu penyebabnya mungkin karena dampak dari penipisan lapisan
ozon ini tidak tampak secara nyata seperti perubahan iklim yang dapat dirasakan dari adanya perubahan terhadap suhu permukaan, perubahan pola
curah hujan, peningkatan frekuensi peristiwa iklim ekstrim yang dapat mengakibatkan bencana seperti banjir. Dari hasil kuesioner yang ditanyakan
kepada responden mengenai sumber informasi mengenai program perlindungan lapisan ozon dan pemanasan gobal, diperoleh hasil
sebagaimana disampaikan dalam gambar 4.9 bahwa mereka mendapatkan informasi dari sumber yang beragam, namun sebagian besar mendapatkan
informasi dari internet, dan sebagian lagi dari koran dan majalah, serta sosialisasi yang diselenggarakan oleh pemerintah.
Gambar 4.9 Sumber informasi tentang perlindungan lapisan ozon dan perubahan iklim
27+1.79 36+1.79
27+1.79
9+1.79
5 10
15 20
25 30
35 40
45
Koran Majalah A
Televisi Radio B
Internet C Iklan D Sosialisasi
Pemerintah E
lain‐lain F
sumber in formasi yan
g digun akan
Sumber informasi
35
Potensi sosial
Hasil analisis menggunakan PCA menunjukkan bahwa faktor-faktor sosial yang memberikan kontribusi penting dalam proses alih teknologi
HCFC menjadi non-HCFC adalah adanya sertifikat kompetensi bagi pekerja, pengalaman kerja teknisi, ketrampilan pekerja, jumlah jam kerja,
perlengkapan kerja, komitmen perusahaan dalam meningkatkan Keamanan dan Keselamatan Kerja K3 dan pelatihan K3 bagi pekerja.
Gambar 4.10 menunjukkan bahwa hanya 1 perusahaan yang melengkapi pekerjanya dengan sertifikat kompetensi yang terkait dengan
pekerjaannya yang menggunakan HCFC. Modal sosial yang cukup penting adalah tingkat pendidikan dan
kompetensi pekerja yang bekerja secara langsung dengan bahan kimia HCFC. Sebagian besar responden belum menyadari sepenuhnya tentang
perlunya sertifikat kompetensi. 91 responden tidak mempersyaratkan dokumen sertifikat kompetensi bagi pekerjanya yang menangani HCFC,
hanya 9 responden yang mempunyai pekerja bersertifikat kompetensi. Standar deviasi Sd yang digunakan +0.3. Mahalnya biaya untuk
mendapatkan sertifikat kompetensi ini menjadi salah satu kendala bagi perusahaan dalam melengkapi pekerjanya dengan sertifikat kompetensi.
Para pekerja yang bekerja di perusahaan manufaktur refrigerasi ini sebagian besar hanya berbekal pengalaman mereka bekerja, ditambah dengan latar
belakang pendidikan mereka yang rata-rata hanya lulus SMU atau SMK. Masalah sertifikat kompetensi untuk pekerja perusahaan manufaktur
memang belum diatur dengan jelas, peraturan yang sudah dikeluarkan oleh pemerintah Lampiran 1, yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 2
Tahun 2007 hanya mengatur tentang kewajiban sertifikat kompetensi bagi pekerja di sektor jasa, yaitu jasa pemeliharaan dan perawatan sistem
pendingin, bahkan pada tahun 2008-2009 pemerintah telah memberikan subsidi bagi teknisi bengkel yang akan melakukan ujian untuk mendapatkan
sertifikat kompetensi. Namun sayang hal tersebut belum tersedia untuk para pekerja di sektor manufaktur.
Gambar 4.10 Kepemilikan sertifikat kompetensi pekerja di 11 perusahaan manufaktur refrigerasi
9+0.3 91+0.3
20 40
60 80
100
Ya Tidak
T ingkat kepemilikan
Persyaratan sertifikat kompetensi
36 Gambar 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman kerja yang
dimiliki oleh pekerja di 11 industri manufaktur refrigerasi antara 3-6 tahun 82, namun ada juga yang lebih dari 6 tahun 18. Sd yang digunakan
sebesar + 0.40.
Gambar 4.11 Pengalaman kerja pekerja di industri manufaktur refrigerasi Rata-rata tingkat pendidikan pendidikan pekerja di perusahaan
responden adalah SMU danatau SMK dengan pengalaman kerja antara 3 sampai
dengan 6
tahun. 55
responden menyatakan
mereka mempersyaratkan pekerjanya yang bekerja di unit produksi mempunyai
ketrampilan khusus, kemudian 36 responden yang mempersyaratkan pekerjanya mempunyai pendidikan khusus yang terkait dengan pekerjaan.
yang dilaksanakannya, dan hanya 9 yang mewajibkan pekerja memiliki sertifikat kompetensi. Sistem kerja yang tidak memberlakukan sistem rotasi
bagi pekerja menyebabkan setiap pekerja mempunyai spesialisasi keahlian tertentu. Keahlian tersebut menjadi modal pekerja dalam melakukan
tugasnya.
