Bahan penelitian Pengumpulan Saliva Pengukuran Volume Saliva Pengaruh Volume Saliva Terhadap Karies

25 Gambar 5. Timbangan digital 33 Gambar 6. Spektrofotometer. 33 Gambar 7. pH meter Hanna. 33

3.7.2 Bahan penelitian

1. Saliva sebagai bahan pemeriksaan 2. Dry ice 3. Handscone 4. Masker 5. Tissue 6. Lembar penelitian dan informed consent Universitas Sumatera Utara 26 3.8 Prosedur Penelitian 3.8.1 Pengisian Kuesioner Penelitian dilakukan terhadap subjek yang mempunyai gigi karies dan bebas karies. Pemilihan subjek dilakukan melalui kuesioner. Kemudian subjek diminta untuk mengisi informed consent dan diberikan pengarahan prosedur penelitian yang dilakukan.

3.8.2 Pengumpulan Saliva

Setelah sampel memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kemudian sampel di persiapkan untuk mengikuti prosedur penelitian. Pengambilan saliva dilakukan pada pukul 09.00-10.30 WIB yaitu subjek berpuasa satu jam setelah sarapan pagi dan selama satu jam tersebut subjek tidak diperkenankan untuk makan dan minum. Pasien diinstruksikan untuk duduk tenang dan diinstruksikan untuk mengunyah ortho wax selama 5 menit dan langsung meludahkan saliva ke dalam pot penampung yang telah disediakan.

3.8.3 Pengukuran Volume Saliva

Pengukuran volume saliva dilakukan dengan cara menyalakan timbangan digital dan timbangan menunjukkan angka 0. Berat pot saliva ditimbang terlebih dahulu. Saliva yang sudah dikumpulkan kemudian di timbang dan dikurangkan dengan hasil timbangan pot saliva kemudian hasil yang diperoleh dinyatakan dalam ml karena berat jenis untuk saliva adalah 1,0 gr saliva sama dengan 1 ml saliva.

3.8.4 Pengukuran pH Saliva

pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter Hanna kedalam pot saliva hingga bagian sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu biarkan beberapa detik hingga menujukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter digital harus dibersihkan dan kalibrasi dalam larutan buffer setiap kali setelah digunakan mengukur saliva. Lalu sampel di beri label dan disusun dalam termos berisi es batu. Universitas Sumatera Utara 27 3.8.5 Pengukuran kadar kalsium saliva 3.8.5.1 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium Mengambil 1 ml larutan baku kalsium 1000 µgml dengan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan aquabidest hingga garis tanda. Larutan tersebut 100 µgml dipipet masing- masing 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1 ml, 1,25 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 25 ml kemudian lakukan pengenceran dengan larutan aquabidest sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan berkonsentrasi 1; 2; 3; 4 ; 5 µgml. Lakukan pengukuran larutan tersebut dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

3.8.5.2 Pengukuran Kadar Kalsium Sampel

Sampel saliva sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dengan menggunakan spuit. Larutan sampel diencerkan dengan aquabidest sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan kertas saring ke dalam labu takar 10 ml dan larutan di homogenkan kembali. Lakukan pengukuran kadar kalsium saliva pada larutan sampel dengan menggunakan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm. Perhitungan kadar kalsium saliva pada penelitian ini menggunakan rumus molaritas agar hasil yang didapatkan dalam satuan mmoll yaitu: 1000 1000 . x ml x Ar v c M        Dengan keterangan sebagai berikut : M = nilai molaritas dengan satuan mmoll c = konsentrasi kalsium dengan satuan ppm v = volume pengenceran dengan satuan ml ml = volume saliva yang dipipetkan dengan satuan ml Ar = massa atom Universitas Sumatera Utara 28

