Output = 33,264 kgtahun 2. Input = 34,208 kgtahun Tenaga Kerja Langsung : 336 hari × 127 × 3 orang = 1,728 HOK 4. Harga Output = Rp. 8,755.49kg Output = 29,952 kgtahun 2. Input = 30,880 kgtahun Harga Output = Rp. 7,526.71kg Harga Bahan = Rp. 4,277.20kg

68 Lampiran 11. Contoh perhitungan nilai tambah responden pedagang pengecer Pedagang Pengecer Sari Barokah Pak Sayap

1. Output = 33,264 kgtahun 2. Input = 34,208 kgtahun

3. Tenaga Kerja Langsung : 336 hari × 127 × 3 orang = 1,728 HOK 4. Harga Output = Rp. 8,755.49kg

5. Upah tenaga kerja langsung = Rp. 21,600,000tahun×0.2Modal Usaha Alpukat 1,728HOKtahun = Rp. 2,500HOK 6. Harga Bahan = Rp. 6,113.50kg 7. Biaya Input Lain yaitu biaya yang dikeluarkan selain pembelian alpukat dan pembayaran tenaga kerja Komponen Biaya Jumlah Rptahun Penyusutan Investasi 606,666.67 Retribusi 4,032,000.00 Beban Listrik 480,000 Sewa Kios 19,200,000.00 Pengemasan 831,600.00 = Rp. 24,318,666.67tahun × 0.2 + Rp. 831,600 34,208kgtahun = Rp.166.49kg Pedagang Pengecer Pasar Bogor Pak Iwan

