II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keamanan Pangan
Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia UU No 7 1996. Memperoleh pangan yang aman merupakan hak asasi setiap individu.
Pangan yang aman tentunya pangan yang terbebas dari atau mengandung dalam jumlah yang tidak membahayakan kesehatan manusia dari bahaya-bahaya berikut
: biologi, kimia dan fisik. Pencemaran pangan akibat ketiga bahaya tersebut dapat terjadi di setiap titik rantai pangan yaitu sejak dari hulu hingga hilir. Dengan
demikian penjaminan keamanan pangan harus dimulai sejak pangan diproduksi hingga siap dikonsumsi.
Perlindungan konsumen dan pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan makanan merupakan hal yang sangat penting dalam program keamanan pangan
dan merupakan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu perlu adanya sistem keamanan pangan terpadu, yang melibatkan semua pihak yang terkait.
Salah satu program nasional yang dikembangkan dalam rangka meningkatkan keamanan pangan di Indonesia yaitu dengan dibentuknya Sistem Keamanan
Pangan Terpadu SKPT pada tahun 2002. Sistem Keamanan Pangan Terpadu SKPT merupakan program nasional yang terdiri dari semua stakeholder kunci
yang terlibat dalam keamanan pangan dari lahan pertanian sampai siap dikonsumsi.
Sistem ini mengkombinasikan keahlian dan pengalaman dari pemerintah, industri, akademisi dan konsumen secara sinergis dalam menghadapi tantangan-
tantangan baru yang mempengaruhi keamanan pangan nasional. Model SKPT dibentuk berdasarkan pada pedoman yang dikeluarkan WHO “Guidelines for
Strengthening a National Food Safety Programme ” untuk mencapai harmonisasi
program keamanan pangan dan laboratorium yang berstandar internasional.
Tiga jejaring dibentuk menurut prinsip analisis risiko untuk mengelompokkan stakeholder dalam SKPT, yaitu Jejaring Intelijen Pangan JIP, Jejaring
Pengawasan Pangan JPP dan Jejaring Promosi Keamanan Pangan JPKP. Ketiga jejaring tersebut bersinergi satu sama lain untuk mengoptimalkan kegiatan
yang berkaitan dengan analisis resiko.
2.2. Sistem Manajemen Pengawasan Keamanan Pangan
Menurut UU No. 7 tahun 1996 tentang pangan, sistem pangan merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengaturan, pembinaan dan atau
pengawasan terhadap kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan sampai siap dikonsumsi manusia. Pada pasal 3 UU tersebut menyebutkan bahwa
pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan dilakukan untuk : a.
Tersedianya pangan yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan manusia;
b. Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab;
c. Terwujudnya tingkat kecukupan pangan dengan harga yang wajar dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kegiatan pengaturan bersifat wajib baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah untuk memberi perlindungan kepada konsumen dan menjamin bahwa semua produk pangan sejak produksi, penanganan, penyimpanan, pengolahan, dan
distribusi adalah aman, layak dan sesuai untuk konsumsi manusia, memenuhi persyaratan keamanan dan mutu pangan, dan telah diberi label dengan jujur dan
tepat sesuai dengan hukum yang berlaku FAOWHO 2003. Di Indonesia, sistem jaminan mutu dan keamanan pangan diwujudkan dengan
adanya penyusunan peraturan-peraturan yang terkait dengan jaminan mutu dan keamanan pangan. Jaminan terhadap mutu dan keamanan pangan dilakukan pada
setiap rantai produksi, mulai dari penerimaan bahan baku di sarana produksi, proses produksi, pengemasan sampai produk siap didistribusikan dan dikonsumsi.
Pengendalian keamanan pangan merupakan tanggung jawab bersama. Pemerintah berkewenangan untuk melakukan pengaturan, pembinaan dan
pengawasan terhadap keamanan pangan yang beredar, produsen pangan