11
1. Metode Pengumpulan Data
Data-data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara. Sistem pengelolaan rantai pasok alpukat di pasar sekitar lokasi wisata Bogor diteliti lebih lanjut dengan cara
mewawancarai berbagai entitas rantai pasok. Wawancara yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur pertanyaan ataupun jawabannya. Metode
pengumpulan data untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan adalah melalui penelusuran rantai pasok yang dimulai dari pedagang pengecer yang ada di sekitar lokasi wisata Bogor. Daftar
pertanyaan yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 3. Seluruh pedagang pengecer yang menjual alpukat didata berdasarkan jumlah kapasitas
usahanya, kemudian dari kapasitas usaha tersebut dibagi dalam beberapa kelompok. Sampel dipilih secara purposive dari tiap kelompok dengan pertimbangan kemudahan memperoleh informasi dari
pedagang pengecer tersebut. Penelusuran rantai pasok berikutnya ditentukan dengan teknik snowball sampling
dimana entitas lainnya ditentukan berdasarkan keterangan dari pihak pedagang pengecer yang berasal dari lokasi penelitian di lokasi wisata tersebut.
Identifikasi pada entitas berikutnya di pedagang pengumpul besar dan pedagang grosir dilakukan dengan cara wawancara dengan perwakilan masing-masing entitas. Pedagang pengumpul
besar yaitu pihak pemasok yang membeli alpukat untuk mengumpulnya dan membawanya ke pedagang grosir atau pedangan pengecer. Pedagang grosir yang dimaksud di sini yaitu pedagang
alpukat baik grosirbandar maupun eceran yang memperoleh alpukat langsung dari wilayah produsen alpukat. Untuk pedagang pengumpul besar peneliti mewawancarai dua orang pedagang pengumpul
yang keduanya berasal dari Bandung. Identifikasi di pedagang grosir diperoleh dari hasil wawancara dengan soerang pedagang di Pasar Induk Cibitung. Kedua pedagang pengumpul besar dan seorang
pedagang grosir ini dapat ditemui di tempat dan mau untuk diwawancarai. Identifikasi pada entitas berikutnya sulit dilakukan karena jauhnya tempat dan kurangnya informasi dari entitas sebelumnya
sehingga batasan penelitian hanya di pedagang pengecer kecamatan, pedagang pengumpul dan pedagang grosir.
2. Metode Analisis Data a. Analisis Deskriptif
Analisis pengelolaan rantai pasok dilakukan dengan analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis yang digunakan dengan tujuan memperoleh gambaran secara
mendalam dan obyektif mengenai obyek penelitian. Tujuan penggunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan
memeriksa sebab-sebab dari gejala tertentu Ritonga 2005 diacu dalam Hani 2007. Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis secara deskriptif tabulasi dan statistik sederhana untuk
menggambarkan keadaan pasar dan aliran rantai pasok alpukat.
b. Analisis Tingkat Kerusakan Mekanis
Pengamatan dilakukan secara visual berdasarkan adanya bentuk-bentuk kerusakan mekanis pada buah. Setiap buah yang mengalami kerusakan baik besar maupun kecil dikategorikan sebagai
buah yang mengalami kerusakan mekanis. Hasil pengamatan ini digunakan untuk identifikasi penyebab kerusakan alpukat dalam rantai pasok berdasarkan besarnya tingkat kerusakan mekanisnya.
12 Persamaan yang digunakan untuk menghitung kerusakan mekanis yang terjadi adalah sebagai
berikut: =
× Dimana :
Km = Kerusakan mekanis Jar = Jumlah alpukat rusak bobot
Tba = Total contoh buah alpukat bobot Pengambilan contoh buah alpukat berdasarkan Menegristek Bidang Pendayagunaan dan
Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 2000 ialah setiap kemasan diambil contohnya sebanyak 3 kg dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut dicampur merata tanpa
menimbulkan kerusakan, kemudian dibagi 4 dan dua bagian diambil secara diagonal. Cara ini dilakukan beberapa kali sampai contoh mencapai 3 kg untuk dianalisa.
a Jumlah kemasan dalam partai: 1 sampai 100, minimum jumlah contoh yang diambil 5. b Jumlah kemasan dalam partai: 101 sampai 300, minimum jumlah contoh yang diambil 7.
