pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 66 orang 62,3, dan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 orang 37,7.
5.2.5 Usia Pasien Hiperurisemia
Berdasarkan penelitian, usia pasien dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Usia Hiperurisemia
No. Usia
Jumlah Proporsi
1. 25 tahun
4 3,8
2. 25-34 tahun
3 2,8
3. 35-44 tahun
25 23,6
4. 45-54 tahun
28 26,4
5. 55-64
Tahun 37
34,9 6
≥65 tahun 9
8,5 Total
106 100
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa pasien dengan diagnosis hiperurisemia di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada rentang waktu 1 Januari
2014 sampai dengan 31 Desember 2014 sebanyak 106 orang 100, pasien dengan rentang usia di bawah 25 tahun sebanyak 4 orang 3,8, pasien dengan
rentang usia 25 tahun sampai 34 tahun sebanyak 3 orang 2,8, pasien dengan rentang usia 35 tahun sampai 44 tahun sebanyak 25 orang 23,6, pasien dengan
rentang usia 45 tahun sampai 54 tahun sebanyak 28 orang 26,4, pasien dengan rentang usia 55 tahun sampai 64 tahun sebanyak 37 orang 34,9 ,pasien dengan
rentang usia 65 tahun ke atas sebanyak 9 orang 8,5 .
5.2.6 Hubungan peningkatan kadar asam urat hiperurisemia dengan terjadinya batu ginjal nefrolistiasis
Tabel 5.6 Hubungan Kadar Asam Urat Dengan Batu Ginjal
Berdasarkan Tabel 5.6, dapat dilihat bahwa pasien batu ginjal dan kadar asam urat normal sebanyak 29 orang , batu ginjal dan peningkatan kadar asam
urat sebanyak 61, dan pasien peningkatan kadar asam urat tetapi tidak batu ginjal sebanyak 43 pasien.
Dari hasil uji statistika dengan chi-square didapatkan hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar asam urat dengan batu ginjal p=0,000 5.
Batu Ginjal Nefrolitiasis
Total
Ya Tidak
Peningkatan Kadar Asam Urat hiperurisemia
Ya 61
43 104
Tidak 29 -
29 Total
90 43
133
5.2.7 Diagnosis Penyakit Pada Pasien Hiperurisemia
Berdasarkan penelitian, pasien dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Diagnosis Penyakit Hiperurisemia
No Penyakit Pasien Hiperurisemia
Jumlah Proporsi
1. Anemia Hemolitik
1 2.2
2. Batu Pyolum + Multiple Kaliks
1 2.2
3. Benign Prostatic Hyperplasia
1 2.2
4. Congestive Heart Failure
5 10.9
5. Chronic Kidney Disease Stage IV
1 2.2
6. Chronic Kidney Disease Stage V
10 21,3
7. Chronic Kidney Disease Stage V ec. HIV
2 4.3
8. Chronic Myeloid Leukimia
1 2.2
9. Pansitopenia
1 2.2
10. DM tipe 2 + Diabetik Nephrophaty
1 2.2
11. DM tipe 2 + Chronic Kidney Disease
1 2.2
12. DM tipe 2 + Ulcus Cruris Dextra
1 2.2
13. Esofagitis
1 2.2
14. Gout
1 2.2
15. Hiponatremia
1 2.2
16. HIV stadium III
1 2.2
17. Jantung Hipertensi
2 4.3
18. Karsinoma Duodenum
1 2.2
10. Limfadentitis TB + Chronic Kidney Disease
1 2.2
20. Meningitis
1 2.2
21. Nefrolitiasis Bilateral
1 2.2
22. Obstruksi Usus
1 2.2
23. Osteoathritis
1 2.2
24. Perdarahan saluran cerna post injury
1 2.2
25. Perdarahan saluran cerna bagian atas
1 2.2
26. PPOK
1 2.2
27. Sirosis Hati
2 4.3
28. Syok Sepsis + Pneumonia
1 2.2
29. Syok sepsis ec Arthritis
1 2.2
30. Thalasemia Mayor
1 2.2
Total 46
100.0
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa pasien dengan diagnosis hiperurisemia di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada rentang waktu 1 Januari
2014 sampai dengan 31 Desember 2014 sebanyak 46 orang 100, pasien dengan diagnosis gagal ginjal kronis merupakan yang terbanyak yaitu, sebanyak
10 orang 21,3 merupakan gagal ginjal kronis stage v, sebanyak 1 orang 2,2 merupakan gagal ginjal kronis stage IV, sebanyak 1 orang 2,2 merupakan
pasien gagal ginjal kronis ditambah DM tipe 2, sebanyak 2 orang 4,3 merupakan pasien gagal ginjal kronis stage V ditambah HIV, sebanyak 1 orang
2,2 merupakan gagal ginjal kronis ditambah limfadentitis. Berikutnya pasien dengan gangguan jantung, sebanyak 5 orang 10,9 merupakan Congestive
