23
C. POLA ALIRAN RANTAI PASOK
Berdasarkan penelitian, pola aliran rantai pasok yang terdapat di pasar sekitar lokasi wisata Bogor dapat dilihat pada Gambar 6.
Analisis Kuantitatif
Entitas dalam border adalah batasan penelitian, sehingga analisis kuantitatif hanya dilakukan di tingkat pengumpul besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer
Pedagang pengecer memperoleh alpukat tidak hanya dari satu aliran rantai pasok, melainkan dari berbagai pola aliran. Walaupun terdiri dari berbagai pola aliran tapi seluruh pedagang pengecer
responden memperoleh pasokan alpukat melalui pedagang pengumpul besar. Seperti terlihat pada Gambar 5, terdapat 4 pola aliran rantai pasok. Penjelesan secara terperinci sebagai berikut :
1. Pola Aliran Rantai Pasok 1
Petani Pedagang Pengumpul kecil
Pedagang Pengumpul besar Pedagang Grosir
Pedagang Pengecer Konsumen
Pola aliran rantai pasok satu merupakan pola aliran pedagang pengecer yang memasok alpukat dari pedagang grosir. Pola aliran rantai pasok ini terdiri dari lima entitas pemasok yaitu petani,
pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Banyaknya entitas yang terdapat dalam pola aliran ini menjadikan sebagai pola aliran rantai pasok
yang terpanjang di antara empat pola aliran rantai pasok yang ada. Pedagang pengecer responden yang menggunakan pola aliran ini yaitu tiga orang di Pasar
Bogor. Ketiga pedagang pengecer di Pasar Bogor ini memliki skala usaha yang besar dengan kapasitas pembelian alpukat di atas 30 tontahun yang diperoleh dari berbagai pola aliran rantai pasok.
Pedagang pengecer responden memperoleh alpukat dari beberapa pedagang grosir di dua pasar Induk yaitu Pasar Induk Kramat Jati dan Pasar Induk Cibitung. Pedagang pengecer tidak secara rutin
memasok alpukat dari pedagang grosir. Jumlah alpukat yang dipasok disesuakan dengan situasi pasar saat itu.
Pedagang grosir yang menjadi responden adalah seorang pedagang yang berasal dari Pasar Induk Cibitung. Biaya pengiriman dari pedagang grosir ke pedagang pengecer ditanggung oleh
pedagang pengecer dengan menggunakan jasa angkutan. Terdapat dua sistem pembayaran yang diberlakukan pedagang grosir ke pedagang pengecer yaitu pembayaran dilakukan setelah barang habis
terjual dan sistem cash. Jika pedagang pengecer membayar dengan sistem cash pada saat barang datang maka diberikan potongan harga sebesar Rp. 500kg.
Gambar 6. Pola aliran rantai pasok di pasar sekitar lokasi wisata 1, 2
1, 2 3
4 1
2, 3
Konsumen Pedagang Pengecer
Pedagang Grosir Pengumpul besar
Petani Pengumpul kecil
24 Pedagang grosir membeli alpukat dari berbagai pedagang pengumpul besar yang berada di
sentra-sentra produksi alpukat. Pedagang kecamatan yang mengirim ke responden pedagang grosir berasal dari Probolinggo, Lampung dan Bali. Pedagang pengumpul besar mengirim alpukat yang
sudah disortir, grading, dan dikemas dengan peti kayu. Biaya pengiriman dari daerah sentra produksi alpukat ditanggung oleh pedagang pengumpul besar. Pengiriman dilakukan dalam jumlah
yang besar dengan menggunakan truk fuso dengan rata-rata muatan 5-7 ton
Grading yang dilakukan responden pedagang grosir berdasarkan berat alpukatnya. Semakin berat alpukat tersebut maka semakin mahal harga jualya. Rata-rata dalam satu partai barang untuk
Grade A sebanyak 70, Grade B 25 dan Grade C 5 dari total. Grade A memiliki berat sekitar 1kg untuk 2 sampai 3 buah, Grade B sekitar 1 kg untuk 4 sampai 5 buah dan Grade C sekitar 1 kg untuk 6
sampai 7 buah. Jenis pembelian yang dilakukan responden pedagang grosir berdasarkan kesepekatan dengan pedagang pengumpul besar, tapi pada umumnya pembelian dengan sistem all gradesatu
harga. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang grosir dapat dilihat di Tabel 12. Tabel 12. Kapasitas pembelian dan harga di responden pedagang grosir
Bulan Asal
Pasokan Kapasitas
Pembelian Satuan
Harga Beli Rpkg
Harga Jual Rpkg
Keterangan 1-3
Probolinggo 5,000 Kghari
2,500 5,000
Grade A 4-5
1,000 Kgminggu 4,000
Grade B 2,000
Grade C 6-7
Lampung 3,000 Kg2 hari
6,000 10,000
Grade A 8,500
Grade B 5,000
Grade C 8
Bali 5,000 Kg3 hari
3,000 5,000
Grade A 4,000
Grade B 2,000
Grade C 9-10
Probolinggo 1,500 Kgminggu
10,000 12,000
Grade A 11,000
Grade B 9,000
Grade C 11-12
3,000 Kgminggu 6,000
10,000 Grade A
8,500 Grade B
5,000 Grade C
Musim panen raya alpukat Probolinggo berada di bulan 1-3. Responden pedagang grosir mampu melakukan pembelian setiap hari rata-rata 5 ton. Besarnya kapasitas pembelian responden
pedagang grosir diikuti dengan kapasitas penjulan yang besar juga. Responden pedagang grosir tidak hanya mengirim ke pasar-pasar di Bogor, tetapi juga mengirim ke pasar kota lainnya seperti
Tangerang, Bekasi, Cikarang dan Tanjung Priuk. Alpukat yang berasal dari Probolinggo memiliki harga pembelian yang lebih murah karena
terjadi pada saat panen raya. Pada saat alpukat dari Probolinggo mulai berkurang pedagang grosir memperoleh dari Lampung dan Bali. Bulan 9-10 alpukat dari Probolinggo mulai berbuah lagi tetapi
belum sebanyak pada saat panen raya sehingga harga pembelian masih tinggi. Harga pembelian mulai berangsur turun pada bulan 11-12 karena sudah mulai memasuki masa panen raya. Fluktuasi harga
dipengaruhi oleh banyaknya buah di pasaran, semakin berlimpah jumlah alpukat di pasaran semakin murah harga pembelian.
25
2. Pola Aliran Rantai Pasok 2