73
b. Implementasi program penurunan pencemaran udara. Belum ada program pengurangan pencemaran emisi udara
c. Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air. Belum ada program efisiensi air yang signifikan dan terukur.
Sesuai data kinerja faktor pengungkit dimensi ekologi di atas, implementasi program 3 R limbah B3 sedikit lebih baik dibandingkan dengan konservasi air dan
penurunan beban pencemaran udara karena pada program konservasi air dan penurunan pencemaran udara belum ada implementasi yang telah dilaksanakan.
Gambar 22 Faktor pengungkit dimensi ekologi tahun 2014 2. Dimensi Ekonomi
Indeks keberlanjutan dimensi ekonomi tahun 2014 sebesar 35.06 kurang keberlanjutan dengan faktor-faktor pengungkit sesuai Gambar 23. Terdapat lima
faktor pengungkit penting berdasarkan nilai RMS root mean square melebihi median 1.66 yaitu 1 alokasi dana untuk pengembangan masyarakat, 2 alokasi
dana untuk penurunan emisi pencemaran udara, 3 alokasi dana untuk konservasi air dan penurunan beban pencemaran air, 4 alokasi dana 3R limbah B3, serta 5
alokasi dana implementasi SML.
Berdasarkan data pada Lampiran 9, status kinerja lima faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan kawasan industri KIJA pada dimensi
ekonomi tahun 2014 sebagai berikut : a. Alokasi dana program pengembangan masyarakat.
Ada dana program dalam tiga tahun terakhir berturut-turut. b. Alokasi dana implementasi program penurunan pencemaran udara.
Belum ada alokasi dana program penurunan pencemaran udara. c. Alokasi implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air.
Belum ada alokasi dana program efisiensi air.
2.57 3.27
9.64 3.12
6.57 5.87
2.64
2 4
6 8
10 12
Rentang pengaruh SML sistem manajemen lingkungan
Implementasi efisiensi energi Implementasi 3R limbah B3
Implementasi 3R limbah non B3 Implementasi penurunan pencemaran
udara Implementasi konservasi air dan
penurunan beban pencemaran air Implementasi kehati
Root Mean Square A
ttr ibu
te
74
d. Alokasi dana implementasi program 3R limbah B3. Ada dana program dalam tiga tahun terakhir berturut-turut.
e. Alokasi dana implementasi sistem manajemen lingkungan. Ada dana program dalam tiga tahun terakhir berturut-turut.
Berdasarkan kondisi kinerja faktor pengungkit dimensi ekonomi 2014 di atas, alokasi dana konservasi air dan alokasi dana penurunan pencemaran udara
memiliki kinerja terendah karena belum ada alokasi dana yang direncanakan.
Gambar 23 Faktor pengungkit dimensi ekonomi tahun 2014 3. Dimensi Sosial
Indeks keberlanjutan dimensi sosial tahun 2014 sebesar 28.58 kurang keberlanjutan dengan faktor-faktor pengungkit sesuai Gambar 24. Terdapat dua
faktor pengungkit penting berdasarkan nilai RMS root mean square melebihi median 6.40 adalah 1 monitoring dan 2 evaluasi program pengembangan
masyarakat dan hubungan internal dan eksternal dengan masyarakat dan pemerintah.
Berdasarkan data pada Lampiran 10, status kinerja dua faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan kawasan industri KIJA pada dimensi sosial
tahun 2014 sebagai berikut : a. Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat.
Belum ada monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat.
1.70 1.61
4.12 1.19
4.56 4.51
1.20 3.63
0.59 1.54
1 2
3 4
5
Alokasi dana implementasi SML Alokasi Dana implementasi efisiensi energi
Alokasi dana implementasi 3R limbah B3 Alokasi dana implementasi 3R limbah non
B3 Alokasi dana implementasi konservasi air dan
penurunan pencemaran air Alokasi dana implementasi penurunan emisi
udara Alokasi dana terkait implementasi kehati
Alokasi dana pengembangan masyarakat Alokasi dana pelatihan dan kompetensi
terkait 9 kriteria proper hijau Alokasi dana benchmarking dan sertifikasi
terkait 9 kriteria proper hijau
Root Mean Square A
tt ri
bu te
75
b. Hubungan sosial internal dan eksternal. Belum memiliki sistem tata kelola hubungan internal dan eksternal.
Kondisi dua faktor pengungkit di atas menunjukkan kinerja yang masih sangat rendah pada saat ini 2014.
Gambar 24 Faktor pengungkit dimensi sosial tahun 2014 4. Dimensi Teknologi
Indeks keberlanjutan dimensi teknologi tahun 2014 sebesar 16.53 tidak keberlanjutan dengan faktor-faktor pengungkit sesuai Gambar 25.Terdapat tiga
faktor pengungkit penting berdasarkan RMS root mean square melebihi median 4.025 yaitu faktor 1 teknologi penurunan emisi udara, 2 teknologi 3R limbah
B3, dan 3 teknologi audit dan efisiensi energi.
Berdasarkan data pada Lampiran 11, status kinerja tiga faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan kawasan industri KIJA pada dimensi
teknologi tahun 2014 sebagai berikut :
a. Program penurunan pencemaran udara. Baru ada sistem inventarisasi emisi pencemaran udara saja.
b. Program 3R limbah B3 : tidak ada bukti adanya manajemen pengetahuan. Audit energi dan efisiensi energi : ada audit energi dalam tiga tahun terakhir.
Berdasarkan kondisi tiga faktor pengungkit tersebut, kinerja 3R limbah B3 yang paling rendah karena belum ada ada program sama sekali.
6.40 5.72
8.33 7.52
2.13
5 10
Perencanaan program pengembangan masyarakat
Implementasi program pengembangan masyarakat
Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat
Hubungan sosial internal dan eksternal
Publikasi dan penghargaan program pengembangan masyarakat
Root Mean Square At
tr ibu
te
76
Gambar 25 Faktor pengungkit dimensi teknologi tahun 2014 5. Dimensi Kelembagaan
Indeks keberlanjutan dimensi kelembagaan tahun 2014 sebesar 66.91 cukup keberlanjutan dengan faktor-faktor pengungkit sesuai Gambar 26. Terdapat
dua faktor pengungkit penting berdasarkan nilai RMS root mean square melebihi median 12.49 yaitu 1 benchmarking energi, air, 3R limbah B3 dan
non B3, emisi, kehati, pengembangan masyarakat, dan 2 DRKPL.
Gambar 26 Faktor pengungkit dimensi kelembagaaan tahun 2014
5.01 3.27
4.54 8.21
3.51 2.17
2 4
6 8
10 Audit dan efisiensi energi
Program 3R limbah B3 3R limbah non B3
Program penurunan pencemaran udara Program konservasi air dan penurunan
beban pencemaran air limbah Program kehati
Root Mean Square A
tt ri
bu te
11.67 11.81
12.49 18.83
13.55
5 10
15 20
Sistem manajemen lingkungan perencanaan, implementasi, checking
review, tinjauan manajer Kebijakan SML, energi, air, 3R limbah
B3, 3R limbah non B3, emisi udara, kehati, pengembangan masyarakat
Struktur, tanggung jawab tentang energi, air, 3R limbah B3, 3R limbah non B3,
emisi, kehati, pengembangan masyarakat Benchmarking tentang energi, air, 3R
limbah B3, 3R limbah non B3, emisi, kehati, pengembangan masyarakat
Dokumen ringkasan kinerja pengelolaan lingkungan
Root Mean Square
A ttr
ibu te
77
Berdasarkan data pada Lampiran 12, status kinerja dua faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan kawasan industri KIJA pada dimensi
kelembagaan tahun 2014 sebagai berikut : a. Benchmarking tentang energi, air, 3R limbah B3, 3R limbah non B3, emisi,
kehati, pengembangan masyarakat : belum dilakukan benchmarking. b. Dokumen ringkasan kinerja pengelolaan lingkungan DRKPL.
Ada DRKPL dengan substansi taat memenuhi baku mutu dan belum melampaui ketaatan belum beyond compliance.
Berdasarkan hasil analisisi MDS diperoleh 15 faktor pengungkit keberlanjutan pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai PROPER KLHK
peringkat hijau Tabel 24.
Tabel 24 Faktor-faktor pengungkit pengelolaan lingkungan hasil analisis MDS 2014
Analisis Pengaruh Langsung Antar Faktor Pengelolaan Lingkungan Setelah teridentifikasi faktor-faktor pengungkit dari hasil analisis MDS yang
mempengaruhi pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau, maka selanjutnya dilakukan analisis prospektif untuk
menentukan faktor-faktor yang paling penting dari faktor-faktor pengungkit tersebut. Faktor-faktor pengungkit yang telah didefinisikan oleh para pakar pada
saat penyusunan atribut analisis MDS selanjutnya dijadikan dasar penilaian oleh
Dimensi Faktor pengungkit
1 Implementasi 3R limbah B3 2 Implementasi penurunan pencemaran udara
3 Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air 4 Alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air
5 Alokasi dana penurunan pencemaran udara 6 Alokasi dana 3R limbah B3
7 Alokasi dana pengembangan masyarakat 8 Alokasi dana implementasi sistem manajemen lingkungan
9 Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat 10 Hubungan sosial internal dan eksternal
11 Teknologi penurunan pencemaran udara Teknologi
12 Teknologi efisiensi energi 13 Teknologi 3R limbah B3
14 Benchmarking secara regional, nasional, internasional 15 Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan DRKPL
Ekologi
Ekonomi
Sosial
Kelembagaan
78
para pakar lebih lanjut sesuai dengan format kuesioner analisis prospektif sesuai Lampiran 15. Penilaian dilakukan oleh enam orang pakar yang memahami dengan
baik sistem pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau. Enam orang pakar tersebut terdiri dari manajemen KIJA,
tokoh masyarakat, perusahaan industri, Dinas Lingkungan Hidup Bekasi, BPLHD Jawa Barat, dan Kementerian KLHK.
Rekapitulasi isian skor hasil analisis pakar dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan data sesuai Lampiran 16 tersebut dapat diringkas sesuai dengan Tabel
25 yang menunjukkan nilai masing-masing faktor pengungkit pada nilai pengaruh global, ketergatungan global, pengaruh langsung maupun ketergantungan
langsung.
Tabel 25 Nilai pengaruh dan ketergantungan setiap faktor
Selanjutnya dari Tabel 25 dapat disusun diagram pengaruh dan ketergantungan faktor. Dari diagram ini diperoleh faktor-faktor kunci yang paling
berpengaruh pada pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau Gambar 27. Faktor-faktor tersebut
nantinyadigunakan untuk menyusun skenario-skenario kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan industri.
Faktor-faktor yang terdapat pada kuadran I dan II merupakan faktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap pengelolaan lingkungan kawasan industri
sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa terdapat tujuh faktor kunci yang memengaruhi pengelolaan
lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau yaitu :
1. DRKPL 2. Benchmarking tentang energi, air, 3R limbah B3, 3R limbah non B3, emisi,
kehati, pengembangan masyarakat.
Faktor Pengungkit Pengaruh global
Global influence
Ketergantungan global Global
dependence Pengaruh langsung
Direct influence Ketergantungan
langsung Direct dependence
Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan DRKPL 25
23
1.67
1.58
Implementasi 3R limbah B3 20
19
1.32 1.27
Alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air 18
14
1.24 0.95
Benchmarking secara regional, nasional, internasional
18 19
1.18 1.33
Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air 17
17
1.13 1.13
Teknologi 3R limbah B3 17
15
1.13
1.03
Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat 15
15
1.04 1.05
Alokasi dana 3R limbah B3 14
12
0.91 0.79
Teknologi efisiensi energi 13
10
0.87 0.67
Implementasi penurunan pencemaran udara 12
13
0.82 0.87
Hubungan sosial internal dan eksternal 12
15
0.80 1.01
Teknologi penurunan pencemaran udara 11
14
0.77 0.94
Alokasi dana penurunan pencemaran udara 11
11
0.74 0.75
Alokasi dana pengembangan masyarakat 11
12
0.73 0.79
Alokasi dana implementasi sistem manajemen lingkungan 10
13
0.68 0.86
Jumlah 212
206 Rata-rata
14.8 14.6
79
3. Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air. 4. Implementasi program 3R limbah B3.
5. Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat 6. Alokasi implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air.
7. Teknologi program 3R limbah B3.
Gambar 27 Tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengelolaan lingkungan kawasan industri
Ketujuh faktor kunci tersebut didukung oleh hasil perhitungan nilai faktor pada kekuatan global tertimbang masing-masing faktor yang disajikan pada Tabel
26. Pada Tabel 26 dapat dilihat bahwa tujuh faktor kunci tersebut mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan delapan faktor pengungkit lainnya.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor no 1 sampai dengan 7 pada Tabel 26 terpilih sebagai faktor yang paling berpengaruh
terhadap sistem kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai PROPER KLHK peringkat hijau. Tujuh faktor-faktor yang kunci yang
berpengaruh tersebut apabila dibandingkan dengan status keberlanjutan tahun 2014 sebagai base line dapat dilihat pada Tabel 27.
80
Tabel 26 Nilai skor kekuatan global tertimbang untuk masing-masing faktor
Pada Tabel 27 tersebut dapat dilihat bahwa pada setiap dimensi terdapat faktor yang sangat berpengaruh bagi sistem pengelolaan lingkungan kawasan
industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau mengingat status pada dimensi ekologi,ekonomi, sosial dan teknologi belum ada yang berkelanjutan.
Sedangkan pada dimensi kelembagaan yang sudah termasuk cukup berkelanjutan terdapat faktor penting DRKPL selain benchmarking. Hal ini mengingat DRKPL
merupakan syarat utama dipertimbangkannya perusahaan menjadi kandidat untuk mendapatkan kesempatan dalam penilaian PROPER KLHK peringkat hijau sesuai
ketentuan Menteri Lingkungan Hidup No 03 tahun 2014 yang telah digambarkan mekanismenya sesuai Gambar 7 pada Bab Metodologi.
Tabel 27 Faktor-faktor penting hasil analisis prospektif
Faktor Pengungkit Pengaruh global
Global influence
Ketergantungan global Global
dependence Kekuatan
global Global
strength Kekuatan global
tertimbang Ponderated global
strength Dokumen Ringkasan Kinerja Pengelolaan Lingkungan DRKPL
25 23
0.060 1.70
Alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air 18
14 0.049
1.39
Implementasi 3R limbah B3 20
19 0.047
1.33
Teknologi 3R limbah B3 17
15 0.041
1.17
Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air 17
17 0.039
1.12
Benchmarking secara regional, nasional, internasional 18
19 0.039
1.11
Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat 15
15 0.036
1.02
Alokasi dana 3R limbah B3 14
12 0.034
0.97 Teknologi efisiensi energi
13 10
0.034 0.97
Implementasi penurunan pencemaran udara 12
13 0.028
0.79 Alokasi dana penurunan pencemaran udara
11 11
0.026 0.73
Hubungan sosial internal dan eksternal 12
15 0.025
0.70 Alokasi dana pengembangan masyarakat
11 12
0.025 0.70
Teknologi penurunan pencemaran udara 11
14 0.024
0.69 Alokasi dana implementasi sistem manajemen lingkungan
10 13
0.021 0.59
Jumlah 212
206 0.530
Rata-rata 14.8
14.6 0.035
No Dimensi Nilai indeks
keberlanjutan 2014
Status keberlanjutan 2014 sebagai base line
Faktor penting hasil analisis prospektif sebagai dasar perumusan
skenario kebijakan masa depan
1 Ekologi 40.87
Kurang berkelanjutan Implementasi konservasi air dan
penurunan beban pencemaran air limbah
Implementasi 3R limbah B3
2 Ekonomi 35.06
Kurang berkelanjutan Alokasi dana konservasi air dan
penurunan beban pencemaran air 3 Sosial
28.58 Kurang berkelanjutan
Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat
4 Teknologi 16.53
Tidak berkelanjutan Teknologi 3R limbah B3
5 Kelembagaan 66.91
Cukup berkelanjutan DRKPL
Benchmarking
81
Berdasarkan faktor-faktor kunci tersebut, selanjutnya akan diformulasikan skenario kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria
PROPER KLHK peringkat hijau. Hasil analisis prospektif ini dibandingkan dengan hasil penelitian
Napitupulu 2009 mengenai Model Kebijakan Pengelolaan berkelanjutan pada PT Kawasan Berikat Nusantara Jakarta yang menghasilkan empat faktor kunci
yang yaitu a teknologi limbah cair, b partisipasi pengusaha dalam pengelolaan lingkungan, c ketersediaan sarana dan prasarana pengelolaan limbah padat, d
penggunaan bahan kimia dalam proses produksi. Dalam hal ini ada empat faktor kunci yang sesuai yaitu meliputi 1 implementasi dan 2 alokasi dana terkait
konservasi air, serta 3 teknologi dan 4 implementasi pengelolaan limbah B3kimia.
Pada faktor kunci pengelolaan kawasan industri terdapat beberapa perbedaan apabila dibandingkan dengan faktor kunci pada pengembangan
kawasan industri. Pada pengembangan kawasan industri, menurut Kodrat 2006 terdapat lima faktor kunci sebagai faktor strategis masa depan, yaitu 1 jumlah
industri, 2 permintaan lahan, 3 kebijakan pemerintah, 4 modal pengembangan dan 5 iklim investasi yang kondusif.
Kajian tetang pengembangan kawasan industri juga dilakukan oleh Guo dan Hu 2011, yang melakukan penelitian tentang kawasan industri di Lubei
Tiongkok.Kajian tetang pengembangan kawasan industri juga dilakukan oleh Guo dan Hu 2011, yang melakukan penelitian tentang kawasan industri di Lubei
Tiongkok.
Penelitian ini menyajikan wawasan empiris tentang teknologi “hijau” yang mempengaruhi evolusi menuju kawasan industri ramah lingkungan eco industrial
estate . Menurut Guo dan Hu 2011, hasil identifikasi faktor lingkungan yang
pentingberpengarauh pada teknologi hijau adalah 1 kebijakan lingkungan, 2 dukungan finansial, 3 ilmu pengetahuan,4 kondisi pasar, kebudayaan dalam
berorganisasi, dan 5ketersediaan sumber daya.
Formulasi Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Kawasan Industri
Skenario pengelolaan lingkungan kawasan industri disusun berdasarkan faktor-faktor kunci yang berpengaruh pada pengelolaan lingkungan kawasan
industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau. Dari faktor-faktor kunci tersebut dideskripsikan berbagai keadaan state yang mungkin akan terjadi di
masa mendatang. Dari ketujuh faktor kunci variabel yang berpengaruh terhadap pengelolaan lingkungan kawasan industri, selanjutnya bersama manajemen KIJA
dipilih keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang Tabel 28.
82
Tabel 28 Kondisi state yang mungkin terjadi di waktu mendatang pada masing- masing faktor kunci
Pada Tabel 28 dapat dilihat bahwa setiap faktor kunci terdapat masing- masing tiga kemungkinan kinerjanya yang dapat terjadi di masa mendatang, yaitu
tetap, meningkat, atau menurun. Setiap faktor kunci diberikan kode nomor 1 sampai dengan nomor 7, sedangkan keadaan yang mungkin terjadi diberikan kode
A meningkat, B tetap, dan C menurun. Selanjutnya dari berbagai kemungkinan sesuai Tabel 28 tersebut disusun kombinasi kondisi faktor-faktor
kunci yang tidak mungkin terjadi secara bersamaan. Kombinasi antar kondisi faktor kunci variabel yang tidak mungkin tersebut selanjutnya di buang
dieliminasi dalam penyusunan skenario lebih lanjut.
Kombinasi antar faktor yang tidak mungkin terjadi disusun dalam Tabel 29, yaitu terdapat 26 kombinasi keadaan yang tidak mungkin terjadi pada saat
yang bersamaan. Misalnya untuk faktor 1 DRKPL, tidak mungkin DRKPL terjadi peningkatan kondisi 1A apabila faktor-faktor lain yaitu implementasi
konservasi air dan penurunan beban pencemaran air menurun kondisi 2C, alokasi dana pencemaran air menurun kondisi 3C, monitoring dan evaluasi
program pengembangan masyarakat menurun kondisi 4C, implementasi 3R limbah B3 menurun kondisi 5C, teknologi 3R limbah B3 menurun kondisi 6C,
serta benchmarking menurun kondisi 7C. Keadaan ini tidak mungkin terjadi karena semua faktor kunci 2 sampai dengan 7 merupakan faktor penyusun dan
berkontribusi langsung pada kinerja DRKPL.
A B
C DRKPL
1 Meningkat
Tetap Menurun
Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air limbah
2 Meningkat
Tetap Menurun
Alokasi dana konservasi air dan penurunan beban pencemaran air
3 Meningkat
Tetap Menurun
Monitoring dan evaluasi program pengembangan masyarakat
4 Meningkat
Tetap Menurun
Implementasi 3R limbah B3 5
Meningkat Tetap
Menurun Teknologi 3R limbah B3
6 Meningkat
Tetap Menurun
Benchmarking 7
Meningkat Tetap
Menurun Faktor
Kode Variabel
faktor kunci Kondisi state yang mungkin terjadi di waktu
mendatang
83
Tabel 29 Kombinasi kondisi state antar faktor yang tidak mungkin terjadi pada saat bersamaan
Untuk peningkatan implementasi konservasi air dan beban penurunan pencemaran air kondisi 2A tidak mungkin terjadi bersamaan dengan penurunan
alokasi dananya kondisi 3C, demikian pula sebaliknya bila dana meningkat kondisi 3A tidak bersamaan terjadi pada penurunan kinerja implementasinya
kondisi 2C. Peningkatan implementasi 3R limbah B3 kondisi 5A, tidak mungkin terjadi apabila teknologi 3R limbah B3 menurun kondisi 6C, demikian
juga sebaliknya bila kondisi teknologi 3R limbah B3 meningkat kondisi 6A maka tidak bersamaan terjadi dengan penurunan implementasinya kondisi 5C.
Dengan penjelasan yang sejalan untuk faktor benchmarking kondisi 7A dan 7C. No
Kombinasi variabel yang tidak mungkin terjadi
1 1A - 2C
2 1A - 3C
3 1A - 4C
4 1A - 5C
5 1A - 6C
6 1A - 7C
7 1C - 2A
8 1C - 3A
9 1C - 4A
10 1C - 5A
11 1C - 6A
12 1C - 7A
13 2A - 3C
14 2C - 3A
15 5A - 6C
16 5C - 6A
17 7A - 2C
18 7A - 3C
19 7A - 4C
20 7A - 5C
21 7A - 6C
22 7C - 2A
23 7C - 3A
24 7C - 4A
25 7C - 5A
26 7C - 6A
84
Tabel 30 Pemetaan keadaan faktor-faktor penentu pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau
Faktor - terhadap
nilai proper
1A 1B
1C
DRKPL 15.8
Semakin meningkat karena adanya pelatihan-pelatihan
penyusunan DRKPL yang informatif dan memenuhi
ketentuan sehingga melampaui peningkatan
kemampuan perusahaan lain pesaing
Tetap seperti sekarang, peningkatan kemampuan
penyusunan DRKPL termasuk rata-rata terhadap
perusahaan lain pesaing Peningkatan kemampuan
penyusunan DRKPL di bawah rata-rata terhadap
kemampuan perusahaan lain pesaing
2A 2B
2C
Implementasi konservasi air dan penurunan beban
pencemaran air limbah 4.4
Semakin meningkat dengan perbaikan sistem distribusi air
bersih dan penegakan peraturan terhadap industri
Tetap seperti sekarang, implementasi konservasi air
