pangan, b produk pangan yang beredar tidak sesuai dengan data yang disetujui pada waktu memperoleh surat persetujuan pendaftaran, c produk pangan yang
dipromosikan menyimpang dari ketentuan yang berlaku, d produk pangan tidak diproduksi atau diimpor lagi, e ditemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, f nama dagang yang digunakan telah terdaftar secara sah oleh pihak lain pada instansi yang berwenang, g
berdasarkan penelitian dan atau pemantauan setelah beredar, produk pangan tidak memenuhi kriteria yang diharuskan, h tidak melaksanakan kewajiban, i izin
industri pangan untuk memproduksi, izin importir, dan atau izin distributor dicabut, dan j pemilik surat persetujuan pendaftaran melakukan pendaftaran di
bidang produksi atau distribusi produk pangan. Pembatalan surat persetujuan pendaftaran produk pangan dilakukan oleh Kepala Badan menggunakan formulir
P6 Lampiran 10.
4.1.2. Pengawasan Post-Market
4.1.2.1. Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan
Sesuai dengan lingkup tugasnya Badan POM melakukan pengawasan terhadap sarana produksi pangan. Pengawasan tersebut dilakukan oleh Balai
BesarBalai POM di Indonesia secara rutin terhadap sarana yang produknya terdaftar, baik di Badan POM MD, maupun di Dinas Kesehatan KabupatenKota
SPPIRT. Penentuan prioritas pemeriksaan sarana produksi diserahkan kepada Balai BesarBalai POM setempat.
Pemeriksaan terhadap sarana produksi pangan yang dilakukan oleh Badan POM mengacu pada pedoman cara produksi pangan yang baik CPPB.
Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia nomor 75M-INDPER72010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang
Baik Good Manufacturing Practices dan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK.00.05.5.1639 tentang Pedoman
Cara Produksi Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga CPPB-IRT. Pemeriksaan sarana produksi pangan bertujuan untuk mendorong
dilaksanakannya cara produksi pangan yang baik oleh produsen sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, agar masyarakat tidak dirugikan oleh peredaran produk yang tidak memenuhi syarat dan untuk mencegah
persaingan yang tidak sehat antar produsen. Selain itu bertujuan untuk memperoleh data keadaan sarana produksi pangan yang diperiksa, sehingga data
tersebut dapat digunakan sebagai upaya untuk peningkatan cara produksi pangan dan atau dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan langkah tindak
lanjutnya. Untuk melaksanakan kegiatan pemeriksaan sarana produksi pangan, Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan Badan POM menyusun petunjuk teknis
pemeriksaan sarana produksi pangan dan untuk penilaian menggunakan petunjuk penilaian CPMB Sarana Produksi Pangan Form A Lampiran 11.
Formulir penilaian CPMB terdiri dari lembar data umum dan data khusus. Form A ini dibagi ke dalam 5 kelompok yaitu 1 kelompok A mengenai data
umum, 2 kelompok B mengenai data khusus, 3 kelompok C merupakan daftar pengecekan CPMB sarana produksi pangan, 4 kelompok D mengenai hasil
penilaian, dan 5 kelompok E adalah lembar saran-saran, baik saran administratif, saran fisik maupun saran operasional.
Daftar pengecekan CPMB sarana produksi pangan yang ada di kelompok C terdiri dari Sub kelompok mengenai 1 sikap dan wawasan pimpinan perusahaan
mengenai sistem pengawasan mutu, 2 kondisi sanitasi dan hygiene bangunan, fasilitas dan sanitasi, 3 sanitasi dan kesehatan serta tindak tanduk karyawan, dan
4 cara penanganan dan pengolahan bahan pangan GMP. Keseluruhan aspek tersebut akan dinilai dan apabila tidak memenuhi syarat sesuai dengan
pertanyaan negatifdefectdeficiency maka pemberian tanda X pada kolom yang tersedia yaitu pada kolom MN Minor, MJ Major, SR Serius atau KT Kritis.