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah diperoleh dengan menggunakan sistem komputerisasi yang meliputi gambaran statistik volume saliva, nilai pH saliva dan kadar kalsium dalam saliva yang distimulasi pada subjek dengan karies dan bebas karies. Data yang dianalisis menggunakan uji T tidak berpasangan untuk mendapatkan hasil pengukuran masing-masing variabel yang diteliti yaitu pH, volume dan kadar kaslium saliva pada karies dan bebas karies kelompok kontrol. Tingkat signifikan yang diinginkan adalah p0,05. Universitas Sumatera Utara 29

3.10 Kerangka Penelitian

Pengumpulan saliva yang distimulasi dengan metode spitting dalam pot saliva Saliva dalam wadah dimasukan ke dalam termos berisi dry ice Dibawa ke laboratorium Pemeriksaan saliva Menggunakan timbangan digital Menggunakan pH meter Volume saliva yang distimulasi pH saliva yang distimulasi Preparasi sampel Penentuan Linearitas Kurva kalibrasi Larutan baku kalsium Pengukuran kadar kalsium menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom SSA Kadar kalsium saliva yang distimulasi  1 jam setelah sarapan pagi.  Tidak meng- konsumsi makan dan minum Sampel saliva subjek kelompok bebas karies dan karies berusia 18-23 tahun Universitas Sumatera Utara 30

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa perempuan FKG USU yang memiliki gigi karies dan bebas karies, dengan jumlah sampel 46 orang yang terdiri dari 23 orang karies dan 23 orang bebas karies yang berusia 18-23 tahun dengan bebas karies sebagai kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei sampai juni 2015.

4.1 Volume Saliva Pada Karies dan Bebas Karies

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan volume rata-rata kelompok karies dan bebas karies. Data dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rata-rata volume saliva pada kelompok karies dan bebas karies. Uji T tidak berpasangan, signifikan p0,05 Berdasarkan tabel 1 maka dapat dideskripsikan pada kelompok karies dan bebas karies. Pada penelitian ini volume saliva pada kelompok karies yaitu rata- rata 3,55 ml5menit dengan standar deviasi SD 0,633 dibandingkan kelompok bebas karies kelompok kontrol memiliki volume saliva stimulasi yaitu rata-rata volume saliva 6,94 ml5menit dengan standar deviasi SD 1,482. Terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 antara volume saliva pada kelompok karies dan bebas karies. Kelompok N Volume Saliva ml5menit P X ± SD Karies 23 3,55 ± 0,633 0,000 Bebas Karies 23 6,94 ± 1,482 Universitas Sumatera Utara 31

4.2 Nilai keasaman pH Saliva Pada Karies dan Bebas Karies

Berdasarkan pengukuran pH saliva dapat dilihat nilai derajat keasaman dari tabel sebagai berikut. Hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rata-rata nilai pH saliva pada kelompok karies dan bebas karies. Uji T tidak berpasangan, signifikan p0,05 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan rata-rata pengukuran pH saliva pada tabel diatas dapat dilihat kelompok karies yaitu rata-rata 5,26 dengan standar deviasi SD 0,219 dibandingkan kelompok bebas karies kelompok kontrol memiliki pH saliva stimulasi yaitu rata-rata 6,68 dengan standar deviasi SD 0,362. Terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 nilai pH saliva antara kelompok karies dan bebas karies. Kelompok N pH saliva P X ± SD Karies 23 5,26 ± 0,219 0,000 Bebas Karies 23 6,68 ± 0,362 Universitas Sumatera Utara 32

4.3 Kadar Kalsium Saliva Pada Karies dan Bebas Karies

Pada pengukuran kadar kalsium saliva pada sampel karies dan bebas karies. Hasil pengukuran kadar kalsium saliva dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Hasil pengukuran sampel kadar kalsium saliva pada kelompok karies dan bebas karies. Uji T tidak berpasangan, signifikan p0,05 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan nilai kadar kalsium pada kelompok karies yaitu rata-rata 0,98 mmolL dengan standar deviasi SD 0,310 dibandingkan kelompok bebas karies kelompok kontrol memiliki kadar kalsium saliva stimulasi yaitu rata-rata 1,55 mmolL dengan standar deviasi SD 0,312. Terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 kadar kalsium saliva antara kelompok karies dan bebas karies. Kelompok N Kadar Kalsium Saliva mmolL P X ± SD Karies 23 0,98 ± 0,310 0,000 Bebas Karies 23 1,55 ± 0,312 Universitas Sumatera Utara 33

