Kinetika Fermentasi TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ubi Jalar

konsentrasi biomassa. Pada laju pertumbuhan yang lebih tinggi, konsentrasi substrat awal akan lebih besar daripada konsentrasi residu substrat dan peningkatan konsentrasi substrat tidak signifikan. Laju dilusi pada kultur fed batch dapat dipertahankan konstan dengan meningkatkan laju pengumpanan secara ekponesial Trevan et al. 1987.

2.7 Kinetika Fermentasi

Mikroorganisme tumbuh dalam suatu spektrum lingkungan fisik dan kimiawi yang sangat luas, pertumbuhannya dan kegiatan-kegiatan fisiologik lainnya merupakan suatu respon terhadap lingkungan fisiko kimiawinya. Kinetika fermentasi menggambarkan pertumbuhan dan pembentukan produk oleh mikroorganisme, bukan hanya pertumbuhan sel aktif, tetapi juga kegiatan- kegiatan sel sel-sel istirahat dan sel mati, berhubung masih banyak produk-produk komersial diproduksi setelah pertumbuhan mikroorganisme terhenti. Menurut Judoamidjojo et al. 1992, pertumbuhan mikrobial biasanya dicirikan dengan waktu yang dibutuhkan untuk menggandakan massa sel atau jumlah sel. Waktu ganda massa dapat berbeda dengan waktu ganda sel, karena massa sel dapat meningkatkan tanpa peningkatan dalam jumlah sel. Namun demikian bila pada suatu lingkungan tertentu interval antara massa sel atau penggandaan jumlah adalah konstan dengan waktu, maka organisme itu tumbuhan pada kecepatan eksponensial. Pada keadaan ini pertumbuhan dinyatakan sebagai : X dt dX µ = 1 atau N dt dN n µ = 2 Dimana : X = konsenstrasi sel gl N = jumlah sel sell µ = laju pertumbuhan spesifik dalam jam -1 massa t = waktu menit µ n = laju pertumbuhan spesifik dalam jam -1 jumlah Persamaan 1 menggambarkan peningkatan massa sel dan kesetimbangan dan persamaan 2 menggambarkan peningkatan jumlah sel dengan fungsi waktu. Pada umumnya pertumbuhan diukur dengan peningkatan massa, sehingga µ dapat digunakan. Jika persamaan 1 diintegralkan maka akan menjadi : ∫ ∫ = 2 1 2 1 X X t t dt x dx µ 3 Bila laju pertumbuhan spesifik tetap, maka akan menghasilkan : t x x ∆ = µ 1 2 ln 4 Untuk kasus dimana ∆t = td, maka : µ µ 693 , 2 ln = = td 5 Dimana td adalah waktu ganda sel. Selama fermentasi batch, laju pertumbuhan spesifik adalah konstan dan tidak tergantung pada perubahan konsentrasi nutriennya Stanbury dan Whitaker 1984. Bentuk hubungan antara laju pertumbuhan dan konsentrasi substrat telah diteliti oleh Monod 1942, dengan persamaan sebagai berikut : µ max S µ = K s + S Dimana, µ = laju pertumbuhan spesifik µ max = laju pertumbuhan spesifik yang maksimal S = konsentrasi substrat K s = konstanta penggunaan substrat, nilainya sama dengan konsentrasi substrat pada saat µ = ½ µ max dan merupakan ukuran afinitas mikroorganisme terhadap substrat Pertumbuhan dan pembentukan produk oleh mikroorganisme merupakan proses biokonversi. Dimana nutrien kimiawi yang diumpankan pada fermentasi dikonversi menjadi massa sel dan metabolit-metabolit. Setiap konversi dapat dikuantifikasikan oleh suatu koefisien hasil yang dinyatakan sebagai massa sel atau produk yang terbentuk per unit massa nutrien yang dikonsumsi, yaitu Y xs untuk sel dan Y ps untuk produk yang dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : ∆ x ∆ p Y xs = Y ps = ∆ S ∆ S Dimana, Y xs = rendemen pembentukan sel oleh substrat Y ps = rendemen pembentukan produk oleh substrat Menurut Sa’id 1987 bahwa tumbuh yang dicirikan oleh peningkatan massa sel, hanya terjadi bilamana kondisi-kondisi kimiawi dan fisika tertentu terpenuhi, misalnya terdapatnya suhu dan pH yang dapat sesuai dan tersedianya nutrien yang dibutuhkan. Kinetika pertumbuhan dan pembentukan produk memperlihatkan kemampuan sel dalam memberikan respon terhadap lingkungan. Pertumbuhan mikroorganisme secara batch yang ditumbuhkan pada medium tertentu, memiliki kurva seperti yang disajikan pada Gambar 03. Umumnya, pertumbuhan diukur dengan pengukuran massa sel. Fase pertumbuhan dimulai pada fase adaptasi, fase pertumbuhan yang dipercepat, fase pertumbuhan logaritma eksponensial, fase pertumbuhan yang mulai dihambat, fase stasioner maksimum, fase kematian dipercepat, dan fase kematian logaritma. Pada fase adaptasi, mikroba baru menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, sehingga sel belum membelah diri. Sel mikroba mulai membelah diri pada fase pertumbuhan yang dipercepat, tetapi waktu generasinya masih panjang. Fase permulaan sampai fase pertumbuhan dipercepat sering disebut lag phase. Kecepatan sel membelah diri paling cepat terdapat pada fase pertumbuhan logaritma atau pertumbuhan eksponensial, dengan waktu generasi pendek dan konstan. Selama fase logaritmik, metabolisme sel paling aktif, sintesis bahan sel sangat cepat dengan jumlah konstan sampai nutrien habis atau terjadinya penimbunan hasil metabolisme yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Selanjutnya pada fase pertumbuhan yang mulai terhambat, kecepatan pembelahan sel berkurang dan jumlah sel yang mati mulai bertambah. Pada fase stasioner maksimum jumlah sel yang mati semakin meningkat sampai terjadi jumlah sel hidup hasil pembelahan sama dengan jumlah sel yang mati, sehingga jumlah sel hidup konstan, seolah-olah tidak terjadi pertumbuhan pertumbuhan nol. Pada fase kematian yang dipercepat kecepatan kematian sel terus meningkat sedang kecepatan pembelahan sel nol, sampai pada fase kematian logaritma maka kecepatan kematian sel mencapai maksimal, sehingga jumlah sel hidup menurun dengan cepat seperti deret ukur. Walaupun demikian penurunan jumlah sel hidup tidak mencapai nol, dalam jumlah minimum tertentu sel mikroba akan tetap bertahan sangat lama dalam medium tersebut. Gambar 03. Kinetika Fermentasi batch. Kurva : a memperlihatkan massa sel bila tidak terjadi lisis, b massa sel bila terjadi lisis dan diikuti pertumbuhan kriptik, dan c “Viabel Cell Count” bila terjadi lisis Wang et al. 1979. Menurut Wang et al. 1979, pertumbuhan juga dapat dihubungkan dengan konsumsi nutrien selain dihubungkan dengan pembentukan produk. Pembentukan produk tidak mungkin terjadi tanpa adanya sel. Oleh karena itu, diharapkan pertumbuhan dan pembentukan produk sangat erat kaitannya dengan penggunaan nutrien, dan ini tergantung pada kontrol pengaturan metaboliknya.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Penelitian produksi bioetanol dari sirup glukosa ubi jalar dilakukan sebagai upaya peningkatan nilai tambah dari ubi jalar. Penelitian dilakukan pada skala labarotorium dengan menggunakan bahan-bahan untuk ekstraksi dan analisa. Analisa menggunakan bahan kimia analitik untuk menjamin tingginya kualitas data yang dihasilkan. Skema kegiatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 06.