Pemberian tanda tick pada kolom OK apabila kenyataan yang ada di lapangan dilakukan dengan benar berlawanan dengan pernyataan negatif pada kolom aspek
yang dinilai. Apabila pada kenyataannya ada aspek pertanyaan yang tidak diberlakukan
maka diberi tanda tb tidak diberlakukan pada kolom keterangan dan aspek tersebut tidak dikenakan penilaian. Apabila ada dua pilihan tanda X dalam setiap
nomor aspek yang dinilai, maka jika penyimpangannya dinilai ringan sebelah kiri
yang dilingkari dan jika penyimpangannya dinilai berat maka sebelah kanan yang dilingkari
. Kelompok D merupakan hasil penilaian, digunakan untuk menentukan
tingkat rating kelayakan sarana produksi pangan berdasarkan penyimpangan yang ada dengan menggunakan standar pada tabel 1. Kelompok E adalah lembar
saran-saran, baik saran administratif, saran fisik maupun saran operasional. Daftar pengecekan CPMB harus ditandatangani oleh petugas penilai dari instansi yang
berwenang dan pimpinan unit pengolahan atau petugas lain yang ditunjuk. Tabel 1. Tingkatrating kelayakan sarana produksi
Tingkat rating
Jumlah penyimpangan
MN minor
MJ Major
SR Serius
KT Kritis
A Baik sekali 0-6
0-5
B Baik 7
6-10 1-2
atau tb
11
C Kurang
tb 11
3-4
D Jelek tb
tb 5
1
Penilaian terhadap sarana produksi pangan yang tercakup dalam form A terdiri dari 23 grup, mulai dari group A sampai dengan group W. Unsur-unsur
yang dinilai dari group tersebut yaitu pimpinan; sanitasi lokasi dan lingkungan: fisik; sanitasi lingkungan: pembuanganlimbah; sanitasi lingkungan : infestasi
burung, serangga, atau binatang lain; pabrik-umum; pabrik-ruang pengolahan; fasilitas pabrik; pembuangan limbah di pabrik; operasional sanitasi di pabrik;
binatang pengganggu-serangga dalam pabrik; peralatan produksi; pasokan air; sanitasi dan hygiene karyawan; gudang biasa kering; gudang beku, dingin
apabila digunakan; gudang kemasan produk; tindakan pengawasan; bahan mentah dan produk akhir; hasil uji; tindakan pengawasan; sarana
pengolahanpengawetan; penggunaan bahan kimia; bahan, penanganan dan pengolahan.
Hasil pemeriksaan sarana produksi dilaporkan oleh Balai BesarBalai POM ke Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Pangan setiap triwulan dengan
menggunakan Form RA yaitu formulir rekapitulasi hasil pemeriksaan sarana produksi makanan dan minuman Lampiran 12. Untuk hasil pemeriksaan sarana
produksi pangan MD, sarana yang dinyatakan memenuhi syarat MS adalah sarana produksi pangan yang mendapat nilai B, sedangkan yang mendapat nilai C
dan K dinyatakan tidak memenuhi syarat TMS. Berbeda halnya dengan pemeriksaan sarana produksi industri rumah tangga pangan IRTP, sarana yang
dinyatakan memenuhi syarat MS adalah sarana produksi pangan yang mendapat nilai B dan C, sedangkan yang mendapat nilai K dinyatakan tidak memenuhi
syarat TMS. Petugas Balai BesarBalai POM yang melakukan pemeriksaan sarana
produksi pangan adalah petugas pengawas pangan. Untuk menjamin kualitas sumberdaya manusia SDM yang melakukan pengawasan produk pangan yang
beredar, Badan POM menyelenggarakan pelatihan kompetensi pengawas pangan secara berjenjang. Tenaga pengawas pangan yang telah mengikuti pelatihan
penjenjangan tersebut dikenal dengan pengawas pangan nasional National Food Inspector
NFI. Semakin banyaknya sarana produksi pangan skala industri rumah tangga
IRTP yang tersebar di Indonesia, mengakibatkan sangat sulit untuk melakukan pengawasan terhadap seluruh sarana produksi. Untuk mengatasi hal tersebut
Badan POM memperluas cakupan kinerja pengawasan terhadap produk pangan dengan cara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah setempat untuk melatih
petugas pengawas pangan yang direncanakan khusus melakukan pengawasan dan bimbingan terhadap sarana produksi pangan skala IRT yang disebut District Food
Inspector DFI. Petugas DFI tersebut berada di Dinas Kesehatan
KabupatenKota. Jumlah tenaga pengawas pangan yang tersebar di seluruh Indonesia yaitu sebanyak 169 orang NFI dan 1,829 DFI Susanti, 2010.
4.1.2.2. Pemeriksaan Sarana Distribusi Pangan