Uji Reliabilitas Analisis Kesenjangan

seluruh pernyataan dalam indikator perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, transparansi dan dampak adalah valid.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian reliabilitas pada umumnya dikenakan untuk pengujian stabilitas instrumen dan konsistensi internal instrumen. Kriteria pengujian reliabilitas yaitu : a. Hipotesis pertama: Jika nilai koefisien realibilitas t-tabel maka instrumen dinyatakan reliabel atau dapat dipercaya. Pengujian dengan α = 5 b. Hipotesis kedua: Jika nilai koefisien reliabilitas ≤ t -table maka instrumen dinyatakan tidak reliabel atau tidak dapat dipercaya. Pengujian juga dengan α = 5 Tabel 4.4. Hasil Uji Reliabilitas Indikator Subindikator Cronbachs Alpha Perencanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan 0,905 Analisis Potensi dan Kebutuhan Pembangunan Desa 0,728 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 0,825 Pelaksanaan Kapasitas Aparatur Desa 0,902 Pemberdayaan Masyarakat Desa 0,915 Pemanfaatan sumber daya local 0,882 Pendampingan Pemerintahan Desa 0,900 Pengawasan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran 0,902 Efisiensi penggunaan dana desa 0,860 Transparansi Keterbukaan informasi 0,926 Dampak Dana desa meningkatkan kesejahteraan masyarakat 0,905 Efektivitas pemanfaatan dana desa 0,872 Universitas Sumatera Utara Pemerataan pendapatan masyarakat desa 0,901 Penambahan Sarana dan Prasarana Desa 0,921 Sumber: Data Primer Dari hasil hitung untuk uji realibilitas dengan jumlah N = 100 dan jumlah variable sebanyak 5 maka dapat di hitung df= N-K dan nilai df= 95 maka dapat di ketahui nilai dari t-tabel adalah 0.67708. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha seluruh variabel lebih besar dari 0,67708 Dengan demikian, maka hasil uji reliabilitas terhadap variabel perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, transparansi dan dampak dapat dipercaya atau reliabel.

4.6.3. Analisis Kesenjangan

Regulatory Gap Analysis adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja pemerintah dalam hal kebijakanpelayanan publik dengan membandingkan input rencana dan implementasi faktual. Metode ini merupakan turunan dari Gap Analysis yang mana Gap Analysis ini lebih cenderung digunakan untuk mengukur kesenjangan di bidang manajemen dan menjadi salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kualitas pelayanan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.5. Analisis Kesenjangan Efektivitas Dana Desa Dalam Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur di Kecamatan Babalan dan Kecamatan Sei Lepan Variabel Indikator Harapan Kinerja Selisih Perencanaan Penyusunan Dokumen Perencanaan 4,21 3,96 -0,25 Analisis Potensi dan Kebutuhan Pembangunan Desa 3,90 3,75 -0,15 Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan 4,01 3,65 -0,36 Pelaksanaan Kapasitas Aparatur Desa 4,12 3,60 -0,52 Pemberdayaan masyarakat desa 4,10 4,00 -0,10 Pemanfaatan Sumber Daya Lokal 3,92 3,55 -0,37 Pendampingan pemerintahan desa 4,10 3,90 -0,20 Pengawasan Laporan Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran 4,22 3,60 -0,62 Efisiensi Penggunaan Dana Desa 4,05 3,62 -0,43 Transparansi Keterbukaan Informasi 3,70 3,55 -0,15 Dampak Dana Desa Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat 3,45 3,22 -0,23 Efektivitas Pemanfaatan Dana Desa 3,97 3,36 -0,61 Pemerataan Pendapatan Masyarakat Desa 3,85 3,35 -0,50 Penambahan Sarana dan Prasarana Desa 4,12 4,00 -0,12 Rata-rata 3,98 3,65 -0,32 t-independent sample test t-hit 3,797 Sig 0,001 Sumber: Data Primer Dalam analisis kesenjangan tersebut maka akan di muat hipotesis Apabila nilai rata-rata kesenjangan lebih dari atau sama dengan nol, maka implementasi tersebut berhasil sesuai dengan rencana dan mampu mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat. Sedangkan apabila nilai rata-rata kesenjangan kurang dari nol, maka implementasi kebijakan tersebut gagal dalam mengatasi permasalahan di masyarakat Universitas Sumatera Utara Nilai harapan merupakan nilai keseluruhan rata-rata dari persepsi yang diberikan oleh Pemerintahan Desa yaitu Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Sedangkan nilai kinerja merupakan nilai rata-rata tertimbang penilaian objektif dari masyarakat yang mengukur masing- masing indikator yang diukur. Untuk menguji analisis kesenjangan terhadap kebijakan dana desa terdapat 5 lima indikator yang diukur yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, transparansi dan dampak pemanfaatan dana desa. Indikator pertama yang diukur adalah perencanaan. Indikator ini terdiri atas 3 tiga subindikator yaitu penyusunan dokumen perencanaan, analisis potensi dan kebutuhan desa, dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan. Hasil kajian menunjukkan bahwa penyusunan dokumen perencanaan, analisis potensi dan kebutuhan dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan masih bernilai negatif. Dimana untuk penyusunan dokumen perencanaan memiliki selisish -0,25. Untuk analisis potensi dan kebutuhan pembangunan desa memiliki selisih -0,15 dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan memiliki selisish -0,36 Artinya, terdapat perbedaan persepsi antara pemerintah desa dengan masyarakat desa. Pemerintah desa memiliki persepsi bahwa mereka telah melaksanakan tahap-tahap perencanaan dana desa dengan baik dan sesuai, sedangkan masyarakat menilai lebih rendah dibandingkan penilaian pemerintah desa. Akan tetapi nilai kesenjangan masih dalam tahap yang wajar karena di bawah angka 1 satu. Dapat dianalisis dari nilai rata-rata kinerja untuk Universitas Sumatera Utara indikator analisis potensi dan kebutuhan pembangunan desa sudah baik. Hal tersebut dilihat dari selisih nilai rata-ratanya yang cukup rendah yaitu sebesar -0,15 dibandingkan selisih dari indikator penyusunan dokumen perencanaan dan keterlibatan masyarakat dalam perencanaan. Namun dari keseluruhan indikator perencanaan memiliki nilai rata-rata di bawah 4 empat yaitu cukup baik. Artinya, dalam proses penyusunan perencanaan program-program yang didanai oleh dana desa masih tidak sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa serta masih banyak masyarakat desa yang belum dilibatkan. Indikator kedua yang diukur adalah pelaksanaan penggunaan dana desa. Indikator ini terdiri dari 4 empat subindikator yaitu kapasitas aparatur desa dalam pengelolaan dana desa, pemberdayaan masyarakat desa dalam pembangunan sarana dan prasarana di desa, pemanfaatan sumber daya lokal yang terdapat di desa dan pendampingan bagi pemerintah desa agar pengelolaan dana desa lebih efektif dan efisien. Hasil kajian menunjukkan indikator-indikator yang diukur telah baik berdasarkan persepsi pemerintah desa kecuali indikator pemanfaatan sumber daya lokal masih dikategorikan cukup baik karena hanya bernilai 3,92. Sementara itu, nilai rata-rata persepsi yang diberikan oleh masyarakat untuk indikator pelaksanaan cukup baik. Dan pada indikator pemberdayaan masyarakat desa memiliki rata-rata presepsi baik Namun nilainya masih lebih rendah dibandingkan nilai yang diberikan Pemerintah Desa. Dan memiliki selisih sebsar -0,10. Universitas Sumatera Utara Indikator yang memiliki selisih nilai harapan dan nilai kinerja tertinggi adalah kapasitas aparatur desa dan yang terendah adalah pemberdayaan masyarakat desa. Akan tetapi, jika dibandingkan secara keseluruhan masih menunjukkan tanda negatif. Dimana pemerintah desa masih harus banyak yang di perbaiki dalam pelaksanaan dana desa dikarenakan masih memiliki presepsi yang berbeda. Namun kesenjangan nilai pada variabel pelaksanaan masih tergolong wajar karna masih di bawah angka 1. Indikator ketiga yang diukur adalah pengawasan. Indikator ini terdiri dari 2 dua subindikator yaitu laporan pertanggung jawaban penggunaan anggaran dan efisiensi penggunaan dana desa. Untuk indikator pengawasan, nilai rata-rata harapan sudah baik yaitu diatas 4 empat. Namun dari sisi kinerja, masyarakat menilainya masih kurang karena nilainya yang dibawah 4 empat. Dan dari kedua indikator ini yang memiliki nilai selisih tertinggi adalah indikator laporan pertanggung jawaban penggunaan anggaran yaitu -0,62. Dapat di analisis bahwa dari presepsi masyarakat pemerintah desa belum cukup baik dalam laporan pertanggung jawaban dana desa. Indikator keempat yang diukur adalah transparansi. Kajian ini membentuk sebuah indikator yaitu keterbukaan informasi penggunaan dana desa secara transparan. Pemerintah desa sebenarnya sudah berupaya untuk memberikan informasi tentang penggunaan dana desa, namun masih belum mampu menyampaikan secara maksimal dan belum mampu untuk Universitas Sumatera Utara menyiapkan keseluruhan perangkat pendukung dalam rangka keterbukaan informasi. Di sisi lain, masyarakat menilai pemerintah desa masih belum transparansi secara keseluruhan dalam memberikan informasi pemanfaatan dana desa. Namun nilai kesenjangan antara persepsi pemerintah dan persepsi masyarakat tidak cukup tinggi yaitu sebesar -0,15. Dan masih dalam presepsi cukup baik. Dan indikator terakhir adalah dampak. Dimana pada indikator ini merupakan pandangan perkembangan hampir secara keseluruhan yang dapat di lihat dengan ada nya dana desa. Baik itu kesejahteraan masyarakat desa,peningakatan sarana dana prasarana dan pengurangan angka kemiskinan. Indikator ini juga menganalisis ada tidak nya perubahan yang terjadi setelah adanya dana desa. Indikator ini memiliki 4 empat subindikator yaitu peningkatan kesejahteraan masyarakat, efektivitas penggunaan dana desa, pemerataan pendapatan masyarakat desa dan penambahan sarana dan prasarana. Hasil kajian menunjukkan indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, efektivitas pemanfaatan desa, pemerataan pendapatan masyarakat desa memiliki nilai rata-rata yang cukup baik, namun untuk penambahan sarana dan prasarana desa memiliki presepsi baik. Hal ini di nyatakan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Namun masih tinggi rata-rata presepsi dari pemerintah yaitu sebesar 4,12 dan masyarakat sebesar 4,00 sehingga memiliki selisih -0,12 angka yang tidak terlalu tinggi. Sehingga dari indikator dampak adanya dana desa memiliki presepsi baik namun belum secara keseluruhan. Pada sub Universitas Sumatera Utara indikator efektivitas pemanfaatan danadesa masih memiliki selisih yang tinggi dari sub indikator yang lain yaitu sebesar -0,61.Dengan rata-rata masih di bawah 4 empat yaitu cukup baik. Dan angka terbesar selanjutnya adalah pada sub indikator pemerataan pendapatan desa yaitu sebesar -0,50 dengan nilai rata-rata maish di bawah 4 empat. Dan dapat di secara keseluruhan bahwa nilai rata-rata pada indikator dampak adanya dana desa masih lebih banyak yang memiliki rata-rata di bawah 4 empat. Yaitu cukup baik. Dan belum memberikan dampak keseluruhan bagi masyarakat. Sehingga pemerintah desa harus bisa lebih baik lagi dalam pelaksanaan dana desa agar memberikan dampak yang nyata untuk desa dan masyarakat. Secara keseluruhan, kajian ini melakukan pengujian kesenjangan persepsi antara pemerintahan desa dengan masyarakat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji t-independent sample, dan diperoleh hasil t-hitung sebesar 3,797 dengan angka signifikan sebesar 0,001. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan pada tingkat kepercayaan 99. perbedaan persepsi yang diberikan oleh pemerintah desa dengan masyarakat atas efektivitas dana desa dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur di pedesaan. Dan masih pada presepsi cukup baik untuk di tahun 2015. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah di lakukan nya analisis dari hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab IV, maka dapat di simpulkan mengenai efektivitas dana desa dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur pedesaan di Kabupaten Langkat sebagai berikut: 1. Kebijakan dana desa memiliki peran dalam penambahan sarana dan prasarana fisik di pedesaan. Hasil kajian menemukan bahwa 46 menyatakan setuju dan 14 menyatakan sangat setuju bahwa adanya penambahan maupun penibgkatan sarana dan prasarana fisik di pedesaan. masyarakat di daerah penelitian juga mengatakan bahwa di daerahnya terjadi penambahan sarana dan prasarana baru. Selebihnya menyatakan tidak ada yang baru. 2. Selanjutnya kebijakan dana desa telah berperan memberikan peningkatan pendapatan riil masyarakat pedesaan. Hal tersebut diakui oleh 38 masyarakat yang diwawancarai. Peningkatan pendapatan tersebut mereka rasakan semenjak adanya daya dukung badan usaha yang di berikan oleh pemerintah desa dari dana desa. Serta daya dukung sarana dan prasarana yang sudah mulai cukup baik yang sudah di rasakan sebagian masyarakat desa. Namun maish lebih besar persentase yang menyatakan tidak bertampahnya pendapatan masyarakat dan lebih banyak yang berpendapat bahwa jika ada peningkatan pendapatan mereka, bukan di sebabkan karna adanya dana desa Universitas Sumatera Utara