tidak meningkat dan beban pencemaran air limbah tidak
berkurang
3A 3B
3C
Alokasi dana konservasi air dan penurunan beban
pencemaran air 1.6
Semakin meningkat dengan adanya alokasi dana rutin
tahunan untuk program konservasi air dan penurunan
beban pencemaran air Tetap seperti sekarang, tidak
ada alokasi dana program konservasi air dan penurunan
beban pencemaran air
4A 4B
4C
Monitoring dan evaluasi program pengembangan
masyarakat 1.8
Semakin meningkat dengan adanya monitoring dan
evaluasi program pengembangan masyarakat
serta melibatkan partisipasi pihak terkait
Tetap seperti sekarang, tidak ada monitoring dan evaluasi
program pengembangan masyarakat
5A 5B
5C
Implementasi 3R limbah B3
4.4 Semakin meningkat dengan
optimasi IPAL untuk mengurangi limbah B3 dan
peningkatan kerjasama pemanfaatan limbah B3
dengan pihak eksternal Tetap seperti sekarang, tidak
terjadi peningkatan pengurangan dan
pemanfaatan limbah B3
6A 6B
6C
Teknologi 3R limbah B3 1.1
Semakin meningkat dengan diseminasi teknologi 3R
limbah B3 di jurnal ilmiah minimal tingkat nasional
Tetap seperti sekarang, tidak dilakukan knowledge
management terkait
teknologi 3R limbah B3
7A 7B
7C
Benchmarking 6.3
Semakin meningkat karena termasuk dalam minimal 5
besar tingkat nasional di bidang efisiensi air, efisiensi
energi, 3R limbah B3, 3R limbah non B3, penurunan
emisi udara dan kehati Tetap seperti sekarang, yang
mendapat penghargaan di tingkat minimal tingkat
nasional hanya program pengembangan masyarakat
Semaki menurun dengan tidak mendapatkannya
penghargaan sama sekali pada semua bidang
Total nilai faktor penting 35.4
336.5 Total nilai proper
100.0 950.0
Keterangan : Skenario pesimis
Skenario moderat Skenario optimis
Keadaan state
Kondisi base line saat ini 2014
85
Menurut Hardjomidjojo 2002, penyusunan skenario dimaksudkan untuk memprediksi kemungkinan yang dapat terjadi pada faktor tersebut, yaitu apakah
akan berkembang ke arah yang lebih baik dari sekarang, tetap, atau akan semakin buruk dari keadaan sekarang. Skenario disusun dalam rangka menghasilkan
rekomendasi operasional kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau untuk di masa depan. Pemetaan
keadaan faktor penentu pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau pada Tabel 28.
Berdasarkan hasil pemetaan pada Tabel 30. dapat disusun skenario kebijakan pengelolaan lingkungan kawasan industri. Kondisi sekarang sesuai data
tahun 2014 base line merupakan kondisi awal untuk penentuan berbagai skenario.Pada Tabel30 dapat dilihat bahwa faktor-faktor kunci yang berpengaruh
tersebut apabila dibandingkan dengan kontribusinya terhadap nilai PROPER pada Lampiran 8 sebesar 336.5 dari maksimal 950, atau sebesar 35.4 . Dengan
melihat seberapa besar kontribusi faktor berpengaruh tersebut terhadap nilai PROPER dapat digunakan untuk menentukan prioritas terhadap skenario
kebijakan yang paling implementatif dengan nilai yang besar.
Sebenarnya banyak kemungkinan skenario kebijakan yang dapat disusun, namun pada penelitian ini dibatasi hanya tiga skenario yang dikembangkan yaitu
skenario pesimis, moderat, dan optimis Tabel31
Tabel 31 Skenario pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai PROPER KLHK peringkat hijau
Skenario pesimis merupakan keadaan yang mungkin terjadi apabila ada penurunan kemampuan perusahaan bersaing dengan perusahaan lain sesama
kandidat PROPER peringkat hijau dalam penyusunan DRKPL sehingga nilai DRKPL tidak termasuk melebihi rata-rata dari seluruh kandidat PROPER hijau.
Dalam keadaan ini sesuai prosedur yang berlaku menurut peraruran Menteri Lingkungan Hidup No 03 tahun 2014 yang telah digambarkan mekanismemya
sesuai Gambar 7, pihak perusahaan langsung gagal dalam proses penilaian lebih lanjut. Dalam skenario pesimis juga terjadi penurunan dari diperolehnya
penghargaan atas program pengembangan masyarakat yang selama ini hampir setiap tahun diperoleh.