c Jumlah kemasan dalam partai: 301 sampai 500, minimum jumlah contoh yang diambil 9. d Jumlah kemasan dalam partai: 501 sampai 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 10.
e Jumlah kemasan dalam partai: lebih dari 1000, minimum jumlah contoh yang diambil 15. Pada saat di lapangan pengambilan contoh berdasarkan metode di atas sulit dilakukan karena
terkendala kurangnya informasi mengenai waktu datangnya alpukat. Hal ini menyebabkan alpukat yang baru bisa diamati sehari sampai tiga hari setelah alpukat sudah tidak di kemasan. Bahkan jika
pengamatan dilakukan pada hari yang sama alpukat sudah dikeluarkan dari kemasan beberapa jam sebelumnya. Metode di atas juga sulit dilakukan untuk alpukat yang masih di kemasan, karena
biasanya pada saat datang alpukat langsung dikeluarkan dari kemasan untuk disortir. Sementara untuk melakukan metode tersebut dibutuhkan waktu yang lama mulai dari tahap pencampuran sampai
pengambilan dua bagian secara diagonal yang dilakukan berulang-ulang untuk mendapatkan contoh alpukat yang mencapai 3 kg tiap kemasannya.
Pengambilan contoh pada saat di lapangan dilakukan dengan beberapa cara yang prosesnya disesuaikan dengan metode di atas. Metode pengambilan contoh yang dilakukan ialah :
1 Untuk alpukat yang bisa diamati di kemasan pada saat datang, jumlah kemasan yang
diamati sesuai dengan persyaratan metode di atas. Pada saat pengambilan contoh di tiap kemasan diambil 3 kg bagian atas, tengah dan bawah. Untuk tahap pencampuran sampai
pengambilan contoh sebanyak 3 kg tidak dilakukan, tetapi contoh yang diambil lebih banyak yaitu 9 kg dari 3 kg bagian atas, tengah dan bawah.
2 Untuk alpukat yang sudah tidak dalam kemasan atau telah disortir dan dipajang,
pengambilan contoh dilakukan secara acak di tempat pajangan. Jumlah contoh yang diambil disesuaikan dengan metode di atas. Dalam satu kemasan rata-rata jumlah alpukat sebesar 60
kg, jika pengambilan sampai lima kemasan maka jumlah alpukat sebesar 300 kg. Alpukat sebanyak 300 kg tersebut diambil 15 kg sebagai contoh yang dimana tiap kemasan diambil 3
kg. Jadi contoh yang diambil dari 300 kg alpukat sebesar 5 yaitu 15 kg. Jadi untuk pengambilan contoh alpukat yang ada di pajangan diambil 5 dari jumlah
alpukat dari partai yang sama. Jika 5 dari partai lebih kecil dari 3 kg maka minimal contoh yang diambil sebanyak 3 kg. Jika jumlah satu partai lebih besar dari 300 kg maka minimal
contoh yang diambil sebanyak 15 kg. Minimal contoh 3 kg dan 15 kg disesuaikan dengan metode dari Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. 1
13
Masa Simpan
Masa simpan yang dimaksud dalam pengamatan ini adalah lamanya penyimpanan buah alpukat di tingkat pengecer sampai alpukat tidak dapat dijual lagi atau busuk total. Pengamatan ini bertujuan
untuk melihat dampak dari kerusakan mekanis yang dihasilkan terhadap lamanya masa simpan buah alpukat di pedagang pengecer. Contoh buah alpukat yang diamati adalah buah alpukat yang telah
diamati tingkat kerusakannya, buah diambil sebanyak lima buah dalam satu partai secara acak. Kelima buah ini sengaja dibeli tetapi tetap disimpan di pajangan dengan tujuan melihat perubahan yang terjadi
dari hari ke hari sesuai kondisi yang ada di lapangan. Pada tiap pengamatan keterangan berupa kondisi buah dan perubahan harga berdasarkan informasi dari pedagang pengecer, jika menurut pedagang
pengecer buah sudah tidak dapat dijual maka pengamatan tidak dilakukan lagi. Masa simpan yang diperoleh berdasarkan lamanya penyimpanan buah yang telah mengalami
kerusakan mekanis akan dibandingkan dengan kapsaitas penjualan pedagang pengecer. Lamanya masa jual di pengecer sampai barang habis terjual diperoleh dari hasil wawancara.
c. Analisis Biaya Produksi dan Titik Impas