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan jumlah sampel 46 orang yang terdiri dari 23 orang karies dan 23 orang bebas karies sebagai kelompok kontrol. Setiap subjek yang diteliti diberikan pertanyaan sesuai dengan isi kuesioner terlebih dahulu dan subjek harus memenuhi beberapa kriteria inklusi, yaitu mahasiswa FKG USU perempuan, berusia 18-23 tahun, memiliki gigi karies dan bebas karies serta menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pemeriksaan volume, pH dan kadar kalsium saliva pada subjek karies dan bebas karies dilakukan di Laboratorium Farmasi Universitas Sumatera Utara. Pemeriksaan kadar kalsium saliva dengan satuan mgdl kemudian dikonversi menjadi satuan mmolL. Hasil penelitian ini kemudian diolah menggunakan SPSS 20 Windows. Saliva membantu pencernaan dan penelanan makanan, disamping itu juga untuk mempertahankan integritas gigi, lidah dan membran mukosa Di dalam mulut, saliva adalah unsur penting yang dapat melindungi gigi terhadap pengaruh dari luar, maupun dari dalam rongga mulut. Makanan yang dikonsumsi dapat menyebabkan saliva bersifat asam maupun basa. Peran lingkungan saliva terhadap proses karies tergantung dari komposisi, viskositas, dan mikroorganisme pada saliva. 34 Melakukan untuk menetapkan pengalaman karies dalam persen. Individu pada umur berkisar antara 18-23 tahun pada laki-laki memiliki nilai rata-rata berkisar 20,96 dan perempuan 20,38 menggambarkan distribusi dari pemeriksaan mahasiswa menurut umur dan jenis kelamin. 35 Dalam analisis penelitian Yamunadevi dkk 2015, pada subjek umur 18- 23 tahun dimana faktor lingkungan lebih dominan dan bersama faktor genetik sehingga kemungkinan menyebabkan terjadi karies gigi. Untuk menjaga kesehatan mulut terhadap pH dan saliva maka faktor lingkungan dikontrol. Tiga kelompok dibedakan yaitu berdasarkan tingkat keparahan karies gigi, secara individual dan mendukung peran komponen genetik. 36 Universitas Sumatera Utara 34

5.1 Volume Saliva Pada Karies dan Bebas Karies.

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 1 menunjukkan nilai rerata volume saliva pada kelompok karies 3,55 ± 0,633 ml5menit pada kelompok bebas karies kelompok kontrol adalah 6,94 ± 1,482 ml5menit. Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan diketahui bahwa ada perbedaan yang signifikan p0,05 antara kedua kelompok tersebut. Terdapat perbedaan antara penurunan volume saliva stimulasi dimana pada kelompok karies terjadi penurunan volume saliva stimulasi dibandingkan dengan kelompok bebas karies kelompok kontrol. Saliva dapat mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara yaitu aliran saliva yang berkurang dapat meningkatkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan meningkatkan fermentasi karbohidrat dari rongga mulut. Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan asam, penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan sekresinya. 2 Hasil penelitian Prabhakar 2009, menunjukkan bahwa aliran saliva menurun pada karies aktif dibandingkan bebas karies, secara statistik terdapat perbedaan signifikan. Dilanjutkan penelitian Browne et al menunjukkan bahwa hiposalivasi merupakan penyebab paling umum terhadap karies gigi. 37 Pengaruh fungsi saliva penting adalah pembersihan dan menetralkan asam untuk pencegahan karies. Secara umum, meningkatnya sekresi laju aliran saliva maka terjadi proses pembersihan dan kapasitas buffer tinggi. Berkurangnya laju aliran saliva dan bersamaan dengan penurunan sistem pertahanan rongga mulut dapat menyebabkan karies meningkat dan peradangan mukosa, karies gigi sebagian besar disebabkan karena hiposalivasi. 25 Volume saliva dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk derajat hidrasi, posisi tubuh, terpapar cahaya matahari. 27 Konsep terjadinya karies gigi berfokus pada fermentasi dari karbohidrat oleh bakteri yang kariogenik, menghasilkan asam organik. Bakteri plak menghasilkan berbagai hasil akhir yang berbeda tergantung pada diet. Jika ada karbohidrat yang mampu difermentasi asam-asam organik menghasilkan asam laktat, formit dan asetat. Asam-asam tersebut dapat menurunkan pH pada plak Universitas Sumatera Utara 35 menghasilkan demineralisasi pada gigi dan menciptakan suatu lingkungan yang menguntungkan lebih lanjut bakteri Streptococcus mutans. .25

