B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis membatasi permasalahan sebagai berikut ;
1. Bagaimana penerbitan akta catatan sipil menurut Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan 2.
Bagaimana prosedur penerbitan akta catatan sipil oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan
3. Akibat hukum apa yang timbul bagi pemegang akta yang dikeluarkan
oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Secara rinci tujuan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui penerbitan akta catatan sipil menurut Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan b.
Untuk mengetahui prosedur penerbitan akta catatan sipil oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan
c. Untuk mengetahui akibat hukum apa yang timbul bagi pemegang akta
yang dikeluarkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini hendaknya dapat mencapai seperti yang diharapkan baik dari segi ilmiah maupun dari segi masyarakat, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Manfaat teoritis
Sebagai bahan masukan dan pengkajian lebih lanjut bagi para teoritisi yang ingin memperdalam hukum administrasi negara khususnya hukum
kependudukan guna menyelenggarakan tata tertib administrasi yang baik. b.
Manfaat Praktis Merupakan bahan masukan bagi para pelaku atau aparat pemerintah yang
membidangi pencatatan sipil serta masyarakat luas yang ingin mengetahui, mendalami, membuat akta catatan sipil sebagai pemenuhan hak individu.
D. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulis
tidak menemukan judul tentang studi tentang penerbitan akta catatan sipil oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
E. Tinjauan Kepustakaan
Negara Republik Indonesia dalam memberikan perlindungan, pengakuan, penentuan status pribadi dan status hukum setiap Peristiwa Kependudukan dan
Peristiwa Penting yang dialami oleh Penduduk Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu
dilakukan pengaturan tentang administrasi kependudukan. Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penerbitan dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
Universitas Sumatera Utara
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
3
Pengaturan tentang Administrasi kependudukan hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh pelayanan yang profesional dan peningkatan kesadaran
penduduk, termasuk Warga Negara Indonesia yang berada di luar negeri. Peraturan perundang-undangan mengenai administrasi kependudukan yang ada
tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan administrasi kependudukan yang tertib dan tidak diskriminatif sehingga diperlukan pengaturan secara menyeluruh
untuk menjadi pegangan bagi semua penyelenggara negara yang berhubungan dengan kependudukan. Maka dari itu, dibentuklah Undang-Undang tentang
Administrasi Kependudukan. Dalam dinamika pembangunan, tidak terlepas dari permasalahan dan
kendala-kendala yang terjadi ketika proses perkembangan zaman. Masalah kependudukan yang sering dihadapi tidak terlepas kaitannya dengan kondisi tertib
administrasi kependudukan, baik dalam konteks pendaftaran maupun
pencatatannya dalam rangka memberikan status kepastian hukum keperdataan kepada setiap orang.
Administrasi kependudukan diarahkan untuk :
4
1. Memenuhi hak asasi setiap orang di bidang administrasi kependudukan
tanpa diskriminasi dengan pelayanan publik yang profesional ;
3
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 25 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil. Pasal 1
4
Undang-undang Republik Indonesia nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
Universitas Sumatera Utara
2. Meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya untuk berperan
serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan ; 3.
Memenuhi data statistik secara nasional mengenai peristiwa kependudukan dan peristiwa penting ;
4. Mendukung perumusan kebijakan dan perencanaan pembangunan secara
nasional, regional, serta lokal; dan 5.
Mendukung pembangunan sistem administrasi kependudukan. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
tentang Administrasi Kependudukan sebagai peraturan yang menjadi pegangan bagi semua penyelenggaraan negara yang berhubungan dengan kependudukan
karena peraturan perundang-undangan yang sudah ada dianggap tidak sesuai lagi dengan tuntutan pelayanan Administrasi Kependudukan yang tertib dan tidak
diskriminatif. Dalam undang-undang tersebut menjelaskan mengenai Sistem Informasi Adminisrasi Kependudukan SIAK. Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan ialah sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi pengelolaan informasi administrasi
kependudukan di tingkat Penyelenggara dan instansi pelaksana sebagai satu kesatuan.
5
Pengelolaan informasi administrasi kependudukan dilakukan oleh Menteri melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan. Dengan
adanya SIAK ini diharapkan mampu memberikan informasi yang menunjang administrasi kependudukan, yang sejalan dengan kemajuan teknologi informasi
5
Ibid
Universitas Sumatera Utara
dan komunikasi untuk memenuhi tuntutan masyarakat atas pelayanan kependudukan profesional. Undang-Undang tentang Administrasi Kependudukan
ini memuat pengaturan dan pembentukan sistem yang mencerminkan adanya reformasi di bidang administrasi penggunaan Nomor Induk Kependudukan NIK.
