Sarana Pendukung Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

dan Pencatatan Sipil, S1 sebanyak 30 orang, dan SMA 17 orang. Oleh karena perubahan lingkungan yang begitu cepat dan tidak terduga, menuntut kemampuan suatu organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selalu berubah. Dengan masih minimnya untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan, diperlukan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia untuk membentuk sosok aparatur pemerintah daerah yang profesional dalam melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Adapun menyangkut mengenai upaya peningkatan kualitas aparatur pemerintah daerah pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan, masih sebatas pada pelatihan-pelatihan dan seminar yang menyangkut kependudukan dan pencatatan sipil, sedangkan pemberian reward bagi aparatur pemerintah daerah yang berprestasi dalam bidang kependudukan dan pencatatan sipil belum pernah diadakan. Pemberian punishment bagi aparatur pemerintah daerah dilakukan dalam bentuk tertulis dan secara lisan yang menyangkut tentang disiplin pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Sarana Pendukung Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dengan adanya otonomi daerah saat ini, titik sentral penyelenggaraan pemerintahan ada pada kabupatenkota. Hal ini memberikan berbagai peluang dan tantangan bagi aparatur pemerintah daerah untuk lebih mengaktualisasikan peran dan fungsinya secara optimal. Di samping itu salah satu tujuan dilaksanakannya otonomi daerah adalah untuk memperbaiki kinerja penyelenggaraan pemerintahan sesuai dengan aspirasi masyarakat, dengan demikian diperlukan sarana atau Universitas Sumatera Utara fasilitas pendukung agar aparatur pemerintah daerah dapat menjalankan tugasnya secara maksimal. Berkenaan dengan sarana atau fasilitas pendukung dari suatu birokrasi pemerintahan ini, menurut M.Mas’ud Said dapat dibagi menjadi 3 tiga bagian sebagai berikut : 38 1. Fasilitas pendukung operasional kerja seperti gedung kantor, peralatan kantor, komputer, kendaraan dinas dan sebagainya. Pada intinya fasilitas ini adalah fasilitas berupa barang atau mesin untuk mendukung operasional kerja sehari-hari dari aparatur birokrasi. 2. Fasilitas pendukung insentif kerja seperti gaji, tunjangan pensiun dan sebagainya. Fasilitas ini adalah fasilitas pendukung yang mendukung semangat dan loyalitas kerja dari aparatur birokrasi. Mengenai gaji Bintoro menyatakan bahwa secara ideal gaji pegawai dan sistemnya harus memenuhi tiga unsur yaitu : adil, cukup dan merangsang serta berorientasi pada prestasi kerja. Oleh karena menjadi pegawai negeri diharapkan merupakan suatu karier dalam hidup, maka perlu kiranya gaji yang wajar dihubungkan dengan beratnya beban tugas, tanggung jawab, kualifikasi, prestasi kerja, lamanya menjabat dan tingkat biaya hidup. 3. Fasilitas pendukung administrasi kerja seperti sistem akuntansi, sistem pengawasan, sistem pelaporan, dan sebagainya. Pada intinya, fasilitas ini berupa sistem yang bisa menjadi alat ukur dan alat kontrol objektif yang 38 M.Mas’ud Said dalam Moeljarto Tjokrowinoto, dkk, Birokrasi dalam Polemik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bekerjasama Dengan Pusat Studi Kewilayahan Universitas Muhammadiyah Malang, 2004, hal 109. Universitas Sumatera Utara bisa membantu aparatur birokrasi untuk menilai dan mengawasi kerja dan kinerja secara keseluruhan sebagai aparatur birokrasi. Kinerja pelayanan publik dalam suatu sistem birokrasi sangat kompleks karena menyangkut banyak hal yaitu : Pertama, aspek-aspek input atau sumber- sumber dayanya antara lain seperti pegawai sumber daya manusia, anggaran, sarana dan prasarana, informasi dan budaya organisasi. Kedua, berkaitan dengan proses manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, penganggaran, pengawasan dan evaluasi, 39 maka dari berbagai sarana atau fasilitas pendukung tersebut di atas, diharapkan kinerja aparatur pemerintah daerah semakin sensitif terhadap keinginan dan kebutuhan masyarakat. Dalam hal sarana atau fasilitas pendukung yang menyangkut dengan pendanaan atau sumber pendapatan dari suatu instansi birokrasi sifatnya masih terbatas, dalam arti pos penerimaannya sudah ditentukan. Efek negatif yang muncul dengan terbatasnya jumlah sumber pendapatan ini dapat berupa : 40 1. Terjadinya kesenjangan antara kebutuhan dan pendapatan secara individual para pegawai maupun institusional. Hal ini menyebabkan para birokrat tidak nyaman bekerja karena masih harus mencari tambahan pendapatan di luar maupun di dalam jam kerja, bahkan kadang harus menutup biaya operasional. 2. Terjadinya berbagai mark-up proyek dan pungutan liar pungli. Untuk menambah pendapatan, birokrat berpotensi untuk me-mark up nilai proyek atau melakukan pungutan kepada para pengguna jasa secara ilegal. 39 Agung Kurniawan, Op.Cit, h.47. 40 Budi Setiyono, Op.Cit, h. 123. Universitas Sumatera Utara 3. Semangat kerja rendah. Gaji yang tidak mencukupi menyebabkan birokrat malas bekerja dalam melayani masyarakat. 4. Keterbatasan anggaran juga mengakibatkan terbatasnya gerak operasional tugas birokrasi. Dalam hal sarana atau fasilitas pendukung yang menyangkut sistem komputerisasi dalam suatu instansi birokrasi sangatlah diperlukan mengingat semakin luasnya pekerjaan dan beban tugas dari aparatur pemerintah daerah saat ini. Dengan sistem komputerisasi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi administrasi pemerintahan daerah sekaligus menampung semakin banyaknya kebutuhan pengolahan data untuk pelayanan publik termasuk pelayanan dalam bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Dengan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, persepsi tentang birokrasi berkenaan dengan kinerja yang lambat, berbelit-belit, berproduktivitas rendah dapat berubah menjadi fleksibel, berproduktivitas tinggi, dan memiliki tingkat responsifitas yang dapat diandalkan. Birokrat dalam institusi pelayananpun akan berubah dari street level bureaucrats yang banyak bersentuhan langsung dengan rakyat menjadi system level bureaucrats yang bekerja dalam sistem komputer yang terintegrasi. Kontak antara aparatur pemerintah daerah dengan masyarakat tidak lagi terjadi pada jalan, ruangan atau loket pelayanan, melainkan pada kamera, modem,website atau e-mail. 41 41 Ibid, h.225. Universitas Sumatera Utara Secara umum, aplikasi teknologi informasi dalam organisasi birokrasi memberikan berbagai macam keuntungan sebagaimana yang dikemukakan oleh Coates, yaitu : 42 1. Streamlining bureaucratic operations mengurangi beban kerja birokrasi. Melalui teknologi informasi, banyak beban operasi instansi birokrasi yang dapat dikurangi. Contohnya: bila semula untuk mengadakan suatu rapat antar instansi birokrasi, pejabat harus berkumpul pada suatu tempat, dengan teknologi informasi rapat dapat diselenggarakan secara online dengan fasilitas local area network LAN ataupun internet service provider ISP di kantor masing-masing. 2. Reduction in public service cost pengurangan biaya pelayanan publik. Teknologi informasi memungkinkan masyarakat mendapatkan pelayanan tanpa harus berhubungan langsung dengan petugas birokrasi. Oleh karena itu ekses negatif dari kontak langsung antara konsumen dengan aparatur birokrasi seperti tip, suap, dan semacamnya dapat dikurangi. 3. Providing non stop service: 24 hours a day service, 7 days a week menyediakan pelayanan non stop selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Oleh karena teknologi informasi dapat dioperasikan terus menerus, maka setiap saat masyarakat dapat mengakses pelayanan pemerintah secara online, dengan demikian pelayanan dapat dilakukan secara cepat tanpa harus berhadapan dengan kendala jam kerja dan hari libur. 42 Coates dalam Budi Setiyono, Ibid. Universitas Sumatera Utara 4. Lessening the number of in person bureaucratic contacts mengurangi jumlah kontak langsung antara birokrat dengan pengguna jasa. Pelayanan tidak perlu dilakukan langsung oleh personel birokrasi, melainkan cukup menggunakan media seperti komputer. 5. De-territorialization of bureaucracy penyampaian pelayanan birokrasi yang tidak dibatasi oleh kendala geografis. Aplikasi teknologi informasi memungkinkan masyarakat mengakses pelayanan birokrasi melalui website darimanapun dan tersedia peralatan serta infrastrukturnya, dengan demikian para pengguna jasa birokrasi yang berada jauh dari kantor pelayanan tidak harus berkunjung ke kantor itu untuk mendapatkan pelayanan tertentu. Di samping itu, aparatur birokrasi sebagai pengambil keputusan dan pemasok data juga dapat bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lain dan tidak harus selalu berada di dalam kantor. 6. Providing bureaucratic control sistem menyediakan sistem control birokrasi. Dengan teknologi informasi semua proses output dan input dalam pelayanan dapat diketahui dengan pasti sehingga kecil kemungkinan terjadinya penyimpangan. 7. Flexibility of hierarchies within bureaucracy keleluasaan struktur hierarkhi dalam institusi birokrasi. Penggunaan teknologi informasi memungkinkan form organisasi birokrasi tidak selalu merupakan struktur yang ketat dan banyak personil, melainkan simpel dan sedikit personil. 8. Effecting vertikal and horizontal communication mengefektifkan komunikasi vertical dan horizontal. Lewat teknologi informasi, Universitas Sumatera Utara komunikasi tidak selalu harus bertatap muka dan berada pada satu tempat, melainkan dapat terjadi kapan saja walaupun terpisah satu sama lain. 9. Facilitating inter-organizational cooperation memfasilitasi kerjasama antar instansi pemerintah. Komputerisasi dan website yang terpadu akan lebih memudahkan instansi pemerintah berkoordinasi dan berkomunikasi. 10. Providing the capacity for virtual simulation for aiding bureaucratic policy making menyediakan kapasitas dalam simulasi abstrak sehingga mempertajam pembuatan keputusan. Program-program komputer saat sekarang sudah banyak dibuat untuk membuat simulasi-simulasi dan kalkulasi terhadap rancangan sebuah keputusan untuk membantu para pembuat kebijakan. Berkenaan dengan teknologi informasi ini, pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan masih sangat kurang sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkan guna menunjang peningkatan tertib administrasi kependudukan, seperti komputer yang merupakan salah satu sarana yang sangat dibutuhkan untuk mengolah dan menyajikan data kependudukan maupun data pencatatan sipil. Khusus untuk data kependudukan dan data pencatatan sipil, saat ini masih dilakukan secara manual belum menggunakan program khusus, sehingga data kependudukan dan data pencatatan sipil belum dapat tersimpan dengan baik. Di samping itu kuantitas dan kualitas komputer yang ada saat ini dipandang belum memadai dan masih di bawah standar Universitas Sumatera Utara 67

BAB IV AKIBAT HUKUM BAGI PEMEGANG AKTA CATATAN SIPIL YANG

DIKELUARKAN OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

A. Perlindungan dan Pengakuan Status Pribadi Terhadap Pemegang Akta Catatan Sipil

Dokumen yang terkait

Peranan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan Dalam Pelayanan Administrasi Kependudukan (Studi Tentang Pengurusan Akta Kelahiran dan Akta Kematian di Kota Medan)

21 132 128

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

21 161 89

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

0 0 9

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

0 0 1

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

0 0 25

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

0 0 9

Prosedur Penerbitan Akta Kematian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Administrasi Kependudukan (Studi Kota Medan).

0 0 2

Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Studi Tentang Penerbitan Akta Catatan Sipil Oleh Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

0 0 17

JURNAL PELAKSANAAN PENGURUSAN AKTA KELAHIRAN BERDASARKAN UNDANG – UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (Studi Di Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Mataram)

0 0 16