5.2 Nilai Keasaman pH Saliva Pada Karies dan Bebas Karies.

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 2 menunjukkan nilai rerata pH saliva pada kelompok karies 5,26 ± 0,219 dan pada kelompok bebas karies kelompok kontrol 6,68 ± 0,362. Hasil ini sesuai dengan penelitian Pandey 2008 yaitu nilai pH meningkat pada kelompok bebas karies dan pada kelompok karies nilai pH menurun. 38 Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan terdapat perbedaan yang signifikan P 0,05. Menurut penelitian Kidd 2012, bahwa pada individu yang memiliki intensitas karies tinggi, terlihat adanya pH lebih rendah dibandingkan pada intensitas karies rendah, dengan kerusakan kavitas gigi sebagai tempat penumpukan sisa-sisa makanan yang kemudian akan terjadi pembusukan oleh bakteri dan dapat menyebabkan penurunan pH saliva. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara gigi dan saliva sebagai host, mikroorganisme normal didalam mulut, serta makanan terutama karbohidrat yang mudah difermentasikan menjadi asam melalui proses glikolisis. 2 Mikroorganisme yang berperan dalam proses glikolisis adalah Streptococcus sp dan Lactobacillus sp, hal ini menyatakan bahwa pada kelompok karies tinggi jumlah Streptococcus sp dan Lactobacillus sp lebih banyak dari pada penderita karies rendah atau bebas karies, sedangkan asam organik yang terbentuk antara lain asam piruvat dan asam laktat yang dapat menurunkan pH saliva sehingga terjadi demineralisasi. 1,2 Penurunan pH tersebut mendorong Lactobacillus sp untuk memproduksi asam dan menyebabkan terjadinya proses karies. 1,2 Streptococcus sp memiliki sifat-sifat tertentu yang memegang peranan utama dalam proses karies gigi dengan memfermentasi karbohidrat menghasilkan asam sehingga mengakibatkan pH turun. 1 Bakteri plak akan memfermentasi karbohidrat sukrosa dan menghasilkan asam, sehingga menyebabkan pH plak akan turun dalam waktu 1-3 menit sampai pH 4,5-5,0. Kemudian pH akan kembali normal pada pH sekitar 7 dalam 30-60 menit, dan jika penurunan pH plak ini terjadi secara terus-menerus maka akan Universitas Sumatera Utara 36 menyebabkan demineralisasi pada permukaan gigi. Kondisi asam seperti ini maka bakteri streptococcus mutans dan Lactobacillus sp ,yang merupakan mikroorganisme penyebab utama dalam proses terjadinya karies. Streptococcus mutans berperan dalam permulaan initition terjadi karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp , berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies. 28 Pertama kali akan terlihat white spot pada permukaan enamel kemudian proses ini berjalan secara perlahan sehingga lesi kecil tersebut berkembang, dan dengan adanya destruksi bahan organik, kerusakan berlanjut pada dentin disertai kematian odontoblas. 28 Demineralisasi dapat terjadi apabila enamel berada dalam suatu lingkungan pH di bawah 5,5, saat ini banyak minuman ringan dengan pH di bawah 5,5 yang dikonsumsi oleh masyarakat pH berperan pada demineralisasi karena pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit enamel gigi. 39 Proses demineralisasi dan remineralisasi sering kali terjadi setiap hari pada setiap individu. Dari waktu kewaktu akan menyebabkan karies gigi. Perbaikan dan kebalikan pada lesi atau pemeliharaan. Remineralisasi sering terjadi, khususnya jika pH biofilm dikembalikan oleh saliva yang bertindak sebagai aksi buffer . Area remineralisasi mempunyai konsentrasi tinggi dari flourida dan struktur enamelnya sedikit lebih mikroporus dari pada struktur gigi aslinya disebabkan perolehan kalsium dan fosfat dari saliva. 1

5.3 Kadar Kalsium Saliva Pada Karies dan Bebas Karies.

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 3 menunjukkan kadar kalsium saliva pada kelompok karies 0,98 ± 0,310 mmolL dan pada kelompok bebas karies kelompok kontrol adalah mmolL 1,55 ± 0,312. Berdasarkan uji statistik T tidak berpasangan diketahui terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05. Penelitian Prabhakar 2009, rata-rata konsentrasi kalsium pada anak-anak dengan karies aktif mengalami penurunan dibandingkan pada anak-anak dengan bebas karies. Penurunan pengalaman karies dengan nilai konsentrasi kalsium tinggi dalam saliva sehingga terjadi proses remineralisasi pada lesi awal pembentukan karies. Jumlah saliva yang cukup dengan kalsium dan fosfat sebagai Universitas Sumatera Utara 37 tempat penyimpanan ion, sangat penting dalam lingkungan rongga mulut sebagai proses remineralisasi dan mencegah demineralisasi. 37 Menurut Preethi dkk 2010, rata-rata kadar kalsium menurun pada anak- anak dengan karies aktif dibandingan dengan bebas karies dan secara statistik terdapat perbedaan yang signifikan. Penurunan pada pengalaman karies pada anak-anak dengan konsentrasi kalsium yang tinggi di dalam saliva dihubungan pada proses remineralisasi pada lesi awal karies. Saliva yang lewat jenuh dengan kalsium dan fosfat bertindak sebagai cadangan untuk ion-ion yang diperlukan. 5 Saliva memiliki peran yang penting untuk melindungi kesehatan mulut. Saliva adalah jumlah yang cukup dibutuhkan untuk melindungi jaringan mulut. Keseimbangan antara demineralisasi dan remineralisasi tergantung konsentrasi kalsium saliva dan fosfat maupun level alkalin fosfat saliva. Hal ini adalah poin penting, jika kalsium dan fosfat merangsang saliva berpengaruh terhadap demineralisasi dan remineralisasi. Hasil didapatkan tentang kalsium dan fosfat dalam saliva berhubungan terhadap karies gigi. 12 Enamel gigi merupakan bahan yang keras dan paling padat didalam tubuh. Komposisi hidroksiapatit merupakan mineral yang mengandung kalsium dan fosfat. Struktur biomineralisasi ini adalah unik yang diperbaharui oleh remineralisasi, dimana melibatkan deposit dari ion kalsium dan fosfat dari saliva ke dalam area permukaan enamel dan didalam permukaan enamel. Dibawah kondisi asam kristal apatit dari bawah permukaan enamel, larut dalam cairan saliva disekitarnya. Demineralisasi ini merupakan salah satu langkah dalam perkembangan karies gigi, tersedianya kalsium dan fosfat faktor penting untuk remineralisasi dari awal pembentukan karies sesudah asam, selanjutnya angka karies terendah dihubungkan dengan konsentrasi kalsium saliva tinggi. 16 Diet dapat memengaruhi gigi setelah erupsi melalui pengaruh lokal. Misalnya, kalsium membantu untuk mempertahankan komposisi mineral gigi, yang dapat tergantung pada demineralisasi dan remineralisasi terhadap faktor makanan dan pH dalam lingkungan mulut. Bakteri plak memfermentasi gula, memproduksi asam dan menurunkan pH lebih asam pada permukaan gigi, yang selanjutnya meningkatkan demineralisasi dari pelarutan kalsium fosfat dari hidroksiapatit enamel. Jika kesehatan gigi tidak dijaga dengan baik bakteri plak Universitas Sumatera Utara 38 tidak hilang dengan cara menyikat gigi dan ion fluorida yang rendah, membentuk kavitas karies. Demineralisasi enemel terjadi pH sekitar 5,5 pH kritis , pH kritis berbanding terbalik dari kalsium dan konsentrasi fosfat dari plak dan saliva dipengaruhi oleh makanan maka tidak memiliki nilai tetap. Asam dinetralkan oleh saliva, menaikkan pH pada permukaan gigi dari pH kritis, meningkatkan remineralisasi. Keseimbangan antara remineralisasi dan demineralisasi tinggi dan rendah pH ini mengurangi frekuensi fermentasi gula dengan cara menyikat gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi mengandung fluorida. 24 Universitas Sumatera Utara 39

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Nilai rerata volume, pH dan kadar kalsium saliva pada kelompok bebas karies dan karies.  Nilai rerata volume saliva karies 3,55 ± 0,633 ml5menit dan pada kelompok bebas karies adalah 6,94 ± 1,482 ml5menit.  Nilai rerata pH saliva karies 5,26 ± 0,219 dan pada bebas karies adalah 6,68 ± 0,362.  Nilai rerata kadar kalsium saliva karies 0,98 ± 0,310 mmolL dan pada bebas karies adalah 1,55 ± 0,312 mmolL. 2. Penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan p0,05 antara volume, pH dan kadar kalsium saliva pada kelompok karies dan bebas karies.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut : Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh saliva terhadap proses karies gigi berdasarkan perubahan volume, pH dan kadar kalsium saliva dengan menggunakan jumlah sampel pada usia produktif dan menopause dengan mempertimbangkan faktor pola diet. Universitas Sumatera Utara 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva

Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90 dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang terdiri atas kelenjar parotis, submandibula, dan sublingual. 18,19 Sekitar 10 dihasilkan oleh kelenjar saliva minor dimukosa mulut lingual, labial, bukal, palatinal, glossopalatinal. Sekresi saliva dihasilkan sebagai serus kelenjar parotis, mukus kelenjar minor, atau campuran yaitu serus dan mukus kelanjar submandibula dan sublingual. 19,20 Saliva memainkan peranan penting dalam homeostatis karena dapat mempertahankan keseimbangan ekosistem dalam rongga mulut. 21 Gambar 1. Kelenjar saliva 19 Sekresi saliva adalah refleks yang dimediasi oleh saraf. Volume dan jenis saliva yang disekresi dikendalikan oleh sistem saraf otonom. Kelenjar menerima inervasi dari saraf parasimpatis dan simpatis. Pusat saliva parasimpatis terletak pada medula oblongata yang terbagi atas 3 bagian, yaitu superior nuklei salivatorius, inferior nuklei salivarius dan zona intermediet. Bagian superior nuklei CN VII Universitas Sumatera Utara 6 terhubung dengan kelenjar submandibula dan sublingual, sedangkan inferior nuklei CN IX mempersarafi kelenjar parotid. 22,23 Serabut saraf simpatis yang menginervasi kelenjar saliva berasal dari ganglion servikalis superior dan beriringan dengan arteri yang mensuplai arteri karotis eksterna yang memberikan suplai darah pada kelenjar parotis dan bersama arteri lingualis memberikan suplai darah ke submandibula, serta bersama dengan arteri fasialis yang mensuplai darah ke kelenjar sublingualis. Rangsangan simpatis akan menstimuli reseptor adrenergik menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah pada kelenjar saliva menyebabkan jumlah saliva sedikit, lebih kental dan kaya mukus. Berbeda dengan rangsangan parasimpatis yang menstimuli reseptor kolinergik menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah, menyebabkan volume saliva lebih banyak dan kaya enzim 22,23

