DRKPL. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Kawasan Industri Sesuai Proper Klhk Peringkat Hijau.

88 Sebagai strategi peningkatan pada faktor penting DRKPL ini, tahapan- tahapan yang dapat dilakukan : a. Perusahaan menentukan tim khusus DRKPL dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai. b. Tim DRKPL diberikan pelatihan-pelatihan berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai substansi ketentuan KLHK yang mutakhir serta teknis penyajian yang terstruktur, informatif, lengkap, dan menarik. c. Tim DRKPL secara proaktif mengumpulkan data-data implementasi secara berkala tanpa menunggu waktu mendekati masa penilaian PROPER. Data- data tersebut berasal dari semua bagian yang terkait, yaitu sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi, konservasi air, pencemaran udara, 3R imbah B3, 3R limbah non B3, kehati, dan pengembangan masyarakat. d. Tim DRKPL secara proaktif menjalin komunikasi dengan BPLHD Jawa Barat dan KLHK terkait PROPER. 2. Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air Faktor penting implementasi konservasi air sangat mendesak dilakukan mengingat makin terbatasnya tersedianya sumber air bersih di sekitar lokasi KIJA. Umumnya di wilayah Cikarang Bekasi, sumber air besih berasal dari Sungai Tarum Barat yang berasal dari waduk Jatilihur. Air tanah sulit didapatkan karena jenis tanahnya tanah liat yang sulit menyerap air. KIJA selaku pengembang dan pengelola kawasan industri, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No 35 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri harus menyelenggarakan pengelolaan air limbah secara terpadu IPAL terpadu untuk seluruh industri yang berlokasi di dalam kawasan industri. Untuk memastikan IPAL terpadu beroperasi dengan baik, selain memiliki infrastruktur yang memadai, KIJA juga menetapkan baku mutu air limbah yang harus dipatuhi oleh seluruh industri. Baku mutu ini bersifat mengikat karena tercantum dalam dokumen Tata Tertib Kawasan. Tata Tertib Kawasan merupakan dokumen yang tak terpisahkan dalam dokumen Perjanjian Pengelolaan pada saat perusahaan industri bergabung dan berlokasi di KIJA. Dari data kualitas air limbah di IPAL 1 dan IPAL 2 menunjukkan volume air limbah serta beban pencemaran yang cenderung semakin meningkat. Dengan demikian keberhasilan KIJA dalam konservasi air dengan cara menurunkan beban pencemaran air menjadi faktor yang sangat penting. Sesuai Lampiran 8, sasaran dari interverensi faktor penting dan berpengaruh mengenai konservasi air adalahada rencana strategis efisiensi air dilengkapi dengan cara dan jadwal waktu, data efisiensi air dan penurunan beban pencemaran minimal dalam empat tahun, serta keberhasilan efisiensi air masuk dalam 25 terbaik kandidat PROPER hijau. Untuk mencapai sasaran tersebut tahapan yang dapat dilakukan : a. Penetapan sasaran, rencana strategis, penetapan cara dan target waktu. b. Program pengawasan yang lebih ketat serta pendekatan yang proaktif kepada para pelaku industri, terutama yang berpotensi membuang air limbah ke IPAL dengan beban pencemaran yan tinggi, seperti industri tekstil, kimia, makanan, minumam, farmasi, serta kosmetik. 89 Penerapan law enforcement berupa sanksi penghentian pelayanan suplai air bersih dapat menjadi alat penegakan peraturan yang efektif. c. Peningkatan program pengurangan water loss pada sistem distribusi air bersih di kawasan industri dan kawasan perumahan yang dilayani. d. Kajian kelayakan secara teknologi maupun ekonomi untuk daur ulang air hasil pengolahan IPAL sebagai implementasi konservasi air. Air hasil daur ulang ini walaupun dengan kualitas second grade atau belum sebagai suplai air yang menggantikan air bersih, dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang tidak memerlukan air dengan kualitas air bersih, misalnya untuk aktivitas kebersihan, penyiraman taman, flushing, dan sebagainya. e. Pendataan dan dokumentasi yang informatif, lengkap dan terstruktur. 