Gambar 4.12 Ketrampilan dan pendidikan bagi pekerja
82+0.4
18+0.4 10
20 30
40 50
60 70
80 90
1 1–2
3–6 6
T ingkat pengelaman kerja di 1
1
perusahaan
Pengalaman kerja karyawan Tahun
36+0.65 55+0.65
9+0.65 10
20 30
40 50
60
perlu pendidikan tertentu
perlu ketrampilan khusus
perlu sertiVikat kompetensi
T ingkat keahlian di 1
1 perusahaan
Kategori keahlian pekerjaan
37 Proses produksi manufaktur refrigerasi merupakan jenis industri yang
memerlukan tenaga kerja dengan keahlian atau ketrampilan khusus, terutama untuk pekerja yang berhubungan langsung dengan penggunaan
HCFC di pabrik. Sifat HCFC sebagai bahan kimia berbahaya juga perlu ketrampilan khusus dalam menanganinya. Demikian juga dengan
operasional mesin produksi yang cukup rumit diperlukan ketrampilan dan pendidikan yang khusus, bahkan bila diperlukan harus dilengkapi dengan
sertifikat kompetensi. Gambar 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata pekerjaan produksi di 11 industri manufaktur refrigerasi memerlukan ketrampilan
khusus, terutama kaitannya dengan keamanan dan keselamatan kerja yang menggunakan bahan kimia.
Gambar 4.13 menunjukkan jam kerja pekerja di 11 industri manufaktur refrigerasi yang menjadi cakupan penelitian, dan 91
responden menyatakan bekerja antara 5 sampai dengan 8 jam untuk satu kali shift kerja, dan 9 responden menyatakan bekerja lebih dari 8 jam per
shift atau kadang harus lembur untuk memenuhi target produksi.Sd yang digunakan + 0.3. Jam kerja produksi yang efisien dan efektif dapat menjadi
salah satu modal penting dalam proses alih teknologi HCFC karena dengan sistem kerja yang baik dan terarah maka perusahaan tidak akan kesulitan
untuk melakukan migrasi sistem dari HCFC menjadi non-HCFC.
Gambar 4.13 Jam kerja pekerja di 11 industri manufaktur refrigerasi Tingkat keamanan teknologi pengganti HCFC masih menjadi bahan
perhatian utama dalam proses alih teknologi ini. Hal ini dapat dikaitkan dengan implementasi program keselamatan dan kesehatan kerja K3 di
perusahaan. Dengan menggunakan Sd sebesar + 0.75 18 responden menyatakan mereka hanya memberikan kacamata kerja, sarung tangan dan
baju kerja bagi pekerjanya dalam melakukan pekerjaannya termasuk kegiatan yang menggunakan HCFC. Sementara 45 responden menyatakan
memberikan kacamata, sarung tangan, dan sepatu sebagai kelengkapan kerja pegawainya. Kemudian, 36 responden memberikan peralatan keselamatan
kerja yang lengkap berupa kacamata, sarung tangan, masker, sepatu dan baju kerja kepada karyawan di bagian produksi. Kesiapan perusahaan dalam
pelaksanaan program keamanan dan keselamatan kerja K3 menjadi salah
91+0.3
9+0.3 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
5 5 – 8
8
T ingkat aplikasi jam kerja di 1
1
perusahaan
Jam kerja karyawan JamShift
38 satu jaminan bahwa program penggantian teknologi HCFC menjadi non-
HCFC akan berhasil. Perusahaan-perusahaan kecil kebanyakan masih belum memahami mengenai pentingnya keamanan dan keselamatan kerja bagi
karyawannya. Beberapa perusahaan bahkan tidak memberikan perlengkapan kerja yang memadai dan layak digunakan oleh para pekerjanya.
Gambar 4.14 Perlengkapan kerja karyawan di 11 industri manufaktur refrigerasi
Komitmen perusahaan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan juga menjadi modal penting untuk menunjang keberhasilan proses
alih teknologi seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.15. Sebagian besar perusahaan 82 menyatakan memberikan fasilitas kesehatan, memasang
tata cara kerja di ruang produksi, memberikan perlengkapan kerja yang memadai bagi karyawan produksinya. Sedangkan 9 responden
menyatakan hanya memasang tata cara kerja atau memberikan perlengkapan kerja, pengukuran dilakukan pada Sd sebesar +0.65.
Namun masalah K3 ini juga menjadi hal yang sensitif bagi perusahaan, sehingga salah satu perusahaan tidak memperbolehkan untuk
melakukan pengambilan gambar. Perusahaan besar, terutama perusahaan yang berafiliasi kepada perusahaan internasional lebih terbuka dalam
memberikan informasinya. Mereka juga lebih peduli kepada keselamatan kerja karyawan.
18+0.75 45+0.75
36+0.75
10 20
30 40
50
Kacamata, sarung
tangan, baju kerja A
Kaca mata, sarung
tangan, sepatu B
Sarung tangan, baju
kerja, sepatu C
Sarung tangan,
sepatu keamanan,
penutup telinga D
Kacamata, sarung
tangan, penutup
telinga E Kacamata,
Masker, sarung
tangan F sarung
tangan, masker,
sepatu G Semua H
T ingkat penggunaan peralatandi 1
1
perusahaan
Perlengkapan kerja karyawan
39
Gambar 4.15 Komitmen perusahaan terhadap pelaksanaan Keamanan dan Keselamatan Kerja K3
Berdasarkan kajian potensi terhadap modal sosial tersebut diatas, 11 perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan pendingin dan
pengatur udara yang ada di Jabodetabek secara pemahaman sudah cukup baik dan cukup siap dalam melakukan proses alih teknologi, sementara dari
sisi keselamatan dan kesehatan kerja K3 pekerja, perusahaan responden dianggap cukup besar potensi kesiapannya dalam melakukan alih teknologi
dari HCFC menjadi non-HCFC. Ketrampilan pekerja dalam menangani penggunaan HCFC juga menjadi modal positif yang baik dalam
keberhasilan proses alih teknologi, dan dari hasil kuesioner menunjukkan kesiapan sumber daya manusia yang cukup baik dari perusahaan responden
dalam menghadapi kewajiban penggunaan teknologi baru pengganti HCFC. Namun demikian masih perlu peningkatan lagi, terutama terkait dengan
penggunaan teknologi baru. Pemerintah sebagai pembuat regulasi perlu menerbitkan peraturan tentang kewajiban pekerja unit produksi yang
menggunakan HCFC kompeten secara teknis yang ditunjukkan dengan sertifikat kompetensi. Saat ini peraturan yang ada baru mengatur kewajiban
sertifikat kompetensi bagi pekerja yang melakukan retrofit dan daur ulang HCFC saja. Namun, peraturan tersebut juga dapat menjadi dilema bagi
perusahaan, karena biaya untuk mendapatkan sertifikat tersebut cukup besar, dan dapat menambah biaya investasi perusahaan.