3.2 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April sampai Desember 2009 di Laboratorium Balai Besar Penelitian Pascapanen Bogor dan Laboratorium Rekayasa Bioproses Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Beberapa laboratorium penunjang antara lain Laboratorium Instrumen Teknologi Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor.

3.3 Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan adalah ubi jalar varietas Sukuh. Mikroorganisme yang digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Bahan yang digunakan untuk likuifikasi,sakarifikasi dan fermentasi meliputi : enzim α-amilase Liquizymes, enzim amiloglukosidase Dextrozymes, aquades, CH 3 COOH, ekstrak khamir, ekstrak malt, glukosa, peptone, NaOH, HCl, NPK, NH 4 2 SO 4 , trace element , alumunium foil, kapas, tisu. Bahan kimia yang digunakan untuk analisa meliputi : fenol, H 2 SO 4 , 3.5-Dinitrosalisilat DNS. Alat-alat yang digunakan adalah wadah plastik, parut, kain saring 150 mesh dan 250 mesh, Erlenmeyer, gelas ukur, inkubator, oven, kertas saring, waterbath, inkubator, bioreaktor 2 liter, pompa peristaltik, autoklaf, timbangan, spektrofotometer, tabung reaksi, eppendorf, botol sampling, botol vial, labu ukur, pipet volume, mikropipet dan GC Gas Chromatography.