NIK adalah identitas penduduk Indonesia dan merupakan kunci sukses dan melakukan verifikasi dan validasi data jati diri seseorang guna mendukung
pelayanan publik dibidang administrasi kependudukan. Pemerintah daerah adalah sub sistem pemerintahan pusat. Pemberian kewenangan devolution of authority
kepada unit-unit atau satuan pemerintahan yang lebih rendah dan lebih kecil merupakan sesuatu kebutuhan yang mutlak dan tidak dapat di hindari.
Mengingat begitu tinggi tingkat fragmentasi sosial dalam sebuah negara, maka ada hal hal tertentu yang harus diselenggarakan secara lokal dimana
pemerintah daerah akan lebih baik menyelenggarakannya ketimbang dilakukan secara nasional dan sentralistik. Pemerintah nasional dalam hal ini akan berfungsi
menyiapkan pedoman-pedoman umum yang dijadikan parameter bagi penyelenggaraan pemerintahan agar pemerintah daerah tidak menyimpang dari
prinsip negara kesatuan
6
Dalam mengatur organisasi perangkat-perangkat di daerah harus ada konsepsi yang satu, utuh dan berwawasan nasional. Pemerintah pusat memberi
wewenang kepada daerah untuk mengatur wilayah daerahnya, kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan
dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, dan
6
Afan Gaffar, dkk, Otonomi Daerah Dalam Negara Kesatuan, Yogyakarta : Pustaka pelajar, hal 21
Universitas Sumatera Utara
fiscal, agama serta kewenangan di bidang lain. Kewenangan pemerintah diserahkan kepada daerah dalam rangka desentralisasi harus disertai dengan
penyerahan dan pengalihan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia sesuai dengan kewenangan yang diserahkan.
7
Dahulu banyak orang yang berpendapat, bahwa lembaga catatan sipil berada dibawah Departemen Agama atau Departemen Kehakiman mengingat
lembaga ini mengatur masalah-masalah keluarga yang menyangkut kepentingan perseorangan yang mempunyai akibat hukum. Dulu catatan sipil selalu
menyatakan Departemen Kehakiman merupakan induk dari lembaga catatan sipil ini. Akan tetapi Departemen kehakiman tidak menyakininya. Kemudian
dikeluarkan Kepres Nomor 12 tahun 1983 tanggal 25 Februari 1983 tentang Catatan Sipil, yang memberikan kejelasan bahwa status hukum lembaga catatan
sipil berada di bawah Departemen Dalam Negeri. Dengan diberlakukanya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan,
lebih memperjelas status hukum lembaga catatan sipil di Indonesia, sebab dalam Undang-Undang Administrasi Kependudukan didalamnya mengatur secara
lengkap tentang catatan sipil. Mengenai hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2006 yang menyatakan menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalan negeri. Dengan demikian secara
fungsional yang mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan catatan sipil berada di dalam lingkup, kewenangan dan tanggung jawab
7
Deddy Supriady Bratakusumah dan Dadang Solihin, Otonomi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Jakarta : PT.SU, hal 11
Universitas Sumatera Utara
Departemen Dalam Negeri. Oleh karena Undang-Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan
berlaku Nasional
maka untuk
penyelenggaraan pencatatan sipil di daerah merupakan tanggung jawab Gubernur sebagai kepala pemerintah provinsi dan BupatiWalikota sebagai kepala daerah
pemerintah KabupatenKota. Adapun kewajiban dan tanggung jawab penyelengaraan urusan pencatatan
sipil yang dilakukan oleh gubernur mempunyai kewenangan yaitu pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil. Dan kewajiban tanggung jawab penyelenggaraan pencatatan sipil diselenggarakan pemerintah kabupatenkota dilakukan oleh bupatiwalikota
dengan kewenangannya membentuk instansi pelaksana yang tugas dan fungsinya di bidang administrasi pendudukkan, instansi pelaksana berkewajiban :
a. Mendaftar peristiwa kependudukan dan mencatat peristiwa penting
b. Memberikan pelayanan sama dan profesional kepada setiap penduduk atas
pelaporan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting; c.
Menerbitkan dokumen kependudukan; d.
Mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil; e.
Menjamin kerahasiaan dan keamanan data atas peristiwa kependudukan dan peristiwa penting ;
f. Melakukan vervikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan
oleh penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan catatan sipil.
Universitas Sumatera Utara
F. Metode Penelitian