2.2 Komposisi Saliva

Komposisi saliva terdiri atas 99 air dan 1 terdiri atas ion dan unsur organik. Ion penting dalam saliva adalah kation, Na + dan K + , anion Cl - dan bikarbonat HCO 3 . Elektrolit lain yang terdapat dalam saliva seperti kalsium, fosfat, fluorida, tiosianat, magnesium sulfat dan iodin. Unsur organik saliva seperti protein, karbohidrat, lipid dan molekul organik kecil. 10 Kalsium saliva dan fosfor dalam konsentrasi lewat jenuh dalam saliva dan memainkan peranan dalam remineralisasi gigi. pH netral dalam rongga mulut adalah dipertahankan oleh kapasitas buffer dari saliva. 10 Kalsium merupakan nutrisi penting dan tidak hanya untuk mineralisasi tulang dan gigi tetapi untuk mengatur peristiwa intraselular disebagian besar dan tidak pada semua jaringan tubuh. 24 Komposisi saliva merupakan faktor penting dalam menentukan prevalensi karies. Perlindungan relatif terhadap kavitas gigi, laju aliran saliva, kapasitas buffer, kalsium, fosfat dan konsentrasi fluorida adalah hal-hal yang diperlukan. Sirkulasi saliva dalam rongga mulut disebut sebagai seluruh saliva terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor, minor dan sedikit dari cairan krevikular. Saliva Universitas Sumatera Utara 7 dapat meningkatkan kesehatan rongga mulut dan oleh karena itu kekurangan sekresi saliva akan mengakibatkan proses penyakit. 11

2.3 Pengaruh Saliva Terhadap Karies

Saliva dapat mempengaruhi proses karies dalam berbagai cara yaitu: aliran saliva dapat menurunkan akumulasi plak pada permukaan gigi dan juga meningkatkan pembersihan karbohidrat dari rongga mulut. Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat, serta kandungan amonia dan urea dalam saliva dapat menyangga dan menetralkan penurunan pH yang terjadi saat bakteri plak sedang memetabolisme gula. Kapasitas buffer dan pH saliva erat hubungannya dengan kecepatan sekresinya. 2 Kapasitas buffer saliva merupakan faktor penting, yang berperan dalam pemeliharaan pH saliva dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat berhubungan dengan tingkat aliran saliva, karena setiap faktor penurunan laju aliran saliva cenderung mengalami penurunan terhadap kapasitas buffer dan meningkatnya risiko perkembangan karies. 21 Pengaruh fungsi saliva penting adalah pembersihan dan menetralkan untuk pencegahan karies. Secara umum, meningkatkannya sekresi laju aliran saliva maka terjadi proses pembersihan dan kapasitas buffer tinggi. Berkurangnya laju aliran saliva dan bersamaan dengan penurunan sistem pertahanan rongga mulut dapat menyebabkan karies meningkat dan peradangan mukosa, karies gigi sebagian besar disebabkan karena hiposalivasi. 25

2.3.1 Pengaruh Volume Saliva Terhadap Karies

Saliva memegang peranan penting dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut dan proses biologis yang terjadi di dalam rongga mulut. 4 Total aliran saliva sehari 500-1000 mlhari. 10 Volume saliva dengan stimulasi yang normal berkisar lebih dari 5,0 ml5 menit, rendah 3,5-5,0 ml5 menit dan hiposalivasi kurang dari 3,5 ml5 menit. 26 Volume saliva dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk derajat hidrasi, posisi tubuh dan terpaparnya cahaya matahari. 27 Universitas Sumatera Utara 8

2.3.2 Pengaruh pH Saliva Terhadap Karies