Tugas dan Fungsi Direksi Pada BUMN Dalam Kerangka Good Corporate Governance

B. Tugas dan Fungsi Direksi Pada BUMN Dalam Kerangka Good Corporate Governance

Sosialisasi dan pengembangan era Good Corporate Governance di Indonesia dewasa ini lebih ditujukan kepada perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas khususnya terhadap organ direksi. Berbagai ketentuan yang mengatur mengenai keberadaan direksi dalam organ Perseroan Terbatas sudah mulai ditetapkan seperti dalam pedoman Good Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance dan Bursa Efek Jakarta. 71 Dalam kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab direksi sebagai suatu organ perseroan untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance, direksi tidak secara sendiri-sendiri bertanggung jawab kepada perseroan. Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas, direksi merupakan suatu organ yang di dalamnya terdiri satu atau lebih anggota yang dikenal dengan sebutan direktur. Pada prinsipnya hanya ada satu orang direktur, akan tetapi dalam hal-hal tertentu sebuah Perseroan Terbatas haruslah mempunyai paling sedikit 2 dua orang direktur, yaitu dalam hal, sebagai berikut: 72 1. Perseroan yang bidang usahanya mengerahkan dana masyarakat 2. Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan hutang 3. Perseroan berbentuk Perseroan Terbuka. 71 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 122 72 I.G. Widjaya, Op.cit., hlm. 64. Universitas Sumatera Utara Beberapa kasus yang dapat dijadikan daras di dalam menggambarkan fenomena dari adanya direksi yang tidak menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut : 73 a. Konflik yang terjadi antara karyawan dengan perusahaan yang merupakan gambaran bahwa direksi tidak memperhatikan kinerja peformance dan kesejahteraan welfare dari karyawan yang baik. b. Konflik di antara sesama pengurus yang menggambarkan tidak adanya komitmen yang jelas dan tegas dari sesama pengurus. c. Kondisi keuangan perusahaan terlilit utang atau kredit pada pihak ketiga, seperti halnya dengan pihak perbankan. Hal ini menggambarkan manajemen keuangan yang diterapkan tidak ditata dengan baik. Untuk mendukung terlaksananya prinsip-prinsip Good Corporate Governance, ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam UUPT masih jauh untuk menjadi ketentuan yang aplikatif. Ketentuan UUPT dimaksud menjelaskan tanggung jawab direksi secara umum, yang secara teoritis lahir dari hubungan antara Perseroan Terbatas dengan direksi yang merupakanhubungan yang didasarkan atas kepercayaan Fiduciary of Relationship. Bilamana dirinci lebih lanjut, Fiduciary of Relationship dimaksud mengandung tiga faktor penting: 74 73 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 122. 74 Ibid, hlm. 50-51 Universitas Sumatera Utara 1. Prinsip yang menunjuk kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi Duty of Skill and Care. 2. Prinsip itikad baik untuk bertindak semata-mata demi kepentingan dan tanggung jawab perseroan Duty of Loyalty. The Supreme Court of Utah menyatakan berkenaan dengan Duty of Loyalty sebagai berikut. 3. Prinsip tidak mengambil keuntungan pribadi atas suatu opportunity yang sebenarnya milik atau diperuntukkan bagi perseroan No Secret Profit Rule-Doctrine of Corporate Opportunity Director and officers are obliged to use their ineguity, influence, and energy, and to employ all the resources of the coporation, to preserve and enchance the property and earnig power of the corporation, even if the interests of the corporation are in conflict with their own personal interests. 75 Apabila hanya berpegang pada ketentuan UUPT, akan merupakan persoalan yang tidak mudah untuk menetntukan kapan dan bagaimana Direksi dianggap telah melanggar prinsip-prinsip good corporate governance tersebut. Hal ini mengingat adanya jutifikasi dan fleksibilitas yang diberikan kepada direksi yang secara konseptual dikenal sebagai the Business Judgement Rule, yang merupakan prinsip penyeimbang. Dengan the Business Judgement Rule, direksi dapat dibebaskan dari tanggung jawab secara pribadi sekalipun tindakannya 75 Douglas M. Brason, Corporate Governance, Virginia: The Michie Company, 1993, hlm. 395. Universitas Sumatera Utara mengakibatkan kerugian pada perseroan terbatas, baik karena salah perhitungan atau hal lain di luar kemampuan yang menyebabkan kegagalan dari tindakan tersebut, asalkan tindakan tersebut dilakukan dalam kerangka keputusan bisnis yang tulus dan dibuat berdasarkan itikad baik honest business decisions made in good faith. 76 Sebagai perbandingan, untuk memperkaya pengalaman kita berkenaan dengan permasalahan apakah suatu tindakan direksi merupakan pelanggaran atas prinsip Fiduciary Duty atau merupakan the Business Judgement Rule, relevan dikemukakan di sini formulasi the American Law Institute ALI Corporate Governance Project mengenai the Business Judgement Rule yaitu: A director or officer who makes a business judgement in good faith fulfills the Mduty of care if the director of oficer: 1. Is not interested in the subject of his business judgement; 2. Is informed with respect to the subject of the business judgement to the extent the diredtor or officer reasonably believes to be appropriate under the circumtance; and 3. Rationally believes that the business judgemenat is in the best interest of the corporation. 77 Menurut Indonesian Code for Good Corporate Governance, tugas utama dewan direksi adalah: 78 76 Syarif Bataman, Tanggung Jawab Direksi, Komisaris PT dan Beberapa Prinsip Penting di dalam UU Nomor 1 Tahun 1995, Makalah, hlm. 5. 77 Douglas M. Brason, Op.cit., hlm. 328. 78 John Pieris, et. al., hlm. 191 Universitas Sumatera Utara 1. Mengelola perusahaan secara keseluruhan; 2. Setiap anggota direksi harus mempunyai watak yang baik dan mempunyai pengalaman yang dibutuhkan perusahaan; 3. Semua anggota direksi mempunyaikewajiban menerapkan prinsip- prinsip good corporate governance; 4. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan; 5. Setiap anggota direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan; 6. Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan lalai dalam menjalankan tugasnya; 7. Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke pengadilan negri terhadap anggota direksi yang terkena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan; 8. Direksi wajib meminta persetujuan RUPS unutk mengalihkan atau menjadi jaminan utang seluruh atau sebagian besar kekayaan perseroan. Direksi harus menetapkan suatu sistem pengawasan internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset perseroan. Direksi juga harus membuat sistem pengendalian informasi internal tujuan berikut : 79 a. Mengumumkan informasi perseroan yang penting b. Agar informasi perseroan dapat dengan cepat disampaikan kepada Sekretaris Perusahaan, jika ada. c. Pengawasan internal adalah suatu proses yang bertujuan untuk mencapai kepastian berkenaan dengan : 79 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 132 Universitas Sumatera Utara 1. Kebenaran informasi keuangan 2. Efektivitas dan efisiensi proses pengelolaan perusahaan 3. Kepatuhan pada peraturan perundang-undangan. Direktur hanya bisa membebaskan diri dari tanggung jawabnya dalam 2 dua hal : 80 a. Ia tidak menandatanganilaporan tahunan dengan menjelaskan alasannya secara tertulis. b. Ketidakbenaran laporan bukan karena kesalahannya, tetapi misalnya karena kesalahan akuntan publik atau bagian keuangan perseroan yang tidak diketahui atau disadari oleh Direksi dan Komisaris. Reformasi pengelolaan perusahaan melalui penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance di BUMN ditegaskan dengan dikeluarkannya keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-103MBU2002 tentang Pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara pada tanggal 4 Juni 2002, komite audit ini bertugas untuk membentu dan bertanggung jawab langsung kepada komisaris atau dewan pengawas. Peraturan tentang komite audit tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan memmberlakukan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117M-MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN yang mencabut keputusan Menteri Negara Penanaman Modal dan Pembinaan BUMN Nomor Kep-23M- PM.PBUMN2000 tanggal 31 Mei 2000, yang mewajibkan BUMN untuk 80 Ibid, hlm. 132 Universitas Sumatera Utara menerapkan good governance secara konsisten danatau menjadikan prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasinalnya. Pada tahun 2003, pemerintah telah meratifikasi UUBMN, yang di dalamnya telah terkandung prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan ketentuan mengenai Komite Audit. 81 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Kep-117M- MBU2002 Pasal 2 menyatakan: 82 Ayat 1: BUMN wajib menerapkan good corporate governance secara konsisten danatau menjadikan good corporate governance sebagai landasan operasionalnya. Ayat 2: Penerapan good corporate governance pada BUMN dilaksanakan berdasarkan keputusan ini dengan tetap memperhatikan ketentuan dan norma yang berlaku dan anggaran dasar BUMN. C. Sanksi Hukum Bagi Direksi Yang Tidak Menerapkan Prinsip Good Corporate Governance Pada BUMN 1. Gugatan Derivatif Derivative Action Sebagaimana diketahui bahwa direksi berdasarkan Pasal 97 Undang- Undang Perseroan Terbatas mempunyai fiduciary duty terhadap perseroan yang dipimpinnya. Apabila dieksi melanggar fiduciary duty tersebut, baik disengaja 81 Indra Surya, et. al.,Op.cit., hlm. 115. 82 Try Widiyono, Op.cit., hlm. 156. Universitas Sumatera Utara atau dengan kesalahan, maka pihak pemegang saham dapat mewakili perseroan untuk menggugat direksi, dan seluruh hasil gugatan tersebut akan menjadi milik perseroan, bukan menjadi milik pemegang saham. Gugatan yang diajukan oleh pemegang saham atas nama perseroan tersebut disebut dengan “Gugatan Derivatif ” Derivative Action. Defenisi dari Gugatan Derivatif adalah suatu gugatan perdata yang diajukan oleh 1 satu atau lebih pemegang saham yang bertindak untuk dan atas nama perseroan jadi bukan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, gugatan mana diajukan terhadap pihak lain misalnya direksi karena telah melakukan tindakan yang merugikan perseroan, sungguh pun untuk kepentingan prosedural, pihak perseroan kadang-kadang menjadi pihak tergugat. 83 Gugatan derivatif ini merupakan gugatan kekecualian abnormal sebab dalam kasus-kasus normal, maka yang bertindak sebagai pihak yang mewakili perseroan bukan pemegang saham, melainkan pihak direksi atau yang dikuasakan oleh direksi seperti yang ditentukan dalam anggaran dasarnya. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas dikenal gugatan derivatif ini. Untuk itu Pasal 61 ayat 1 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan bahwa: “Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap Perseroan ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan Perseroan yang dianggap 83 Munir Fuadi, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law Eksistensinya Dalam Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 75. Universitas Sumatera Utara tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi, danatau Dewan Komisaris”. 84 Contoh dari gugatan derivatif adalah sebagai berikut : 85 1. Gugatan untuk mendapat dividen meskipun terhadap hal tersebut juga dibawa dengan gugatan langsung, karena dapat saja tidak memberikan dividen itu bertujuan untuk menekan saham minoritas. 2. Gugatan ganti kerugian karena terjadi tindakan yang tergolong ke dalam doktrin ultra vires. 3. Gugatan karena adanya tindakan pembagian dividen yang tidak layak. 4. Gugatan untuk mencegah dilakukannya penyimpangan dari fiduciary duty oleh direksi, pegawai perusahaan pemegang saham pengendali. 5. Gugatan untuk mencegah dilakukannya perbuatan yang dapat merugikan perseroan oleh pihak ketiga di luar perseroan. 6. Gugatan ganti kerugian akibat perbuatan yang merugikan perseroan oleh pihak ketiga di luar perseroan. Namun demikian, gugatan atas nama perseroan yang diajukan berdasarkan Pasal 99 ayat 1 huruf b, yakni dalam hal direksi memiliki conflict of interest, termasuk jika direksib menjadi tergugat, dalam hal ini bukanlah gugatan derivatif. Sebab, pihak pemegang saham menurut Pasal 99 ayat 2 tersebut diangkat resmi oleh RUPS atau Anggaran Dasar, dan bertindak bukan lagi dalam kapasitasnya sebagai pemegang saham melainkan sebagai acting director, sehingga gugatan yang dilakukannya dalah gugatan langsung direct suit, dan gugatan tersebut bukan gugatan pemegang saham, melainkan guagatan perseroan. Kebetulan saja 84 Munir Fuady, Hukum Perusahaan dalam Paradigma Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 174. 85 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 135. Universitas Sumatera Utara perseroan diwakili oleh orang yang berasal darti pemegang saham. Jadi berbeda dengan gugatan berdasarkan Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114 ayat 6. 86 Tidak setiap gugatan yang diajukan oleh pemegang saham untuk dan atas nama perseroan dapat diakui sebagai derivative action. Ada beberapa syarat yang memungkinkan dilakukannya derivative action, yaitu sebagai berikut: 87 1. Pemegang saham tidak dapat mengajukan gugatan dalam bentuk derivative action, jika yang digugat adalah tindakan atau perbuatan anggota direksi yang dapat disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham berdasarkan persetujuan sederhana ordinary resolution. 2. Walaupun tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anggota direksi perseroan tersebut adalah tindakan atau perbuatan yang tidak dapat disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Perseroan derivative action hanya berhasil jika anggota direksi yang melakukan tindakan atau perbuatan yang melanggar fiduciary duty tersebut adalah anggota direksi yang dominan dan memegang kendali dalam perseroan, dan dalam tertentu disetujui oleh sebagian besar pemegang saham independen. Persyaratan pertama diberikan dengan tujuan untuk menghindari kerugian bagi perseroan itu sendiri sebagai akibat dari gugatan untuk dan atas nama perseroan oleh salah satu lebih pemegang saham yang tidak puas dengan tindakan salah satu atau lebih anggota direksi perseroan yang menurut pertimbangan pemegang saham tersebut tidak sesuai dengan kepentingannya. 86 Adrian Sutedi, op.cit., hlm. 135. 87 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 137 Universitas Sumatera Utara 2. Doktrin Fiduciary Duty Dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117M-MBU2002 ada terdapat doktrin hukum modern yang disebut sebagai doktrin fiduciary duty. Berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab direksi BUMN yang juga sebagai bagian dari piercing the corporate veil dalam ketentuan tersebut antara lain diatur pada: 88 Pasal 3: tentang prinsip-prinsip good corporate governance sebagaimana dijelaskan di atas; Pasal 8: pemegang saham pemilik modal tidak diperkenankan mencampuri kegiatan opersasional perusahaan yang menjadi tanggung jawab direksi sesuai ketentuan anggaran dasar perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 15: Ayat 1: Dalam melaksanakan tugasnya direksi harus mematuhi anggaran dasar BUMN dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Ayat 2: Direksi bertugas untuk mengelola BUMN dan wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang sahampemilik modal. Ayat 3: Setiap anggota direksi harus orang yang berwatak baik dan mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik- baiknya sesuai dengan jabatan yang didudukinya. 88 Try Widiyono, Op.cit., hlm. 122-123. Universitas Sumatera Utara Ayat 4: Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan BUMN dan direksi harus memastikan agar BUMN melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai stakeholder sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 31: BUMN harus menghormati hak stakeholder yang timbul berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku danatau perjanjian yang dibuat oleh BUMN dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan kreditur serta masyarakat sekitar tempat usaha BUMN, dan stakeholder. Pasal 32: Ayat 3: BUMN wajib membuat suatu pedoman tentang perilaku etis, yang pada dasarnya memuat nilai-nilai etika berusaha. Pasal 35: Ayat 1: Dalam hal BUMN mencapai tingkat keuntungan, maka BUMN dapat memberikan insentif kepada komisarisdewan pengawas, direksi, dan karyawan sebagai imbalan atas prestasi kerjanya. Pasal 22: Ayat 1: Direksi harus menetapkan sutau sistem pengendalian internal yang efektif untuk mengamankan investasi dan aset BUMN. 3. Pengesahan Pelanggaran Fiduciary Duty Pengadilan telah mengambil keputusan bahwa tidak semua pelanggaran terhadp fiduciary duty dapat disahkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham Universitas Sumatera Utara berdasarkan pada resolusi atau keputusan yang diambil berdasarkan suara mayoritas sederhana ordinary majority. Ada 2 dua hal yang secara umum dapat dikatakan sebagai pengecualian dari pengesahan tindakan atau perbuatan anggota direksi yang melanggar fiduciary duty yang dapat dilakukan oleh suara mayoritas biasa dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Hal-hal tersebut adalah: 89 1. Tindakan ultra vires yang berada di luar maksud dan tujuan perseroan. 2. Tindakan lain yang memerlukan persetujuan khusus dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi bertanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan. Setiap anggota direksi bertanggung jawab penuh dan secara pribadi jika ia bersalah atau lalai dalam menjalankan tugas-tugasnya. Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas ditentukan bahwa segala kerugian yang diderita oleh perseroan ataupun pihak ketiga sebagai akibat dari kesalah direksi maka harus ditanggung dengan harta pribadinya bersama-sama dengan harta perseroan. 90 Pelanggaran fiduciary duty oleh direksi dapat dilakukan gugatan derivatif. Syarat dilakukannya derivatif yaitu apabila pemegang saham tidak dapat mengajukan gugatan dalam bentuk derivative action, jika yang digugat adalah tindakan atau perbuatan anggota direksi yang dapat disahkan oleh RUPS 89 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 137 90 Ibid, hlm. 140. Universitas Sumatera Utara berdasarkan persetujuan sederhana, gugatan derivatif hanya berhasil jika anggota direksi yang melanggar fiduciary duty adalah anggota direksi yang dominan. 91 91 Adrian Sutedi, Op.cit., hlm. 141. Universitas Sumatera Utara 64

BAB IV PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan Dalam Penerapan Good Corporate Governance

11 148 120

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan

0 36 117

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 3 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 22

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 2