Gambar 4.16 menyatakan bahwa sebagian besar perusahaan 73 sudah melakukan pelatihan K3 secara rutin sebagai upaya meningkatkan
kemampuan karyawannya dalam melaksanakan tugasnya dengan baik dan memperhatikan aspek keselamatan kerja. Namun demikian baru perusahaan
besar yang melaksanakan kegiatan tersebut, dikarenakan sudah mendapatkan sertifikat ISO, melaksanakan peraturan ketenagakerjaan dan
menyadari bahwa karyawan adalah aset perusahaan. Perusahaan-perusahaan kecil masih belum menyadari pentingnya pelatihan K3 bahkan dalam
implementasinya sekalipun.
9+0.65 9+0.65
82+0.65
10 20
30 40
50 60
70 80
90
T ingkat komitmen K3 di 1
1 perusahaan
Komitmen perusahaan terhadap K3
40
Gambar 4.16 Pelaksanaan kegiatan pelatihan K3 Markandya dan Dale 2010 menyampaikan bahwa dalam proses alih
teknologi perlu dilakukan peningkatan dan pembaharuan kapasitas sumber daya manusia yang terkait langsung dengan proses produksi yang
menggunakan bahan kimia HCFC. Ketrampilan pekerja yang makin meningkat dan ditunjang dengan sertifikat kompetensi, maka terbuka
peluang bagi pekerja untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Masalah keamanan dan keselamatan kerja terkait dengan teknologi baru
tersebut juga menjadi hal penting lain yang harus diperhatikan. Dalam proses alih teknologi tersebut perlu adanya rancangan sistem yang baru baik
sistem peralatan produksi, sistem kerja dan fasilitas kerja yang dapat mendorong karyawan dapat bekerja dengan baik, aman dan nyaman,
terutama bila menggunakan bahan non-HCFC yang bersifat dapat terbakar seperti hidrokarbon dan cyclopentane. Penggantian teknologi dari HCFC
menjadi non-HCFC juga dapat mengurangi akumulasi dampak penipisan ozon terhadap manusia, seperti kanker kulit, katarak mata dan gangguan
sistem kekebalan tubuh. Menurut Markandya dan Dale 2010, dengan adanya program alih
teknologi HCFC dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian target Millenium Development Goals MDGs, yaitu target 1A menanggulangi
kemiskinan melalui peningkatan penghasilan pekerja, target 1B terkait dengan peningkatan produktivitas pekerja melalui penerapan sistem kerja
yang baik. Selain itu program alih teknologi ini juga berperan dalam mengurangi kesenjangan pendidikan bagi pekerja, khususnya pekerja wanita
sesuai target 3A MDGs. Penggantian HCFC menjadi non-HCFC yang bertujuan memperbaiki kondisi lapisan ozon secara tidak langsung dapat
membantu pencapaian target MDGs yang ke-6, yaitu tentang kesehatan masyarakat.
73+0.47
27+0.47
10 20
30 40
50 60
70 80
Ya Tidak
Tin gkat pelaksan
aan pelatihan
Pelaksanaan pelatihan K3
41
Potensi ekonomi
Berdasarkan PCA faktor-faktor yang dianggap penting dalam memberikan kontribusi terhadap keberhasilan program alih teknoogi dari
HCFC menjadi non-HCFC adalah jumlah impor HCFC-22 dan HCFC-141b di 11 perusahaan responden, harga pembelian HCFC-22 dan HCFC-141b,
cara responden memperoleh HCFC-22 dan HCFC-141b.
Kebutuhan HCFC di Indonesia dipenuhi dengan cara impor, karena tidak ada produsen HCFC di Indonesia. Oleh karena itu nilai konsumsi
HCFC Indonesia dihitung dari nilai impor. Berdasarkan hasil pengumpulan data, nilai konsumsi HCFC-22 dari 11 perusahaan responden mencapai
440.36 MT dengan nilai ekonominya mencapai kurang lebih Rp. 13 910 972 415. HCFC-141b dengan nilai konsumsi sebesar 135.88 MT dapat dihitung
nilai ekonominya sebesar Rp. 5 027 920 000. Gambaran mengenai nilai ekonomi dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Nilai ekonomi HCFC di 11industri manufaktur refrigerasi di Jabodetabek
No. Jenis HCFC
Jumlah Konsumsi
Kg Nilai
ekonomiRpKg Nilai Ekonomi
Rp 1
HCFC-22 440 360
31 590 13910 972 400
2 HCFC-141b
135 880 37 000
5 027 560 000 Jumlah Rp
18938532400
Gambar 4.17 Harga pembelian HCFC-22 Gambar 4.17 menyampaikan bahwa 73 responden membeli HCFC-
22 dengan rentang harga antara Rp. 400 000 sampai dengan 700 000.