1. Output = 29,952 kgtahun 2. Input = 30,880 kgtahun

3. Tenaga Kerja Langsung : -

4. Harga Output = Rp. 7,526.71kg

5. Upah tenaga kerja langsung = -

6. Harga Bahan = Rp. 4,277.20kg

7. Biaya Input Lain yaitu biaya yang dikeluarkan selain pembelian alpukat dan pembayaran tenaga kerja Komponen Biaya Jumlah Rptahun Penyusutan Investasi 290,000 Retribusi 2,016,000 Beban Listrik 360,000 Tera Ulang Timbangan 30,000 Pengemasan 748,800 Total 3,444,800 = Rp. 3,444,900tahun 30,880kgtahun = Rp.111.55kg STUDY OF MECHANICAL DAMAGE AND SHELF LIFE OF AVOCADO IN BOGOR TRAVEL MARKET SUPPLY CHAIN A. Tri Setiawan Mashudi and Emmy Darmawati Departement of Mechanical And Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone 62 251 8632327, e-mail : a.tri_setiawanyahoo.co.id ABSTRACT As one of the horticultural commodities, avocados have a high enough level of damage in the process of distribution to the hands of consumers. This study aimed to map the avocado supply chain in the market which are located in Bogor tourist areas, then analyze the mechanical damage and shelf life, analyze the cost structure of production and the break even point, analyze the added value in each of the entities in the supply chain. Data analysis methods used were descriptive and quantitative analysis. The focus of the avocado supply chain entities in this study consisted of traders, wholesalers and retailers. There were four patterns of avocado supply chain flow. Retailers in Sari Barokah got avocados from two channels, that were traders and farmers. Retailers with large-scale in Pasar Bogor got avocados from wholesalers, while others got avocados directly from farmer. Mechanical damage occurred in the retailers was about 63.93. Observations indicated the shelf life of rotten avocado at 9 th day reached 51.07, while the other was severely degraded avocado followed by a decline in selling prices. Amount of traders average total cost who supply to Sari Barokah and Pasar Bogor were respectively Rp 3,639.21 kg and Rp 1,682.18 kg. Average total cost at the wholesaler level was Rp 3,385.45 kg. Average total cost of retailers in Sari Barokah and Pasar Bogor respectively Rp 5.965 kg and Rp 4,924.73 kg. Sales in each entity has exceeded the breakeven point. Traders who supply to the Sari Barokah and Pasar Bogor each earn added value ratio of 21.29 and 46.09 with the rate of profit respectively 18.76 and 41.58. Ratio of added value that wholesaler earned were 41.59 and 41.16 rate of profit. The average of retailers added value in Sari Barokah and Pasar Bogor were respectively 33.26 and 44.21 with 31.17 and 43.45 average rate of profit. Keywords:mechanical damage, avocado, supply chain,added-value, break even point A. TRI SETIAWAN MASHUDI. F14080136. KAJIAN TINGKAT KERUSAKAN DAN MASA SIMPAN ALPUKAT PADA RANTAI PASOK PASAR WISATA BOGOR. Di bawah bimbingan Emmy Darmawati. 2012 RINGKASAN Alpukat merupakan salah satu komoditas yang memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan. Sebagai salah satu komoditas hortikultura, alpukat memiliki tingkat kerusakan yang cukup tinggi dalam proses distribusinya hingga ke tangan konsumen. Buah alpukat melewati beberapa proses dimulai dari pemanenan, pengangkutan, penyortiran, pengemasan, penyimpanan, pendistribusian dan pemasaran untuk sampai ke konsumen akhir. Oleh karena itu diperlukan kajian mengenai masing-masing proses yang ada dengan tujuan mempertahankan kualitas alpukat sampai ke tangan konsumen. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan rantai pasok buah alpukat khususnya pasar yang berlokasi di daerah wisata Bogor, kemudian menganalisis kerusakan mekanis dan masa simpan, menganalisis struktur biaya produksi dan titik impas serta menganalisis nilai tambah yang dihasilkan pada masing-masing entitas di rantai pasok. Penelitian dilakukan di lokasi wisata Bogor antara lain pasar sekitar Kebun Raya Bogor dan pasarpusat oleh –oleh khas Bogor di daerah Puncak. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Februari hingga Juni 2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data-data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan daftar pertanyaan yang telah dibuat sebelumnya. Seluruh pedagang pengecer yang menjual alpukat didata berdasarkan jumlah kapasitas usahanya, kemudian dari kapasitas usaha tersebut dibagi dalam beberapa kelompok. Sampel dipilih secara purposive dari tiap kelompok dengan pertimbangan kemudahan memperoleh informasi dari pedagang pengecer tersebut. Penelusuran rantai pasok berikutnya ditentukan dengan teknik snowball sampling dimana entitas lainnya ditentukan berdasarkan keterangan dari pihak pedagang pengecer yang berasal dari lokasi penelitian di lokasi wisata tersebut. Metode analisis data yang yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa tingkat kerusakan mekanis, masa simpan, biaya pokok, dan nilai tambah di tiap entitas. Entitas dalam rantai pasok alpukat yang menjadi fokus dalam penelitian terdiri dari pedagang pengumpul besar, pedagang grosir dan pedagang pengecer. Aktivitas pertama dalam rantai pasok dimulai dari pedagang pengumpul besar. Pedagang pengumpul besar memperoleh alpukat dari beberapa pedagang pengumpul kecil atau beberapa petani. Pengiriman alpukat dilakukan setelah melewati tahap sortasi, grading dan pengemasan. Pedagang grosir membeli alpukat dari pedagang pengumpul besar yang ada di sentra-sentra produksi alpukat, kemudian menjualnya ke pedagang pengecer. Pada tingkat pengecer, penyimpanan dilakukan secara sederhana dan tidak jauh berbeda satu sama lainnya. Terdapat empat pola aliran rantai pasok. Pola aliran rantai pasok 1 terdiri dari petani, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, pedagang grosir, dan pedagang pengecer. Pola aliran rantai pasok 2 terdiri petani, pedagang pengumpul kecil, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer. Pola aliran rantai pasok 3 terdiri dari petani, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer. Pola aliran rantai pasok 4 terdiri dari petani, dan pedagang pengecer. Kerusakan mekanis yang terjadi pada rantai pasok alpukat adalah lecet, memar, retak hancur, cutting , puncture, dan splitting. Pada pedagang pengecer terjadi kerusakan mekanis rata-rata sebesar 63.93. Hasil pengamatan masa simpan menunjukkan pada hari ke 9 alpukat yang busuktidak dapat terjual mencapai 51.07, sementara alpukat lainnya mengalami penurunan mutu diikuti dengan penurunan harga jual. Besarnya biaya pokok di pedagang pengumpul besar yang memasok ke Sari Barokah dan Pasar Bogor masing-masing Rp 3,639.21kg dan Rp 1,682.18kg. Biaya pokok pada tingkat pedagang grosir sebesar Rp 3,385.45kg. Rata-rata biaya pokok pada pedagang pengecer di Sari Barokah dan Pasar Bogor masing-masing Rp 5,965kg dan Rp 4,924.73kg. Besarnya biaya pokok sangat dipengaruhi oleh masing-masing rata-rata harga pembelian alpukat. Penjualan pada tiap entitas telah melampaui titik impasnya masing-masing. Hal ini menunjukkan seluruh entitas telah memperoleh keuntungan dalam pemasaran alpukat. Semakin besar selisih antara penjualan dan titik impas maka keuntungan yang diperoleh juga makin besar. Pedagang pengumpul besar yang memasok ke Sari Barokah dan Pasar Bogor masing-masing memperoleh rasio nilai tambah 21.29 persen dan 46.09 persen dengan tingkat keuntungan masing- masing 18.76 persen dan 41.58 persen. Rasio nilai tambah yang didapatkan pedagang grosir 41.59 persen dengan tingkat keuntungan 41.16 persen. Pedagang pengecer di Sari Barokah dan Pasar Bogor masing-masing memperoleh rata-rata rasio nilai tambah 33.26 persen dan 44.21 persen dengan rata- rata tingkat keuntungan masing-masing 31.17 persen dan 43.45 persen. Tidak terdapat perbedaan yang begitu besar pada rasio nilai tambah dan tingkat keuntungan pada masing-masing entitas. Hal ini menunjukkan pelaksanaan pemasaran entitas rantai pasok di Sari Barokah dan Pasar Bogor telah melakukan kerjasama yang saling menguntungkan. . 1 I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG