24 etanol terhadap bahan yang telah dikeringkan udara.
3.3.6 Penetapan kadar abu total
Sebanyak 2 gram serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan dalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian dirata-
ratakan. Krus pijar pada suhu 600
o
C sampai arang habis. Didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan udara.
3.3.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam
Abu yang telah diperoleh dalam penetapan kadar abu total didihkan dalam 25 ml asam klorida encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam
asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, cuci dengan air panas, dipijar pada suhu 600
o
C sampai bobot tetap, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar abu yang tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang
telah dikeringkan.
3.4 Pembuatan Ekstrak Etil Asetat Daun Binahong
Sebanyak 1000 g 10 bagian serbuk simplisia dimasukkan ke dalam sebuah bejana, dituangi dengan 7,5 liter 75 bagian etil asetat, ditutup dan
dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil sering diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas dan dicuci dengan etil asetat sebanyak 2,5 liter
hingga diperoleh 100 bagian. Sari dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya selama 2 hari.
Dienaptuangkan dan disaring. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan diuapkan diatas penangas air sampai diperoleh ekstrak kental etil asetat daun binahong
Depkes, RI., 1979.
Universitas Sumatera Utara
25
3.5 Pembuatan Larutan Pereaksi
Pembuatan pereaksi Bourchardat, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, pereaksi Molisch, klorida 1, pereaksi Liebermann-Burchard, larutan asam sulfat
2N, larutan kloralhidrat
,
larutan asam klorida 2N, larutan timbal II asetat 0,4 m,
larutan besi III klorida 1 Depkes RI, 1995.
3.5.1 Pereaksi Mayer
Sebanyak 1,4 g raksa II klorida dilarutkan dalam air suling hingga 60 ml pada wadah lain ditimbang sebanyak 5 g kalium iodida lalu dilarutkan dalam 10
ml air suling. Kedua larutan dicampurkan dan ditambahkan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml.
3.5.2 Pereaksi Dragendroff
Sebanyak 0,8 g bismuth II nitrat ditmbang, dilarutkan dalam 20 ml asam nitrat pekat, lalu ditimbang sebanyak 27,2 g kalium iodida dalam 50 ml air suling.
Kedua larutan dicampurkan dan didiamkan sampai memisah sempurna, larutan jernih diencerkan dalam air suling hingga diperoleh larutan 100 ml.
3.5.3 Pereaksi Bourchardat
Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, dilarutkan dalam air suling secukupnya, lalu ditambahkan 2 g iodium kemudian ditambahkan air suling
hingga diperoleh larutan 100 ml.
3.5.4 Pereaksi Molisch
Sebanyak 3 g α-naftol ditimbang, dilarutkan dalam asam nitrat hingga diperoleh larutan 100 ml.
3.5.5 Pereaksi Liebermann-Burchard
Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat pekat dicampurkan dengan 50 bagian volume etanol 95. Ditambahkan dengan hati-hati 5 bagian volume asetat
Universitas Sumatera Utara
26
anhidrida ke dalam campuran tersebut dan dinginkan. 3.5.6 Larutan besi III klorida 1
Sebanyak 1 g besi III klorida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air secukupnya hingga diperoleh larutan 100 ml.
3.5.7 Larutan timbal II asetat 0,4 M
Sebanyak 15,17 g timbal II asetat ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling bebas karbon dioksida sebanyak 100 ml.
3.5.8 Larutan asam klorida 2 N
Sebanyak 17 ml larutan asam klorida pekat ditambahkan air suling hingga dieproleh larutan 100 ml.
3.5.9 Larutan kloralhidrat
Sebanyak 50 g Kristal kloralhidrat ditimbang lalu dilarutkan dalam 20 ml air suling.
3.5.10 Larutan asam sulfat 2 N
Sebanyak 5,5 ml larutan asam sulfat pekat ditambahkan air suling sampai 100 ml.
3.6 Skrining Fitokimia