18+0.54
73+0.54
9+0.54 10
20 30
40 50
60 70
80
400.000 400.000 –
700.000 700.000 –
1.000.000 1.000.000
T ingkat har
ga pembelian HCFC-22 di 1 1
perusahaan
Rentang harga pembelian HCFC-22 Rp
42 Mayoritas responden 83 yang menggunakan HCFC-141b sebagaimana
ditampilkan dalam Gambar 4.18 menyatakan harga pembelian HCFC-141b antara Rp. 7 000 000-10 000 000, dan 17 perusahaan menyatakan
membeli HCFC-141b dengan harga Rp. 10 000 000.
Data dari Unit Ozon Nasional 2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2009, harga HCFC-22 sebesar kurang lebih Rp. 429 624 per tabung ukuran
13.6 kg, sedangkan harga HCFC-141b kurang lebih Rp. 9 250 000 per 1 drum isi 250 liter. Harga yang beredar di pasaran tidak ditentukan oleh
pemerintah tetapi berjalan sesuai skema pasar yang ada. Mengingat HCFC diperoleh dengan cara impor maka nilai ekonominya juga bersifat fluktuatif
mengikuti nilai mata uang dolar yang berlaku.
Gambar 4.18 Harga pembelian HCFC-141b Bila dilihat dari cara pembelian, 73 perusahaan melakukan
pembelian HCFC melalui distributor, kemudian 18 perusahaan menyatakan melakukan pembelian langsung kepada Importir Terdaftar yang
sudah ditunjuk oleh Pemerintah, dan 9 perusahaan membeli pada penjual retail, gambaran prosentase cara pembelian HCFC yang dilakukan oleh 11
perusahaan disajikan dalam gambar 4.18.
Gambar 4.19 Cara pembelian HCFC oleh industri manufaktur refrigerasi
83+1.68
17+1.68 20
40 60
80 100
5.000.000 5.000.000 ‐
7.000.000 7.000.000 ‐
10.000.000 10.000.000
T ingkat har
ga pembelian HCFC-141b di 1
1 perusahaan
Rentang harga HCFC-141b Rp
18+0.54 73+0.54
9+0.54 10
20 30
40 50
60 70
80
Impor langsung Importir
Terdaftar Produsen
Distributor Retail
Cara pembelian HCFC di 1 1 perusahaan
Cara pembelian HCFC
43 Perusahaan-perusahaan yang besar lebih banyak membeli langsung
dari importir terdaftar IT-BPO karena kebutuhannya besar sehingga bila pembelian langsung kepada IT-BPO dapat dimasukkan ke dalam
permohonan impor dari IT-BPO. Sesuai peraturan Menteri Perdagangan No. 3M-DAGPER12012 tentang ketentuan impor bahan perusak lapisan ozon
BPO, impor BPO hanya bisa dilakukan oleh importir yang sudah mendapat pengakuan sebagai Importir Produsen BPO IP-BPO dan
perusahaan yang sudah mendapat penetapan sebagai Importir Terdaftar BPO IT-BPO. IT-BPO dapat melakukan impor BPO untuk
diperdagangkan kembali, sedangkan IP-BPO hanya boleh melakukan impor untuk keperluan produksi sendiri dan tidak diperbolehkan untuk
diperdagangkan.
Dengan adanya pengaturan tata niaga impor BPO diharapkan jumlah konsumsi HCFC menjadi lebih mudah diketahui karena adanya sistem
pelaporan yang wajib dilakukan oleh para importir. Namun demikian, kegiatan impor ilegal HCFC juga masih dapat dijumpai terutama dilakukan
di wilayah-wilayah perairan yang tidak terlalu ketat penjagaannya. Adanya impor ilegal ini yang kadang menyebabkan tidak terpantaunya jumlah
konsumsi HCFC, dan kualitas dari HCFC tersebut juga tidak dapat dipastikan. Kegiatan impor ilegal ini berpotensi mengganggu program alih
teknologi HCFC untuk penghapusan HCFC secara nasional, karena persediaan HCFC yang seharusnya berkurang sesuai dengan skenario yang
telah dibuat menjadi terganggu karena adanya pasokan HCFC ilegal.
Terkait dengan potensi ekonomi bahan pengganti HCFC-22 dan HCFC-141b, dari daftar harga yang diperoleh dari retailer, harga bahan
pengganti masih berada di rentang harga yang bervariasi tetapi lebih tinggi dari HCFC-22, rata-rata Rp. 600 000,-. Salah satu kendala dalam
pelaksanaan transfer teknologi adalah pembiayaan karena memerlukan biaya investasi yang cukup besar, karena adanya beberapa kegiatan
penggantian dan modifikasi. Biaya investasi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk proses alih teknologi tersebut rata-rata US 450 000.
Potensi teknis
Faktor-faktor yang dianggap penting dalam proses alih teknologi ini adalah faktor jenis HCFC yang digunakan, alasan penggunaan HCFC, jenis
teknologi yang dipilih, jenis penggantian yang akan dilakukan dan alasan dari penggantian teknologi HCFC.
a. Konsumsi HCFC secara nasional
Setiap tahun, negara peratifikasi Protokol Montreal wajib memberikan laporan data realisasi konsumsi dan produksi Bahan Perusak Ozon BPO
kepada Sekretariat Ozon. Berdasarkan data realisasi yang dihimpun oleh Kementerian Lingkungan Hidup dari permohonan dan laporan realisasi
impor dari para Importir Terdaftar maupun Importir Produsen diperoleh data sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4.9.
Menurut Dokumen HPMP yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada tahun 2010 dinyatakan bahwa kebutuhan HCFC
44 nasional dipenuhi melalui kegiatan import dari Canada, China, India,
Belanda, Singapura dan Amerika Serikat.