No Skenario
Keadaan 1
Pesimis 1C - 2B - 3B - 4B - 5B - 6B - 7C
2 Moderat
1A - 2A - 3A - 4A - 5A - 6B - 7B 3
Optimis 1A - 2A - 3A - 4A - 5A - 6A - 7A
Kondisi sekarang 1B - 2B - 3B - 4B - 5B - 6B - 7B
base line
86
Skenario moderat merupakan keadaan yang terjadi apabila perusahaan melakukan prioritas program dengan pertimbangan kebijakan yang :
a. Faktor yang berpengaruh mutlak sebagai syarat kandidat PROPER hijau : DRKPL.
b. Faktor-faktor dengan kontribusi nilai yang tinggi : DRKPL, implementasi 3R limbah B3 dan implementasi konservasi air
c. Faktor-faktor yang terjangkau dari segi alokasi dana dan dengan kemampuan sumber daya manusia yang tersedia : monitoring dan evaluasi program
pengembangan masyarakat dan alokasi dana konservasi air. Pada skenario moderat ini, faktor benchmarking dan teknologi 3R limbah B3
tidak dilakukan peningkatan program karena selain memerlukan dana yang besar, juga keterbatasan sumber daya manusia dan daya dukung infrastruktur. Hal ini
karena untuk meningkatkan nilai faktor teknologi 3R limbah B3, minimal ada diseminasi tentang inovasi teknologi ke dalam jurnal ilmiah bahkan mendapatkan
hak paten dari pihak yang berwenang. Untuk benchmarking minimal harus masuk dalam lima besar tingkat nasional.
Skenario optimis merupakan keadaan yang terjadi apabila perusahaan melakukan upaya dan dukungan total untuk meningkatkan semua tujuh faktor
penting yang mempengaruhi pengelolaan lingkungan kawasan industri sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat hijau. Dalam skenario ini diperlukan alokasi
dana yang sangat besar serta rekrutmen sumber daya manusia baru yang kompeten dan kemampuan ilmiah yang tinggi.
Perbandingan Antar Skenario Kebijakan
Dari perbandingan ketiga skenario kebijakan sistem dirumuskan menjadi dasar utama untuk menentukan skenario yang paling implementatif dalam rangka
pengelolaan lingkungan kawasan industri sehingga memenuhi kriteria PROPER KLHK peringkat hijau.
Kinerja sistem dengan skenario kebijakan pesimis memperlihatkan kondisi sistem yang tidak berkelanjutan karena dengan menurunnya nilai DRKPL menjadi
di bawah nilai DRKPL rata-rata dari seluruh kandidat PROPER KLHK peringkat hijau, maka perusahaan tidak akan mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
proses penilaian lebih lanjut.
Kinerja sistem dengan skenario kebijakan moderat dan optimis, keduanya dapat mendukung kondisi sistem yang berkelanjutan. Pada kondisi skenario
optimis diperlukan upaya yang jauh lebih besar dibandingkan dengan skenario moderat. Hal ini karena perbedaan kedua skenario tersebut pada faktor
benchmarking
dan teknologi 3R limbah B3 membutuhkan alokasi dana, keahlian ilmu pengetahuan, alokasi waktu dan tenaga yang besar. Dasar pertimbangannya
adalah karena sumber daya manusia pada perusahaan umumnya tergolong praktisi sehingga upaya untuk penulisan di jurnal ilmiah minimal tingkat nasional setiap
tahun, untuk mendapatkan hak paten teknologi memenangkan persaingan minimal termasuk lima besar tingkat memerlukan upaya yaang sangat berat pada skenario
optimis.
87
Pada skenario moderat dilakukan interverensi peningkatan pada lima faktor berpengaruh dengan kontribusi terhadap nilai PROPER sebesar 28.1 Tabel 28,
sedangkan skenario kebijakan optimis dengan interverensi peningkatan pada seluruh tujuh faktor berpengaruhberkontribusi pada sebesar 35.4 .
Berdasarkan perbedaan kontribusi nilai PROPER sebesar 7.3 dibandingkan dengan upaya yang sangat berat harus dilaksanakan perusahaan,
maka skenario kebijakan moderat merupakan skenario yang lebih implementatif. Hal ini dengan pertimbangan skenario kebijakan moderat telah mendukung
keberlanjutan sistem pengelolaan lingkungan kawasan industri sehingga memenuhi kriteria PROPER KLHK peringkat hijau dengan sasaran program yang
lebih memungkinkan tercapai achieveable dari segi alokasi dana, ketersediaan sarana-prasarana, waktu, dan kemampuan sumber daya manusia.
Skenario moderat juga direkomendasikan oleh Kodrat 2006 dalam pengembangan kawasan industri Medan. Menurut Kodrat 2006, skenario
moderat pada pengembangan kawasan industri terpadu berwawasan lingkungan dapat dilakukan dengan kebijakan yang mencakup 1 jumlah industri bertambah
secara bertahap dengan meningkatnya permintaan lahan, 2 kebijakan pemerintah yang memfasilitasi peningkatan modal pengembangan, dan 3 didukung oleh
iklim investasi yang kondusif.
