Pembuatan Pati Ubi Jalar

hidrolisis sehingga dapat meningkatkan dosis enzim yang diperlukan dalam proses hidrolisis. Nilai kadar pati ubi jalar segar yang dihasilkan adalah sekitar 29.73±0.98. Kadar pati yang dihasilkan pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan kandungan pati yang diperoleh oleh Wahyuni 2008 yaitu sekitar 28.21±0.933. Sedangkan menurut Musaddad 2005 sebesar 31 serta Puslittan 2007 sebesar 31.16. Kadar pati menunjukkan jumlah pati yang terkandung dalam bahan. Perbedaan kadar pati yang diperoleh dapat disebabkan oleh perbedaan umur simpan dan umur panen dari ubi jalar tersebut. Menurut Winarno 1992, kandungan pati dalam suatu bahan akan berkurang seiring dengan lamanya waktu panen. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan oleh enzim yang terdapat dalam tanaman yang dapat memecah pati menjadi disakarida. Hasil analisa proksimat pada ubi jalar segar menunjukkan penurunan nilai kadar abu, kadar protein, kadar lemak dan serat kasar setelah diekstraksi menjadi pati ubi jalar. Hal ini disebabkan oleh terdapat beberapa senyawa seperti lemak, protein serta abu yang tidak ikut terekstraksi sehingga senyawa-senyawa tersebut ikut bersama ampas. Nilai kadar pati dari pati ubi jalar yang dihasilkan pada penelitian ini mencapai 90.64±1.532. Dengan kandungan pati yang cukup tinggi menunjukkan bahwa ubi jalar varietas Sukuh memiliki potensi sebagai sumber glukosa dalam substrat fermentasi. Hal ini berarti bahwa ubi jalar varietas Sukuh merupakan salah satu jenis tanaman berpati yang dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan bioetanol.

4.2 Pembuatan Pati Ubi Jalar

Ubi jalar merupakan salah satu jenis tanaman berpati. Kandungan pati dalam ubi jalar berbeda-beda tergantung dari jenis dan varietas ubi jalar tersebut. Ubi jalar yang digunakan pada pembuatan pati ubi jalar adalah ubi jalar Sukuh. Ubi jalar Sukuh merupakan salah satu jenis ubi jalar putih dan varietas unggulan yang memiliki kandungan pati yang tinggi. Menurut Lingga et al. 1986, umbi yang berwarna putih memiliki kadar pati yang lebih tinggi dibandingkan dengan umbi yang berwarna merah. Selain memiliki kadar pati yang tinggi 31.16, ubi jalar sukuh dapat dipanen lebih cepat 3 – 3.5 bulan Puslitttan 2007. Pembuatan pati ubi jalar dilakukan dengan cara ekstraksi basah yaitu ubi jalar segar setelah pencucian ubi jalar dilakukan pemarutan dan penambahan air sebanyak 1 : 5 untuk mengekstrak patinya. Selanjutnya dilakukan pengendapan selama 8 – 12 jam. Setelah terbentuk pati ubi jalar basah kemudian dilakukan pengeringan dan dihasilkan pati ubi jalar kering. Fungsi dari pemarutan adalah untuk memperkecil ukuran sehingga sel pati akan pecah dan mengeluarkan pati secara maksimal dari umbinya. Penambahan air dilakukan untuk melarutkan pati yang terdapat pada ampas sehingga dapat diperoleh pati yang banyak. Hasil rendemen pati ubi jalar varietas sukuh disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Rendemen pati ubi jalar Berat Awal Ubi Jalar g Berat Akhir Pati g Rendemen 5000 1187 23.74 5000 1210 24.20 Rata-rata 1198.5 23.97 ± 0.33 Pembuatan pati dari ubi jalar varietas sukuh menghasilkan rendemen pati sebesar 23.97 ± 0.33 Tabel 06. Ubi jalar varietas sukuh merupakan salah satu varietas unggulan ubi jalar yang memiliki kandungan pati yang tinggi mencapai 31.16 dan umur panen yang relatif singkat 3-3.5 bulan Puslittan 2007; Deptan 2008. Rendemen pati tertinggi pada ubi jalar varietas Sukuh yaitu sekitar 14.5. Ubi jalar varietas Sukuh memiliki tingkat kekerasan dan kekuatan gel tertinggi berkaitan dengan kadar amilosanya yang tinggi yaitu sekitar 39 bk dengan suhu gelatinisasi 88.5 o C Erliana et al. 2005. Kadar pati dan gula reduksi ubijalar cukup tinggi yaitu 8-29 dan 0,5-2,5, maka ubijalar dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sirup. Sekitar setengah dari produksi ubijalar di Jepang digunakan untuk pembuatan pati yang dimanfaatkan oleh industri tekstil, kosmetik, kertas, dan sirup glukosa. Di Indonesia ubijalar berpeluang sebagai bahan baku terbarukan untuk industri bioetanol sebagai bioenergi. Rendemen yang diperoleh tidak mencapai kadar pati dari ubi jalar yang dihasilkan. Hal ini disebabkan oleh adanya loss kehilangan pada saat proses ekstraksi. Loss kehilangan dapat terjadi pada saat proses pemarutan, pemerasan ekstraksi, dan perendaman. Pada proses ekstraksi sangat memungkin terjadinya loss karena masih terdapat sisa pati pada ampas yang tidak ikut terekstraksi. Ekstraksi yang tidak optimal dapat mengurangi rendemen yang akan diperoleh. Pati ubijalar dapat digunakan untuk produksi alkohol, etanol atau sekarang lebih populer dengan bioetanol. Solusi untuk mengurangi impor bahan bakar minyak adalah meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan, diantaranya adalah bahan bakar hayati yaitu bioetanol. Seperti halnya ubi kayu, ubi jalar juga dapat dimanfaatkan untuk produk bioetanol. Pembuatan pati ubi jalar merupakan salah satu jenis bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sirup glukosa ubi jalar. Sirup glukosa ubi jalar dibuat dari beberapa variasi ubi jalar yaitu dari umbi parut ubi jalar, pati basah ubi jalar, pati kering ubi jalar dan tepung ubi jalar.

4.3 Pembuatan Sirup Glukosa