Tabel 4.9 Jumlah realisasi impor HCFC nasional pada tahun 2009
a
No. Jenis HCFC
Jumlah MetrikTonMT
b
1 HCFC-22
4 598.93 2
HCFC-141b 737.60
3 HCFC 123
37.63 4
HCFC 124 0.14
5 HCFC Polycold
0.0475 Jumlah
5 374.35
a
Sumber: KLH 2010;
b
data realisasi impor HCFC 2009
Jumlah impor HCFC yang terbesar adalah HCFC-22 yang digunakan di sektor refrigerasi dan AC yang merupakan sektor pengguna terbesar.
Oleh karena itu dalam pelaksanaan penghapusan HCFC menjadi prioritas utama. Selanjutnya diurutan kedua adalahHCFC-141b yang digunakan
sebagai bahan pengembang blowing agent pada industri sektor busa foam dan industri refrigerasi dalam kegiatan produksi sandwich panel
yang nantinya akan dirakit menjadi produk pendingin.
Jadwal penghapusan HCFC dimulai pada tahun 2013 dengan menetapkan waktu pembekuan, dalam arti mulai tahun 2013 tidak boleh ada
penambahan jumlah impor HCFC lagi. Dengan kuota impor yang ditetapkan setiap tahun dapat diatur jumlah pengurangan konsumsi HCFC setiap tahun.
Jika baseline yang berasal dari perhitungan rata-rata konsumsi 2009- 2010 diperoleh angka 6261.05 MT, maka skenario pengurangan konsumsi
HCFC sesuai dengan jadwal penghapusan bertahap yang ditetapkan oleh Protokol Montreal, maka skenario konsumsi HCFC untuk Indonesia sampai
tahun 2030 adalah sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar4.19.
a
Sumber: KLH 2010
Gambar 4.20 Skenario pengurangan HCFC Indonesia tahun 2009 - 2030
6261.05 6261.05
5634.95 4069.68
2034.84 156.53 156.53
1000 2000
3000 4000
5000 6000
7000
Baseline rata-rata
2009-2010 2013
2015 2020
2025 2030
Pemeliharaan 2,5
Jumlah konsumi HCFC MT
Durasi waktu penghapusan HCFC Tahun
45 Jumlah konsumsi HCFC nasional tahun 2009 sudah disampaikan
dalam tabel diatas, untuk jumlah konsumsi HCFC-22 dan HCFC-141b di 11 industri manufaktur refrigerasi yang menjadi responden penelitian
ditunjukkan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Jumlah konsumsi HCFC di Industri Manufaktur Refrigerasi di Jabodetabek tahun 2009
No. Perusahaan
Jenis HCFC HCFC-22
MT HCFC-141b
MT 1
PT. A 68.48
- 2
PT. B 78.98
- 3
PT. C 9.78
- 4
PT. D 11.88
- 5
PT. E 28.90
44.10 6
PT.F 19.12
33.46 7
PT. G 28.56
42.84 8
PT. H 5.84
8.76 9
PT. I 2.44
3.66 10
PT.J 2.04
3.06 11
PT. K 184.34
- JUMLAH
440.36 135.88
b. Alasan penggunaan HCFC
Mayoritas para pelaku industri 73 menyatakan bahwa HCFC mudah dalam penggunaannya tidak memerlukan perlakuan khusus.
Kemudian 27 responden menyatakan bahwa dengan menggunakan HCFC kualitas produk yang dihasilkan lebih bagus.
Gambar 4.21 Alasan perusahaan menggunakan HCFC Penggunaan HCFC masih mudah dijumpai karena berbagai alasan,
salah satunya adalah karena adanya larangan konsumsi BPO jenis CFC menyebabkan peningkatan penggunaan HCFC sebagai alternatif sementara.
Disebut sementara karena HCFC masih mengandung bahan yang dapat
73+0.93
27+0.93 10
20 30
40 50
60 70
80
Mudah digunakan
Murah biaya produksinya
Kualitas hasil bagus
Hemat bahan baku dan energi
T ingkat alasanpenggunaan HCFC
Alasan penggunaan HCFC
46 menguraikan ikatan molekul ozon, selain itu juga HCFC mempunyai nilai
potensi penyebab pemanasan global yang masih cukup signifikan. Kemudahan penggunaan seperti halnya penggunaan CFC menyebabkan
penggunaan HCFC-22 masih dominan di sektor pendingin. Selain itu jugaHCFC-141b juga dapat dicampur dengan bahan isocyanat dan polyol
yang kemudian dikenal dengan HCFC blended polyol untuk pembuatan busa yang menghasilkan kualitas produk yang cukup bagus menyebabkan
HCFC disukai penggunaannya. Selain itu harganya yang kompetitif menjadi pertimbangan penggunaan HCFC jenis ini.
c. Kegiatan penggantian yang akan dilakukan
Dari hasil wawancara terhadap responden yang dikunjungi, sebagian besar perusahaan menyatakan pertimbangannya untuk melakukan
penggantian teknologi dari teknologi yang menggunakan HCFC menjadi bahan lain yang sesuai dengan kualitas produk yang diharapkan tetapi tidak
memberatkan mereka dalam hal biaya investasi.
Apabila dilakukan keharusan untuk melakukan penggantian HCFC diterapkan, pelaku industri menyatakan bahwa mereka akan melakukan
modifikasi terhadap mesin atau peralatan yang sudah ada 73 perusahaan, kemudian sisanya masing-masing 9 perusahaan menyatakan akan
melakukan penggantian mesin atau peralatan dengan sistem yang baru, melakukan penggantian bahan saja, dan melakukan penggantian model.
Secara grafik dapat dilihat pada gambar 4.21.