3. Implementasi program 3R limbah B3. Program 3R reduce, reuse, recycle limbah bahan berbahaya dan beracun B3 menjadi faktor penting karena KIJA sebagai pengelola kawasan industri mengoperasikan dua unit IPAL terpadu yang menghasilkan cukup banyak limbah B3 dari sebagai produk samping IPAL yang tidak dapat dihindari. Program yang dilaksanakan selama ini baru memaksimalkan proses pengurangan volume dengan cara menurunkan kadar airnya dengan optimasi bekerjanya mesin belt filter press yang diikuti dengan penjemuran sinar matahari dalam ruang beratap transparan pada sarana area sludge drying. Setelah lumpur B3 mencapai kekeringan sekitar 40 selanjutnyan dikirim ke pihak lain yang mempunyai ijin dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengelola lebih lanjut untuk proses dumping maupun sebagai alternatif material industri semen. Sesuai Lampiran 8, sasaran dari peningkatan faktor penting implementasi 3R limbah B3 adalah ada inventarisasi, program pengurangan dilengkapi dengan jadwal dan cara, serta pelaporan minimal tiga tahun, keberhasilan pengurangan limbah B3 minimal 10 dan keberhasilan pemanfaatan minimal 50 . Untuk mencapai sasaran tersebut tahapan yang dapat dilakukan : a. Membuat sistem inventarisasi limbah B3, penetapan program yang dilengkapi cara dan jadwal waktu. b. Optimasi proses IPAL eksisting untuk penurunan volume produksilimbah B3. IPAL eksisting dapat dioptimasi proses oksidasi biologinya sehingga tercapai kondisi proses dengan produksi hasil samping limbah B3 yang serendah mungkin. Hal ini dapat diupayakan proses oksidasi menjadi proses extended aeration , yaitu proses biologi aerobik dengan umur lumpur sludge age yang panjang hingga 40 hari dari eksisting 20-25 hari sehingga terjadi penurunan produksi lumpur B3 Young dan Cerniglia 1995. Hal ini antara lain dapat dilakukan dengan proses yang simultan antara proses nitrifikasi dan denitrifikasi secara aerobic dalam proses aerasi di oxidation ditch IPAL Henze et al . 2001. Optimasi operasional implementasinya yang tepatperlu kajian lebih lanjut. c. Alih teknologi IPA ekstensi untuk penurunan volume produksilimbah B3. IPAL ekstensi perlu alih teknologi dengan teknologi sistem yang lebih efektif menurunkan beban pencemaran air limbah serta sekaligus menurunkan produksi lumpur B3. 90 Pada saat ini KIJA sedang dalam proses desain untuk sistem IPAL 2 ektensi dengan kapasitas 9000 m3hari dengan sistem “Organica” dari Hungary. Sistem organica dengan prinsip sama yaitu oksidasi biologi secara aerobic, namun perbedaan yang menonjol adalah kondisi MLSS Mixed Liquor Suspenden Solid yang 4-5 kali lipat dari sistem biasa sehingga diharapkan mampu menurunkan kebutuhan listrik hingga 40-50 , serta produksi excessive sludge lebih rendah hingga 50-60 dari sistem oksidasi biologi aerobik biasa www.organicawater.com. Selain itu sistem organica merupakan kombinasi antara proses desain biokimia dan arsitektur sehingga IPAL mempunyai penampilan lebih indah dengan digunakannya berbagai tanaman tropis yang akarnya menjadi tempat media berkembang biaknya mikroorganisme dalam pengolahan air limbah.Prinsip pengolahan air limbah organica dapat dilihat pada Gambar 28, yang menunjukkan tahapan proses oksidasi dalam enam tahap secara seri. Sumber : www.organicawater.com Gambar 28 Prinsip proses pengolahan air limbah dengan teknologi organica d. Peningkatan kerjasama dengan pihak ketiga dalam pemanfaatan limbah B3 Dalam rangka pemanfaatan limbah B3 diperlukan peningkatan kerjasama yang telah dilakukan selama ini dengan industri semen. Limbah B3 dari IPAL KIJA selama ini dapat dimanfaatkan sebagai material alternatif, karena mempunyai kandungan kalori 3,000 hingga 3,500 kkalkg Untuk itu perlu ditingkatkan nilai kalorinya agar dapat meningkat menjadi alternatif bahan energi apabila mempunyai kalori berkisar 4,500 kkalkg. Untuk itu perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih lanjut dari segi teknologi serta kelayakan finansialnya. 91

4. Alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air

Sesuai Lampiran 9, peningkatan faktor penting alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air bertujuan agar perusahaan minimal mempunyai alokasi dana rutin yang cukup setiap tahun. Selama ini alokasi dana rutin tersebut belum ada. Dengan demikian tahapan alokasi dana agar disesuaikan dengan tahapan program faktor penting dalam implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air sesuai faktor nomor 2 di atas. Dalam hal ini perlu komitmen manajemen untuk mendukung terlaksananya implementasi program koservasi air dan penurunan beban pencemaran air.

5. Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat

Sesuai Lampiran 10, sasaran peningkatan faktor penting dalam monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat adalah adanya monitoring dan evaluasi program dengan melibatkan partisipasi pihak terkait, serta memiliki dokumen evaluasi resmi dengan dilengkapi indeks kepuasan masyarakat. Untuk mencapai peningkatan faktor penting berpengaruh ini, tahapan operasional yang dapat dilakukan adalah : a. Membuat rencana kerja dan anggaran tahunan untuk dilakukan survei kepada 16 desa yang berada di sekitar lokasi kawasan industri. b. Survei atas persepsi masyarakat atas program pengembangan masyarakat yang telah dilaksanakan oleh KIJA agar dilakukan oleh pihak konsultan yang independen yang memilki kredibilitas yang baik. c. Perhitungan hasil survei dilengkapi dengan indeks tingkat kepuasan masyarakat atas eksistensi KIJA. d. Dokumen resmi survei tahunan dilaporkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi 5 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pembuatan kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai PROPER KLHK peringkat hijau pada studi kasus PT Kawasan Industri Jababeka, Tbk KIJA di Cikarang, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil analisis multidimensional scaling MDS dari data pengelolaan lingkungan kawasan industri berdasarkan data tahunan dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2014 disimpulkan bahwa pengelolaan KIJA masih belum berkelanjutan sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 03 tahun 2014, meskipun secara umum ada kecenderungan peningkatan nilai indeks keberlanjutan dari tahun 2008 sampai dengan 2014. 92

2. Analisis multidimensional scaling MDS tahun 2014 sebagai base line,

menunjukkan bahwa status dimensi teknologi tidak berkelanjutan, dimensi ekologi, ekonomi, sosial kurang berkelanjutan, sedangkan dimensi kelembagaan cukup berkelanjutan. Terdapat 15 faktor-faktor pengungkit yang berpengaruh dalam pengelolaan kawasan industri yaitu : a. Ekologi : 1 implementasi 3R Limbah B3, 2 implementasi penurunan pencemaran emisi udara, dan 3 implementasi penurunan konservasi air dan penurunan beban pencemaran air limbah. b. Ekonomi :4 alokasi dana untuk implementasi penurunan konservasi air dan penurunan beban pencemaran air limbah,5 implementasi program penurunan pencemaran emisi udara, 6 implementasi program 3R limbah B3, 7 implementasi pengembangan masyarakat, dan 8 implementasi sistem manajemen lingkungan. c. Sosial : 9 monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat, serta 10 hubungan sosial internal dan eksternal. d. Teknologi :11 program penurunan pencemaran udara, 12 program 3R limbah B3, dan 13 audit dan efisiensi energi. e. Kelembagaan : 14 benchmarking, dan 15 DRKPL.

3. Analisis prospektif pada faktor-faktor pengungkit hasil analisis MDS

menunjukkan terdapat tujuh faktor-faktor penting dan berpengaruh dalam pengelolaan lingkungan kawasan industri yaitu : 1 DRKPL, 2 implementasi program 3R limbah B3, 3 implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air, 4 alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air, 5 monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat, 6 teknologi 3R limbah B3, dan 7 benchmarking.

4. Skenario kebijakan pesimis, moderat dan optimis pada keadaan yang mungkin

terjadi di masa depan disusun berdasarkan faktor penting hasil analisis prospektif. Skenario optimis dan moderat merupakan skenario yang memungkinkan keberlanjutan, namun skenario kebijakan moderat direkomendasikan sebagai skenario yang paling implementatif. Hal ini dengan pertimbangan prioritas peningkatan dengan upaya yang tidak terlalu berat pada faktor-faktor penting yang nilainya berkontribusi besar pada PROPER. Pertimbangan tersebut meliputi ketersediaan alokasi dana, kemungkinan pencapaian, ketersediaan infrastruktur, serta kemampuan sumber daya manusia. Faktor-penting berpengaruh dominan yang ditingkatkan dalam skenario moderat adalah 1 DRKPL, 2 implementasi program 3R limbah B3, 3 implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air, 4 alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air, 5 monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat.