Mengelola Kualitas Jasa Kualitas Pelayanan .1 Pengertian Kualitas Pelayanan

5. Jasa murni Hanya jasa.

2.1.2 Mengelola Kualitas Jasa

Terdapat lima determinan kualitas jasa yang dapat dirincikan sebagai berikut Philip Kotler, 1994 : a. Kehandalan, yakni kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. b. Keresponsifan, yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat atau ketanggapan. c. Keyakinan, yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau “assurance”. d. Empati, yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan. e. Berwujud, yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel dan media komunikasi. Tiga pakar pemasaran jasa, Leonard L. Berry, A. Parasuraman, dan Valarie A. Zeithaml 1985 melakukan penelitian mengenai customer-perceived quality pada empat industri jasa, yaitu retail banking, credit card, securities brokerage, dan product repair and maintenance. Dalam penelitian tersebut, mereka mengidentifikasi 5 kesenjangan yang menyebabkan kegagalan penyampaian jasa Tjiptono, 1997:146. Kelima kesenjangan tersebut adalah ditunjukkan pada bagan dibawah ini: UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Sumber: Parasuraman, A, et al. dalam Supranto 2006 Gambar 2.1 Model Kualitas Jasa Gap Model Komunikasi dari mulut ke mulut Kebutuhan pribadi Pengalaman masa lalu Jasa yang diharapkan Jasa yang alami Penyampaian jasa sebelum dan sesudah kontrak Komunikasi eksternal ke pelanggan Translasi persepsi menjadi spesifikasi kualitas Persepsi manajemen tentang harapan konsumen Kesenjangan 5 Konsumen Pemasar Kesenjangan 3 Kesenjangan 1 Kesenjangan 2 Kesenjangan 4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1. Kesenjangan antara harapan konsumen dan persepsi manajemen Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya didesain, dan jasa-jasa pendukungsekunder apa saja yang diinginkan konsumen. Contohnya pengelola katering mungkin mengira para pelanggannya lebih mengutamakan ketepatan waktu pengantaran makanannya, padahal para pelanggan tersebut mungkin lebih memperhatikan variasi menu yang disajikan. 2. Kesenjangan antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang jelas. Hal ini bisa dikarenakan tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumber daya, atau karena adanya kelebihan permintaan. Sebagai contoh, manajemen suatu bank meminta para stafnya agar memberikan pelayanan secara ‘cepat’ tanpa menentukan standar atau ukuran waktu pelayanan yang dapat dikategorikan cepat. 3. Kesenjangan antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa Ada beberapa penyebab terjadinya kesenjangan ini, misalnya karyawan kurang terlatih belum menguasai tugasnya, beban kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kinerja, atau bahkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tidak mau memenuhi standar kinerja yang ditetapkan. Selain itu mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar yang kadangkala saling bertentangan satu sama lain, misalnya para juru rawat diharuskan meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan atau masalah pasien, tetapi di sisi lain mereka juga harus melayani para pasien dengan cepat. 4. Kesenjangan antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal Seringkali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji yang dibuat oleh perusahaan. Risiko yang dihadapi perusahaan adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi. Misalnya brosur suatu lembaga pendidikan menyatakan bahwa lembaganya merupakan yang terbaik; memiliki sarana kuliah: praktikum dan perpustakaan lengkap; dan staf pengajarnya profesional. Akan tetapi saat pelanggan datang dan merasakan bahwa ternyata fasilitas praktikum dan perpustakaannya biasa-biasa saja hanya memiliki beberapa ruang kuliah; jumlah komputer sedikit; judul dan eksemplar buku terbatas, maka sebenarnya komunikasi eksternal yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut telah mendistorsi harapan konsumen dan menyebabkan terjadinya persepsi negatif terhadap kualitas jasa lembaga tersebut. 5. Kesenjangan antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan Kesenjangan ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerjaprestasi perusahaan dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Misalnya seorang dokter bisa saja terus mengunjungi pasiennya untuk menunjukkan perhatiannya. Akan tetapi pasien dapat menginterpretasikannya sebagai suatu indikasi bahwa ada yang tidak beres berkenaan dengan penyakit yang dideritanya. 2.1.3Persepsi Pelanggan Terhadap Kualitas Kemampuan menciptakan nilai bagi pelanggan akan sangat tergantung pada komitmen perusahaan terhadap kualitas. Produk yang dipersepsikan memiliki kualitas adalah produk yang memiliki kesesuaian dengan yang dibutuhkan atau diinginkan oleh pelanggan, dan secara konsisten dapat memenuhi kepuasan pelanggan tanpa “cacat” sedikitpun. Dengan dasar itulah, maka perusahaan dalam menciptakan kualitas harus: 1 Merancang produk berdasarkan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan, 2 Merefleksikannya ke dalam setiap aktivitas perusahaan, 3 Didukung oleh komitmen total oleh semua mitra internal yang berkualitas, 4 Selalu ditingkatkan sesuai dengan perkembangan dan tuntunan konsumen, 5 Disadari bahwa kualitas tidak dapat menyelewatkan produk yang “cacat”. 2.2 Kepuasan Nasabah 2.2.1 Pengertian Kepuasan