Pengertian dan Prinsip Good Corporate Governance

18

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI

PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE

A. Pengertian dan Prinsip Good Corporate Governance

Berbagai peristiwa dalam dasawarsa terakhir telah menjadikan corporate governance sebuah isu pentingnya di kalangan para eksekutif, organisasi- organisasi NGO, para konsultan korporasi, akedemisi dan regulator pemerintah di berbagai belahan dunia. Isu-isu yang terkait dengan corporate governance seperti insider trading, transparansi, akuntabilitas, independensi, etika bisnis, tanggung jawab sosial corporate sosial responsibility dan perlindungan investor telah menjadi ungkapan-ungkapan yang lazim diperbincangkan di kalangan para pelaku usaha. Corporate governance juga telah menjadi salah satu isu paling penting bagi para pelaku usaha di negara kita. 20 Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk dikaji oleh pelaku bsinis, akademisi, pembuat kebijakan, dan lain-lain. Pemahaman tentang praktik corporate governance terus berevolusi dari tahun ke tahun. Kajian atas corporate governance mulai disinggung pertama kali oleh Berle dan Means pada tahun 1932 ketika membuat sebuah buku yang menganalisis terpisahnya kepemilikan saham ownership dan control. Pemisahan tersebut berimplikasi pada timbulnya konflik kepentingan antara para pemegang 20 I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 18 Universitas Sumatera Utara saham dengan pihak manajemen dalam struktur kepemilikan perusahaan yang tersebar dispersed ownership. 21 Istilah “corporate governance” untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury Committee di tahun 1992 yang menggunakan istilah tersebut dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai Cadbury Report. 22 Laporan ini dipandang sebagai titik balik turning point yang sangat menentukan bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Cadbury Report mendefenisikan corporate governance sebagai : ...the system by which organizationsare directed and controlled. 23 “Suatu sistem yang berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi” Defenisi lain dari Cadbury Committee memandang Corporate Governance sebagai : “Seperangkat aturan yang merumuskan hubungan antara para pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya baik internal maupun eksternal sehubungan dengan hak- hak dan tanggung jawab mereka”. 21 Ibid., hlm. 24. 22 Cadbury Report adalah sebutan lazim untuk The Report of the Cadbury Commitee on Financial Aspects of Corporate Governance : The Code of Best Practice sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Cadbury Schweppes di tahun 1992. Komite ini dibentuk pada bulan Mei 1991 oleh London Stock Exchange dan profesi akuntan dan diketuai oleh Sir Adrian Cadbury untuk membahas aspek-aspek finansial corporate governance. Komite yang terbentuk sebagai wujud keprihatinan terhadap aktivitas perusahaan-perusahaan seperti Maxwell Communications ini kemudian menghasilkan Code of Best Practice yang kemudian wajib dilaksanakan oleh semua perusahaan terbuka di Kerajaan Inggris. 23 Thurrock Council, Corporate Governance Review, Spring, 2002 hlm. 2 Universitas Sumatera Utara Organization for Economic Cooperation and Development OECD mendefenisikan corporate governance sebagai : “Struktur yang olehnya para pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan-tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan- tujuan tersebut dan mengawasi kinerja.” Forum for Corporate Governance in Indonesian FCGI mendefenisikan corporate governance sebagai : “Seperangkat peraturan yang nengatur hubungan antara pemegang, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya berkaitan dengan hak- hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sisten yang mengendalikan perusahaan. Tujuan Corporate Governance ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepntingan stakeholders. 24 Stjin Claessens menyatakan bahwa, pengertian tentang corporate governance dapat dimasukkan dalam dua kategori. Kategori pertama, lebih condong pada serangkaian pola perilaku perusahaan yang diukur melalui kinerja, pertumbuhan, struktur pembiayaan, perlakuan terhadap para pemegang saham, dan stakehoders. Kategori kedua, lebih melihat pada kerangka secara normatif, yaitu segala ketentuan hukum baik yang berasal dari sistem hukum, sistem peradilan, pasar keuangan, dan sebagainya yang mempengaruhi perilaku perusahaan. Kategori pertama akan sangat cocok untuk dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corporate governance di satu negara, misalnya melihat bagaimana Dewan Direksi memenuhi transparansi dan akuntabilitas dalam pengambilan 24 I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm 27 Universitas Sumatera Utara keputusan, bagaimana menentukan kompensasi yang layak bagi executive perusahaan, bagaimana korelasi antara kebijakan tentang buruh dan kinerja perusahaan. Sedangkan kategori kedua dijadikan dasar analisis dalam mengkaji corporate governance secara komparatif, misalnya melihat bagaimana berbagai perbedaan dalam kerangka normatif yang dibangun akan mempengaruhi pola perilaku perusahaan, investor dan lainnya. 25 Berdasarkan defenisi-defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa corporate governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan stakeholders terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dewan direksi demi tercapainya tujuan organisasi. Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatur hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan mistakes signifikan dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. 26 Dalam konteks tumbuhnya kesadaran akan arti penting Corporate Governance ini, Organization for Economic Corporation and Developsment OECD telah mengembangkan seperangkat prinsip-prinsip Good Corporate Governance dan dapat diterapkan secara luwes fleksibel sesuai dengan keadaan, budaya, dan tradisi di masing-masing negara. 27 25 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, op.cit., hlm. 26. 26 I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm. 29 27 Ibid., hlm. 49 Universitas Sumatera Utara Prinsip-prinsip ini diharpkan menjadi titik rujukan bagi para regulator pemerintah dalam membangun framework bagi penerapan corporate governance. Bagi para pelaku usaha dan pasar modal prinsip-prinsip ini dapat menjadi guidance atau pedoman dalam mengolaborasi best practice bagi peningkatan nilai valuation dan keberlangsungan sustainbility perusahaan. 28 Prinsip-prinsip OECD mencakup lima bidang utama: hak-hak para pemegang saham shareholders dan perlindunganya; peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders lainnya; pengungkapan disclosure yang akurat dan tepat waktu serta transparansi sehubungan dengan struktur dan operasi korporasi; tanggung jawab dewan maksudnya dewan komisaris maupun direksi terhadap perusahaan, pemegang saham, dan pihak- pihak yang berkepentingan lainnya atau secara ringkas prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai: 29 1. Kewajaran Fairness Perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing,ndengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan pedagangan saham oleh orang dalam insider trading. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mebuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas; membuat pedoman perilaku perusahaan corporate conduct dan atau kebijakan-kebijakan yang melindungi korporasi 28 Ibid., hlm. 49 29 Ibid., hlm 49-52 Universitas Sumatera Utara terhadap perbuatan buruk orang dalam, self-dealing, dan konflik kepentingan; menetapkan peran dan tanggung jawab Dewan Komisaris, Direksi dan Komite, termasuk sistem remunerasi; menyajikan informasi secara wajar atau pengungkapan penuh material apapun; mengedepankan Equal Job Opportunity. 2. Transparansi Disclosure dan Transparency Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan stakeholders. Prinsip diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akutansi accounting system yang berbasiskan standar akutansi dan best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas; mengembangkan Information Technology IT dan Management Information System MIS untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif oleh dewan komisaris dan direksi; mengembangkan enterprise risk management yang memastikan bahwa semua risiko signifikan telah diidentifikasi, diukur, dan dapat dikelola pada tingkat toleransi yang jelas; mengumumkan jabatan yang kosong secara terbuka. Universitas Sumatera Utara 3. Akuntabilitas Accountability Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif efective oversight berdasarkan balance of power antara manajer, pemegang saham, dewan komisaris dan auditor. Merupakn bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan menyiapkan Laporan Keuangan Financial Statement pada waktu yang tepat dan dengan cara yang tepat; mengembangkan Komite Audit dan Risiko untuk mendukung fungsi pengawasan oleh dewan komisaris; mengembangkan dan merumuskan kembali peran dan fungsi Internal Audit sebagai mitra bisnis strategi berdasarkan berst practices bukan sekedar audit. Transformasi menjadi “Risk-based” Audit: menjaga manajemen kontrak yang bertanggung jawab dan menangani pertentangan dispute; penegakan hukum sistem penghargaan dan sanksi; menggunakan External Auditor yang memenuhi syarat berbasis profesionalisme. 4. Responsibilitas Responsibility Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan yang sehatdari aspek keuangan. Ini merupakan tanggung jawab korporasi sebagai anggota masyarakat yang tunduk kepada hukum dan bertindak dengan memperhatikan kebutuhan- kebutuhan masyarakat sekitarnya. Universitas Sumatera Utara Prinsip ini diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang; menyadari akan adanya tanggung jawab sosial; menghindari penyalahgunaan kekuasaan; menjadi profesional dan menjunjung etika; memelihara lingkungan bisnis dan sehat. Meurut Keputusan Mentri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP- 117M-MBU2002 bahwa disamping keempat prinsip diatas, masih ada satu prinsip tambahan lagi, yaitu prinsip Kemandirian Indenpedence. Prinsip ini diartikan sebagai suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip- prinsip korporasi yang sehat. 30 Untuk mewujudkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, ada 6 enam pilar yang perlu dilaksanakan, yaitu : 31 1. Sistem perlindungan hak pemegang saham, 2. Visi, misi dan rencana strategis yang jelas, 3. Kembangkan keseimbangan peran dan fungsi organ perusahaan, 4. Sistem akutansi dan Management Information System yang menjamin transparansi, 5. Manajemen pengendalian risiko, kepatutan aturan dan sistem audit yang andal, 6. Sistem pengukuran kinerja dan pengembangan Sumber Daya Manusia. 30 I Nyoman Tjager, et.al., Op.cit., hlm.53 31 Ibid., hlm. 166 Universitas Sumatera Utara

B. Tujuan Penerapan Prinsip Good Corporate Governance

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Perkebunan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (2007-2010)

1 46 99

Tinjauan Prinsip Akuntabilitas Direksi Perseroan Dalam Penerapan Good Corporate Governance

11 148 120

Penerapan Prinsip-Pprinsip Good Corporate Governance, Khususnya Prinsip Keterbukaan Dalam Proses Pengadaan Barang Dan/Atau Jasa Di Lingkungan Bumn Perkebunan (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero))

2 74 145

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG) Pada BUMN Di PTP Nusantara IV (Persero) Medan

0 36 117

Pengaruh Peranan Audit Internal Terhadap Penerapan Good Corporate Governance Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

0 35 129

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 3 9

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 1

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 17

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 22

Tinjauan Yuridis Terhadap Prinsip Good Corporate Governance Dikaitkan Dengan Tugas Dan Fungsi Direksi (Studi Pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan)

0 0 2