Rekomendasi Skenario Pengelolaan Lingkungan Kawasan Industri
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas bahwa skenario kebijakan yang direkomendasikan adalah kebijakan skenario moderat, selanjutnya disusun
lebih rinci mengenai strategi dan arahan kebijakan bagi perusahaan sebagai dasar pertimbangan implementasinya. Penjabaran strategi dan arahan sesuai skenario
kebijakan moderat meliputi interverensi berupa peningkatan kinerja pada lima faktor yang berpengaruh pada sistem sesuai kriteria PROPER KLHK peringkat
hijausebagai berikut :
1. DRKPL.
Keterampilandan pengetahuan sumber daya manusia di KIJA dalam melakukan penyusunan DRKPL yang ringkas, menarik, lengkap, namun
informatif menjadi faktor kunci dan sangat diperlukan dalam sasaran mendapatkan peringkat hijau PROPER KLHK. Hal ini sesuai mekanisme
penilaian PROPER dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 03 tahun 2014 bahwa nilai penyajian DRKPL menjadi kunci apakah suatu perusahaan akan
mendapat kesempatan menjadi calon kandidat dalam kompetisi untuk mendapatkan peringkat hijau atau tidak. Jadi sebaik apapun implementasi dari
program-program delapan dimensi PROPER yang terdiri dari sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi, konservasi air, 3R limbah B3 dan non B3,
perlindungan keanekaragaman hayati, penurunan emisi pencemaran udara, serta pengembangan program masyarakat, seolah-olah tidak akan bermanfaat bila tidak
dilengkapi dengan dokumentasi dan penyajian dalam DRKPL yang baik
Hal ini karena oleh timpenilai PROPER KLHK tidak akan melakukan kajian, verifikasi, dan peninjauan di lapangan lebih lanjut apabila nilai DRKPL
yang disampaikan perusahaan lebih rendah dari nilai rata-rata calon kandidat lain.
88
Sebagai strategi peningkatan pada faktor penting DRKPL ini, tahapan- tahapan yang dapat dilakukan :
a. Perusahaan menentukan tim khusus DRKPL dengan kualitas sumber daya manusia yang memadai.
b. Tim DRKPL diberikan pelatihan-pelatihan berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan sesuai substansi ketentuan KLHK yang
mutakhir serta teknis penyajian yang terstruktur, informatif, lengkap, dan menarik.
c. Tim DRKPL secara proaktif mengumpulkan data-data implementasi secara berkala tanpa menunggu waktu mendekati masa penilaian PROPER. Data-
data tersebut berasal dari semua bagian yang terkait, yaitu sistem manajemen lingkungan, efisiensi energi, konservasi air, pencemaran udara, 3R imbah B3,
3R limbah non B3, kehati, dan pengembangan masyarakat.
d. Tim DRKPL secara proaktif menjalin komunikasi dengan BPLHD Jawa Barat dan KLHK terkait PROPER.
2.
Implementasi konservasi air dan penurunan beban pencemaran air
Faktor penting implementasi konservasi air sangat mendesak dilakukan mengingat makin terbatasnya tersedianya sumber air bersih di sekitar lokasi
KIJA. Umumnya di wilayah Cikarang Bekasi, sumber air besih berasal dari Sungai Tarum Barat yang berasal dari waduk Jatilihur. Air tanah sulit didapatkan
karena jenis tanahnya tanah liat yang sulit menyerap air.
KIJA selaku pengembang dan pengelola kawasan industri, sesuai Peraturan Menteri Perindustrian No 35 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan
Industri harus menyelenggarakan pengelolaan air limbah secara terpadu IPAL terpadu untuk seluruh industri yang berlokasi di dalam kawasan industri. Untuk
memastikan IPAL terpadu beroperasi dengan baik, selain memiliki infrastruktur yang memadai, KIJA juga menetapkan baku mutu air limbah yang harus dipatuhi
oleh seluruh industri. Baku mutu ini bersifat mengikat karena tercantum dalam dokumen Tata Tertib Kawasan. Tata Tertib Kawasan merupakan dokumen yang
tak terpisahkan dalam dokumen Perjanjian Pengelolaan pada saat perusahaan industri bergabung dan berlokasi di KIJA.
Dari data kualitas air limbah di IPAL 1 dan IPAL 2 menunjukkan volume air limbah serta beban pencemaran yang cenderung semakin meningkat. Dengan
demikian keberhasilan KIJA dalam konservasi air dengan cara menurunkan beban pencemaran air menjadi faktor yang sangat penting.
Sesuai Lampiran 8, sasaran dari interverensi faktor penting dan berpengaruh mengenai konservasi air adalahada rencana strategis efisiensi air dilengkapi
dengan cara dan jadwal waktu, data efisiensi air dan penurunan beban pencemaran minimal dalam empat tahun, serta keberhasilan efisiensi air masuk dalam 25
terbaik kandidat PROPER hijau. Untuk mencapai sasaran tersebut tahapan yang dapat dilakukan :
a. Penetapan sasaran, rencana strategis, penetapan cara dan target waktu. b. Program pengawasan yang lebih ketat serta pendekatan yang proaktif kepada
para pelaku industri, terutama yang berpotensi membuang air limbah ke IPAL dengan beban pencemaran yan tinggi, seperti industri tekstil, kimia, makanan,
minumam, farmasi, serta kosmetik.