79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Prinsip Good Corporate Governance pengaturannya dapat ditemukan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia seperti dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
UUPM, memuat peraturan yang berkaitan dengan Good Corporate Governance, terutama dalam kaitannya dengan prinsip disclosure
keterbukaan. Pengaturan tersebut terutama termuat dalam Bagian Kelima Pasal 82 sampai Pasal 84, yakni mengenai Hak Memesan Efek Terlebih
Dahulu, Benturan Kepentingan, Penawaran Tender, Penggabungan, Peleburan, dan Pengambilalihan. Untuk penerapan prinsip-prinsip Good
Corporate Governance di BUMN ditegaskan dengan dikeluarkannya keputusan
Menteri BUMN
Nomor Kep-103MBU2002
tentang Pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha Milik Negara pada tanggal
4 Juni 2002, komite audit ini bertugas untuk membentu dan bertanggung jawab langsung kepada komisaris atau dewan pengawas. Peraturan tentang
komite audit tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan memmberlakukan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117M-MBU2002 tanggal 1
Agustus 2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada BUMN yang mencabut keputusan Menteri Negara Penanaman Modal
Universitas Sumatera Utara
dan Pembinaan BUMN Nomor Kep-23M-PM.PBUMN2000 tanggal 31 Mei 2000, yang mewajibkan BUMN untuk menerapkan good governance
secara konsisten danatau menjadikan prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasinalnya. Pada tahun 2003, pemerintah
telah meratifikasi UUBMN, yang di dalamnya telah terkandung prinsip- prinsip Good Corporate Governance dan ketentuan mengenai Komite
Audit. 2.
Penerapan prinsip Good Corporate Governance pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi direksi, direksi
telah menerapkan prinsip transparansi, akuntabilitas, kewajaran dan responsibility sesuai dengan peraturan-peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan sesuai aturan dalam perusahaan. Dalam menerapkan prinsip good corporate governance tersebut jika dilihat dari data
pencapaian prinsip good corporate governance oleh PT. Perkebunan Nusantara III Medan peranan direksi mendapatkan nilai di atas rata-rata.
3. Hambatan yang dihadapi oleh PT. Perkebunan Nusantara III Medan dalam
penerapan prinsip good corporate governance terkait dengan tugas dan fungsi direksi yaitu hambatan pertama, dimana direksi belum
melaksanakan secara penuh prinsip transparansi. Hambatan kedua adalah mengenai Sumber Daya Manusia dan budaya organisasinya. Hambatan
ketiga adalah disebabkan karena korelasi atau hubungan antara peranan audit internal dengan prinsip Good Corporate Governance tersebut belum
mempunyai hubungan yang erat. Serta hambatan yang dialami selain
Universitas Sumatera Utara
ketiga hambatan tersebut dilihat dari segi yuridis hambatan pelaksanaan prinsip good corporate governance tersebut adalah Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 yang bersifat soft law lunak dimana tidak adanya sanksi pidana yang dijatuhkan kepada Perseroan Terbatas apabila tidak
melaksanakan Good Corporate Governance. Sedangkan jalan keluar yang diambil oleh PT. Perkebunan Nusantara III Medan untuk mengatasi
masalah-masalah diatas adalah dalam hal kurangnya pemahaman Sumber Daya Manusia di PT. Perkebunan Nusantara III Medan mengenai prinsip-
prinsip good corporate governance maka PT. Perkebunan Nusantara III Medan melaksanakan training atau pelatihanan, seminar-seminar ataupun
lokakarya, mewajibkan audit internal untuk melaporkan hasil monitoring pelaksanaan good corporate governance maupun temuan lain yang
dianggap materiil. Dalam hal tersebut, manajemen PT. Perkebunan Nusantara III Medan juga memiliki komitmen untuk menerapkan prinsip-
prinsip good corporate governance Transpareency, Accountability, Independency dan Fairness dengan melaksanakan eProcurement sebagai
upaya mendukung good corporate governance dalam menjalankan aktivitas bisnis perusahaan.
B. Saran