Gambar 4.22 Jenis kegiatan alih teknologi yang akan dilakukan oleh perusahaan
Jenis kegiatan alih teknologi yang dilakukan oleh perusahaan terkait
dengan pembiayaan, oleh karena itu tidak semua sistem dalam proses produksi perusahaan akan diganti dengan yang baru. Hal yang mungkin
9+1.18 9+1.18
73+1.18
9+1.18 10
20 30
40 50
60 70
80
Replacement Mesin
Peralatan Penggantian
Bahan ModiVikasi Pindah lokasi Penggantian
jenis produk Penggantian
model T
ingkat aplikasi alih teknologi
Jenis kegiatan alih teknologi HCFC
47 dilakukan oleh perusahaan adalah melakukan modifikasi dan penyesuaian
sistem dan peralatan kerjanya dengan sistem yang baru. Karakteristik yang berbeda dari tiap jenis bahan kimia menyebabkan perbedaan sistem. Alih
teknologi dari HCFC menjadi non-HCFC berpengaruh terhadap perubahan kompresor karena jenis pendingin yang berbeda, dan jenis coil yang berbeda
pula.Untuk proses manufaktur di perusahaan penghasil peralatan pendingin ada beberapa hal yang harus dimodifikasi, diganti maupun disesuaikan,
yaitu:
1. Melakukan perancangan ulang sistem produksi dan produk 2. Mengubah dais atau cetakan mould
3. Mengurangi ukuran diameter pipa dari 38 menjadi ¼ sehingga
perlu mengubah mesin fin press, hairpin 4. Mengubah susunan pipa menjadi sebaris-sebaris
5. Mengubah jarak pipa menjadi 1.4 karena ukuran pipa berubah 6. Mengganti mesin mandrelekspander dengan mesin yang
bebas pelumas 7. Perubahan ukuran badan peralatan pendingin luar menjadi
lebih kecil 8. Modifikasi terhadap peralatan charging
9. Menyediakan charging service area yang lebih baik karena sifat bahan pengganti yang dapat terbakar
d. Rencana teknologi pengganti HCFC yang dipilih
Dari hasil survey dihasilkan 45 responden belum memikirkan ataupun mempertimbangkan teknologi pengganti apa yang akan digunakan
untuk menggantikan HCFC karena memerlukan perhitungan dan pertimbangan masak-masak dari semua sisi, sedangkan 55 responden
menyatakan bahwa mereka akan menggantikan HCFC dengan HFC, terutama HFC-32 dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Selain itu
pemilihan HFC-32 menjadi alternatif pengganti karena rekomendasi yang diberikan konsultan yang ditunjuk oleh pemerintah pada saat melakukan
survey lapangan dan melakukan berbagai kajian dan pertimbangan sesuai informasi dan kondisi teknis perusahaan. 82 responden menyatakan akan
menggantikan HCFC-141b dengan cyclopentane yang termasuk dalam kategori hidrokarbon, dan 12 responden menyatakan belum tahu karena
belum ada arahan dari pemerintah. Penggantian jenis HCFC dengan non- HCFC merupakan kewajiban perusahaan, dengan demikian jenis teknologi
pengganti yang akan digunakan juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan faktor keuangan yang dimiliki oleh perusahaan.
48
Gambar 4.23 Pilihan teknologi pengganti HCFC-22
Gambar 4.24 Pilihan teknologi pengganti HCFC-141b HFC-32 atau R32 banyak dipilih oleh perusahaan responden sebagai
pengganti HCFC-22 selain karena rekomendasi pemerintah, juga karena secara teknis mudah dan luas jangkauan aplikasinya, tidak terbatas unit
besar atau kecil, dan dapat diaplikasikan untuk peralatan pendingin dan pengatur udara. Selain itu dilihat dari sisi pemanasan global, mempunyai
nilai GWP yang cukup rendah yaitu 675, umur tinggal di atmosfer yang pendek yaitu 4.9 tahun dan efisiensi energinya lebih besar 10
dibandingkan dengan jenis bahan pengganti yang lain. Sementara untuk pengganti HCFC-141b, ada dua pilihan tergantung kemampuan pembiayaan
perusahaan. Untuk perusahaan besar sebagian besar memilih untuk menggantikannya dengan cyclopentane atau hidrokarbon, karena secara
55+0.52 45+0.52
10 20
30 40
50 60
HFC Hidrokarbon
Amonia Karbondioksida
Tidak ada respon
T ingkat penggunaan pengganti HCFC-22
Pilihan teknologi alternatif pengganti HCFC-22
82+0.82
18+0.82 10
20 30
40 50
60 70
80 90
HFC Cyclopentane
Air Tidak ada respon
T ingkat penggunaan pengganti
HCFC-141b
Pilihan teknologi alternatif pengganti HCFC-141b
49 aplikasi lebih mudah dan tidak terlalu banyak modifikasi yang harus
dilakukan. Selain itu juga bahan ini sudah tidak mengandung bahan perusak ozon atau mempunyai nilai ODP nol, dan nilai GWP yang rendah. Untuk
perusahaan skala kecil dan menengah bahan alternative yang akan dipilih adalah HFC-245fa.
Saat ini sudah tersedia beberapa alternatif teknologi pengganti HCFC baik yang berasal dari alam maupun sintetik. Daftar teknologi pengganti dan
aplikasinya ditunjukkan pada Tabel 4.11.
Tabel 4.11 Teknologi pengganti HCFC Jenis Bahan
GWP Aplikasi
Keterangan Amonia
Refrigerasi industri, chiller
Masih punya kendala dengan sifat mudah
terbakar dan toksisitas
CO
2
1 Peralatan
pendingin komersial, AC
mobil Perlu rancang ulang
baru terhadap sistem yang berdampak
terhadap biaya investasi
Hidrokarbon 15
Peralatan refrigerasi
domestik skala kecil dan
komersial Masih punya kendala
dengan sifat flammability, tidak
dapat digunakan secara luas pada sistem
dengan kapasitas besar
HFC-32 675
Peralatan pendingin
komersial skala kecil dan AC
Komponen tunggal refrigeran, sedikit
flammable, tekannya lebih tinggi, jumlah
pengisian refrigeran per unit
HFC-134a 1300 Peralatan
pendingin domestik dan
komersial dengan temperatur
medium Tidak efisien pada
sistem temperatur rendah dan aplikasi
refrigerasi industri, menggunakan oli
sintetik
HFC-407c 1520 AC
Karakteristiknya mendekati HCFC-22,
sedikit lebih efisien dibandingkan dengan
HCFC-22
HFC-410a 1710 AC
Merupakan campuran antara R32 dan R125,
GWP tinggi karena masuk dalam golongan
HFC.
50 Lanjutan Tabel 4.11
Jenis Bahan GWP
Aplikasi Keterangan
HFC-404a 3260 Peralatan
pendingin temperatur rendah
GWP tinggi karena masih termasuk dalam
HFC
HFC-507 3900 Peralatan
pendingin temperatur rendah
Merupakan campuran antara HFC-125 dan
HFC-143a
a
Sumber: KLH 2010
e. Alasan penggantian
Tabel 4.24 menyatakan bahwa sebagian besar industri 82 menyatakan bahwa penggantian HCFC dilakukan karena adanya penerapan
peraturan tentang pengurangan konsumsi HCFC, sedangkan 9 responden menyatakan karena alasan lain yaitu karena akan mengganti jenis produknya
dan mengganti bahan baku 9.
Apabila tidak ada peraturan tentang pengurangan bertahap penggunaan HCFC kemungkinan para pelaku usaha juga tidak akan
melakukan alih teknologi karena kenyamanan yang sudah diperoleh saat ini.Dari sisi teknologi, ada beberapa kriteria tertentu yang harus dipenuhi
oleh suatu teknologi untuk dapat menggantikan teknologi HCFC yang saat ini digunakan, yaitu :
1 Teknologi tersebut sudah teruji dan cukup matang 2 Produk akhir dan kinerja tetap terjaga dari sisi kualitas
3 Biaya konversinya rendah dan tidak terlalu mengganggu kegiatan
operasional manufaktur saat ini 4 Memenuhi ketentuan standar lokal dan internasional untuk kesehatan,
keamanan dan lingkungan 5 Mempunyai emisi Setara CO
2
yang rendah baik secara langsung maupun tidak langsung.
6 Dapat diimplementasikan dalam jangka waktu pendek
Gambar 4.25 Alasan penggantian HCFC oleh pelaku industri
9+1.83 9+1.83
82+1.83
10 20
30 40
50 60
70 80
90
Penggantian jenis produk
Penggantian bahan
Peralatan rusak
Revitalisasi usaha
Penggantian Manajemen
Peraturan Pemerintah
T ingkat alasan penggantian HCFC
Alasan alih teknologi
51 Sedangkan kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah bahan pengganti
yang nantinya akan digunakan untuk menggantikan HCFC adalah: a. Memiliki sifat fisika dan kimia yang menguntung bagi semua
aplikasi b. Inert dan stabil
c. Kompatibel dengan bahan yang sekarang ada d. Lebih diutamakan yang tidak mudah terbakar
e. Tidak beracun f. Mempunyai nilai ODP nol dan GWP yang rendah
g. Mudah diperoleh
Potensi lingkungan
Terkait dengan pengelolaan limbah HCFC dan limbah lain yang dihasilkan dalam proses produksi diperoleh informasi bahwa jumlah stok
HCFC yang ada digudang mencapai jumlah kurang dari 68 kg dalam sebulan 64, namun ada juga yang menyimpan lebih dari jumlah tersebut
27, dan 9 responden tidak memberikan respon terhadap pertanyaan tersebut. Sedangkan untuk sisa stok yang tidak terpakai dan menjadi limbah
karena berbagai alasan, sebagian besar 82 menyatakan tidak ada stok yang tersisa, sedangkan 9 responden menyatakan kurang lebih 13.6 kg
yang tidak digunakan dan menjadi limbah, kemudian 9 responden tidak menjawab pertanyaan tersebut. Terkait dengan pengelolaan limbah HCFC
maupun limbah lain 55 responden menyatakan dibiarkan begitu saja, 36 responden menyatakan dilakukan lain-lain seperti dijual atau dikembalikan
ke distributor, dan 9 dibuang di tempat penimbunan sampah.
Gambar 4.26 Jumlah stok HCFC yang disimpan dalam gudang
9+0.6 64+0.6
27+0.6
10 20
30 40
50 60
70
Tidak ada respon 5
5 – 10 10
T ingkat penyimpanan HCFC per bulan di
11 perusahaan
Jumlah stok drumbulan
52
Gambar 4.27 Jumlah stok HCFC yang tidak terpakaikadaluarsa
Gambar 4.28 Proses pengelolaan limbah HCFC yang tidak terpakai
9+0.45 82+0.45
9+0.45 10
20 30
40 50
60 70
80 90
Tidak ada respon
1‐3 3‐5
5
T ingkat jumlah stok HCFC yang tidak terpakai
Jumlah stok tidak terpakai drumbln
18+1.44 55+1.44
9+1.44 18+1.44
10 20
30 40
50 60
Tidak ada respon
Dibiarkan Dibuang ke
penimbunan sampah
Dikelola di fasilitas
pengolah limbah
Lain‐lain T
ingkat pengelolaan limbah HCFC
Pengelolaan limbah HCFC
53
Gambar 4.29 Limbah lain yang dihasilkan Salah satu alasan percepatan penghapusan HCFC adalah karena
potensi penyebab pemanasan global bahan tersebut yang cukup besar disamping dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon. Dari hasil
perhitungan diperoleh potensi pengurangan gas rumah kaca untuk HCFC-22 dan HCFC-141b sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 4.12.
Gambar 4.30 Pengelolaan limbah jenis lain
55+2.09 45+2.09
10 20
30 40
50 60
70 80
Tidak ada respon
Oli Limbah cair Busa sisa
produksi Logam
Kertas T
ingkat produksi limbah non-HCFC
Jenis limbah non-HCFC yang dihasilkan
55+1.96
9+1.96 36+1.96
10 20
30 40
50 60
70 80
Tidak ada respon
Dibiarkan Dibuang ke
penimbunan sampah
Dikelola di fasilitas
pengolah limbah
Lain‐lain
T ingkat pengelolaan limbah non HCFC
Pengelolaan limbah lain non-HCFC
54
Tabel 4.12 Potensi penyebab perusakan ozon dan pemanasan global dari penggunaan HCFC-22 dan HCFC-141b
No. Perusahaan Jenis HCFC
HCFC-22 HCFC-141b
Jumlah konsumsi
Metrik TonMT
Potensi Emisi GRK
Setara CO
2
GWP=1810 Jumlah
Konsumsi MT
Potensi Emisi GRK
Setara CO
2
GWP=725 1
PT. A 68.48
123 948.80 -
- 2
PT. B 78.98
142 953.80 -
- 3
PT. C 9.78
17 701.80 -
- 4
PT. D 11.88
21 502.80 -
- 5
PT. E 28.9
52 309.00 44.1
31 972.50 6
PT. F 19.12
34 607.20 33.46
24 258.50 7
PT. G 28.56
51 693.60 42.84
31 059.00 8
PT. H 5.84
10 570.40 8.76
6351.00 9
PT. I 2.44
4416.40 3.66
2653.50 10
PT. J 2.04
3692.40 3.06
2218.50 11
PT. K 184.34
333 655.40 -
- JUMLAH
440.36 797 051.60
135.88 98 513.00
Potensi HCFC-22 sebagai bahan perusak ozon yang dapat dihapus dengan program alih teknologi ini sebanyak 440.36 MT atau 24.22 ODP ton
1 ODP ton HCFC-22=18.18, sementara untuk HCFC-141b sebanyak 135.88 MT atau 14.99 ODP ton 1 ODP ton HCFC-141b=9.06. Sedangkan
potensi gas rumah kaca HCFC-22 sebanyak 797 051.60 setara CO
2
, dan HCFC-141b sebanyak 98 513 setara CO
2.
HCFC termasuk refrigeran yang memerlukan penanganan khusus karena sifatnya yang berpotensi menimbulkan luka apabila ceroboh dalam
penanganannya. Tempat penyimpanan juga harus diperhatikan supaya tidak terjadi kebocoran, karena HCFC masuk dalam daftar bahan berbahaya dan
beracun sesuai PP No. 74 tahun 2001 tentang pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. Penanganan HCFC yang salah dapat menyebabkan terlepasnya
HCFC ke atmosfer sehingga dapat dikatakan melakukan tindakan yang dapat merusak lingkungan. HCFC yang sudah tidak terpakai karena
berbagai sebab seperti kadaluarsa, rusak atau sisa pakai harus dikelola secara benar sesuai Peraturan Pemerintah No. 85 Tahun 1999 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.
Kendala yang dihadapi saat ini adalah belum tersedianya fasilitas pengelolaan limbah HCFC yang memadai dari segi jumlah, karena hanya
ada satu fasilitas pengelolaan limbah BPO di Indonesia, yaitu fasilitas yang dikelola oleh PT. Geocycle yang merupakan anak perusahaan PT. Holcim
Indonesia. Proses pemusnahannya memanfaatkan temperatur tinggi
55 +2000°C dari tungku pembakar burner pada cement kiln. Biaya
pemusnahan BPO yang masih mahal juga menjadi kendala untuk pengelolaan limbah HCFC ini. Untuk 1 kg HCFC dikenakan biaya US 5,
sehingga saat ini fasilitas tersebut belum berjalan maksimal, dan limbah HCFC masih belum tertangani dengan baik.
Selain limbah HCFC, limbah lain yang dihasilkan dalam proses produksi peralatan pendingin juga harus mendapat perhatian, karena dapat
menjadi masalah dalam upaya menjaga lingkungan. Dalam kegiatan produksi peralatan pendingin, limbah lain yang dihasilkan antara lain berupa
potongan logam scrap, kertas dan oli. Beberapa perusahaan yang menjadi responden tidak bersedia merespon masalah limbah ini. Sementara
perusahaan lain sudah mulai menerapkan produksi bersih dengan memanfaatkan kembali limbah tersebut dalam bentuk lain ataupun menjual
limbah tersebut kepada vendor lain.
Untuk memenuhi komitmen Indonesia yang secara sukarela akan menurunkan emisi GRK sebesar 26 pada tahun 2020 dengan kondisi BAU
dan 41 apabila ada skenario bantuan pendanaan dan teknologi, penghapusan HCFC dengan potensi pengurangan GRK sebesar 895 564.60
setara CO
2
juga harus dimasukkan sebagai kontribusi terhadap 26 tersebut, walaupun HCFC tidak masuk dalam pengaturan dalam Protokol
Kyoto.Variabel sosial dan kesehatan kerja dalam mendukung proses alih teknologi
5 SIMPULAN DAN SARAN