Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 Pasal 34 ayat 2 bahwa perceraian tersebut dianggap terjadi beserta segala akibatnya terhitung sejak saat pendaftaran
perceraian  tersebut  pada  kantor  catatan  sipil.  Sedangkan  akta  perceraian  dibuat rangkap  satu  dan  disimpan  di  kantor  catatan  sipil,  sedangkan  kepada  yang
bersangkutan  diberikan  masing-masing  kutipannya  dan  kutipan  akta  perceraian inilah  yang  digunakan  oleh  yang  bersangkutan  sebagai  bukti  tertulis  dan  otentik
bahwa mereka itu telah putus perkawinannya dengan perceraian.
5.  Kematian
Suatu  peristiwa  yang  tidak  dapat  dihindari  setiap  manusia  adalah kematian,  karena  kematian  adalah  suatu  peritiwa  yang  datangnya  di  luar
kekuasaan  manusia.  Kematian  merupakan  takdir  Tuhan  Yang  Maha  Esa  yang tidak  dapat  dipungkiri  oleh  manusia  karena  cepat  atau  lambat  manusia  akan
kembali kepangkuan-Nya. Hal  mana  dapat  diketahui  bahwa  bagi  orang-orang  yang  beriman  atau
beragama  bahwa  kematian  adalah  suatu  panggilan  Ilahi  terhadap  umat  manusia yang  dilakukan  oleh  Tuhan  sebagai  penciptanya.  Namun  sebagai  umat  manusia
yang  masih  terikat  dengan  sifat-sifat  keduniawian,  sehingga  peristiwa  kematian ini penting sekali didaftarkan pada suatu  lembaga guna mendapatkan suatu akta,
agar  kepada  orang-orang  yang  masih  hidup  mengetahui  siapa-siapa  sebenarnya anggota keluarga almarhum  yang terdekat. Hal ini perlu dilakukan karena sangat
berguna  untuk  mengetahui  siapa-siapa  yang  sebenarnya  menjadi  ahli  waris  dari almarhum  pewaris  demikian  pula  terhadap  janda  yang  ditinggalkannya.
Kedudukan  hukum  dari  si  janda  isteri  dapat  lebih  positif  apabila  didukung
Universitas Sumatera Utara
dengan sebuah bukti yang tertulis dan otentik yang berupa akta yang dikeluarkan oleh  sebuah  lembaga  yang  ditunjuk  oleh  Negara.  Serta  mempunyai  wewenang
untuk  menyelenggarakan  dan  menerbitkan  akta  kematian  tersebut,  karena  akta kematian menerangkan secara tegas nama suami, isteri  yang ditinggalkan oleh si
mati. Pencatatan  kematian  itu  merupakan  salah  satu  wewenang  dari  lembaga
catatan  sipil,  tetapi  di  dalam  prakteknya  terutama  di  desa-desa  pencatatan kematian  dilakukan  oleh  kepala  desa  yang  akan  membuat  surat  keterangan
kematian,  tetapi  sebelumnya  harus  ada  pengantar  dari  kepala  dusun.  Sedangkan yang melakukan pendaftaran peristiwa ini dilakukan oleh para ahli warisnya atau
keluarganya  dengan  melengkapi  semua  persyaratan  yang  telah  ditentukan  untuk keperluan itu.
6.  Ganti Nama