Gambaran Klinis Batu Ginjal
memiliki rasa sakit yang parah, berusaha mencari gerakan-gerakan dan posisi yang nyaman. Hal tersebut dapat membedakannya dengan kejadian nyeri pada
peritonitis yang cendrung tidak bergerak. Selain adanya nyeri costovertebral ada juga ditemukan massa di abdomen akibat distensi atau hidronefrosis parah.
Komponen sistemik yang dapat dilihat berupa takikardi, berkeringat mual dan muntah Carter et al, 2014.
Pasien dengan batu asam urat memiliki gejala dan tanda-tanda yang mirip dengan dengan jenis lain dari batu, yang meliputi flank dan sakit perut, mual,
emesis, gejala saluran kemih bagian bawah, hematuria, dan nyeri gonad di laki- laki. Oleh karena itu, keberadaan umum prediktor klinis untuk kehadiran batu
harus meminta satu untuk menilai untuk diagnosis tersebut Assimos, 2007. C.
Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakan diagnosis batu
ginjal juga diperukan adanya pemeriksaan radiologi, laboraturium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
i. Pemeriksaan laboraturium Pemeriksaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui faktor risiko, jenis batu
dan komplikasi yang ada. Pemeriksaan laboraturium dilakukan melalui urinalisis, analisi urin 24 jam, dan analisis darah. Penelitian laboratorium dasar tertentu
harus diperoleh. Batu asam urat harus dicurigai pada setiap pasien dengan pH urin yang masih rendah, kurang dari 5,5, dan radiografi yang temuan ulasan kemudian
Assimos, 2007. ii. Pemeriksaan radiologi
1. Ultrasongrafi Ultrasonografi dikerjakan bila pasien tidak mungkin menjalani
pemeriksaan PIV, yaitu pada keadaan alergi dengan kontras, faal ginjal yang menurun dan pada wanita hamil. Pemeriksaan ultrasonografi dapat menilai adanya
batu ginjal yang ditunjukkan sebagai echoic chadow, hidronefrosis, pionefrosis atau pengerutan ginjal Purnomo, 2011.
2. Foto polos Pembuatan foto polos dapat menentukan besar, jumlah macam dan lokasi
batu radio-opak serta komposisi batu pada traktus urinarius. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak dan paling sering
ditemukan dibandingkan jenis batu lain. Sedangkan batu asam urat bersifat non radio-opak atau radiolusen Purnomo, 2011.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah tidak dapat mentukan batu radiolusen, batu kecil, batu yang tertutupi bayangan struktur tulang. Pemeriksaan
ini tidak dapat membedakan batu dalam ginjal atau batu di luar ginjal Sja’bani,2006. Oleh karena itu, foto polos perlu ditambahkan dengan
pemeriksaan foto pielografi intravena yang bertujuan mendetaksi batu semi-opak maupun batu non-opak yang tidak dapat telihat pada foto polos abdomen
Purnomo, 2011. 3. Computed tomography
Noncontrast spiral CT Scan sekarang menjadi pilihan pencitraan pada pasien dengan kolik ginjal akut. Metode ini lebih cepat dan murah dibandingkan
dengan IVP. Metode ini menampilkan struktur peritoneal dan retroperitoneal untuk membatu diagnosis yang belum pasti. Kekurangannya adalah tidak
memberikan gambaran anatomi yang rinci seperti IVP yang mungkin perlu dalam intervensi pencernaan. Matriks batu dengan jumlah kalsium yang tinggi akan
mempermudah evaluasi oleh CT. Gambaran batu asam urat akan memiliki gambaran yang tidak jauh berbeda dengan batu kalsium oksalat Carter et al,
2014. 4. Intravenous pyelography
IVU terdiri dari serangkian film polos yang diambil setelah pemberian media kontras larutan iodinecontaning melalui suntikan intravena. IVU kurang
diandalkan dalam diagnosis batu ginjal karena memiliki akurasi sekitar 50 Sotton, 2003.
5. Retrograde pyelography Metode ini digunakan untuk menggambarkan bagian anatomi saluran atas
dan melokalisasi batu yang kecil dan radiolusen Carter et al, 2014.