Heart Failure, sebanyak 1 orang 2,2 merupakan jantung hipertensi. Berikutnya pasien dengan serosis hati sebanyak 2 orang 4,3. Dan untuk
diagnosis Anemia Hemolitik, Batu Pyolum + Multiple Kaliks, Benign Prostatic Hyperplasia, Chronic Myeloid Leukimia, Pansitopenia, DM tipe 2 + Diabetik
nefrofaty, DM tipe 2 dengan Ulcus Cruris Dextra, Esofagitis, Gout, Hiponatremia, HIV stadium III, Karsinoma Duodenum, Meningitis, Nefrolitiasis
Bilateral, Obstruksi Bowel, Osteoathritis, Perdarahan saluran cerna post injury, Perdarahan saluran cerna bagian atas, PPOK, Sirosis Liver, Syok Sepsis
Pneumonia, Thalasemia Mayor, dan Syok Sepsis ec Arthritis masing masing sebanyak 1 orang 2,2. Terdapat 3 orang 4,3 pasien dengan positif
menderita batu ginjal pada pasien hiperurisemia.
5.3. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara peningkatan kadar asam urat hiperurisemia dengan terjadinya batu ginjal
urolitiasis di RSUD H. Adam Malik. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan yang sesuai dengan
kreteria yang telah ditentukan dan diperoleh 133 orang sampel dalam penelitian ini.
Penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu pengambilan data menggunakan data sekunder, dalam penelitian ini adalah rekam medik dimana
pencatatan dan pendataan yang kurang lengkap terhadap pemeriksaan yang dilakukan karena disesuaikan dengan kebutuhan diagnosis dan faktor biaya yang
bukan merupakan kepentingan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan diketahui
sebanyak 90 orang 100, dengan pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 46 orang 51.1, dan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 44 orang
48,9. Penelitian ini menunjukkan jumlah pasien batu ginjal di RSUP H. Adam
Malik memiliki gambaran jumlah pasien laki-laki lebih banyak dari pada pasien perempuan, hal ini sejalan dari hasil penelitian RISKESDA 2013 yang
menunjukkan prevalensi kejadian batu ginjal di Indonesia paling banyak terdapat pada pasien laki-laki, dengan perbandingan sebesar 4:1. Selain itu Curhan 2015
menjelaskan sekitar 19 laki-laki dan 9 perempuan mengumpulkan batu dalam hidupnya. Hasil menunjukan angka kejadian batu ginjal pada jenis kelamin laki-
laki lebih tinggi dari pada perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah pasien dengan
rentang Usia di bawah 30 tahun sebanyak 3 orang 3,3, pasien dengan rentang Usia 30 tahun sampai 50 tahun sebanyak 39 orang 43,3, pasien dengan rentang
Usia 50 tahun ke atas sebanyak 48 orang 53,4. Hal ini sesuai penelitian dari RISKESDA 2013 yang menunjukkan
prevalensi pasien dengan diagnosis batu ginjal di Indonesia paling banyak merupakan pasien dengan usia di atas 50 tahun dan Ridwan 2015 menjelaskan
bahwa usia terbanyak yang menderita batu ginjal adalah kelompok usia 40-59 tahun pada laki-laki dan kelompok usia 40-59 tahun pada perempuan. Penelitian
ini sejalan dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa penyakit ini umumnya didapatkan pada dekade ketiga sampai dekade kelima. Hal ini dapat di simpulkan
bahwa pasien dengan tingkatan usia 50 tahun ke atas lebih banyak menderita dan berobat ke RSUP H. Adam Malik. Karena menurut Purnomo 2011 terdapat
beberapa faktor intrinsik dan ekstrinsik yang dapat menyebabkan batu ginjal. Berdasarkan hasil penelitian pasien dengan diagnosis batu ginjal di Rumah Sakit
Haji Adam Malik pada rentang waktu 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember
2014 sebanyak 90 orang 100, dengan hasil pengukuran kadar asam urat pasien berdasarkan data di Laboraturium Patologi Klinik Rumah Sakit Haji Adam Malik
memiliki nilai normal sebanyak 29 orang 32,2 dan pasien memiliki nilai peningkatan kadar asam urat sebanyak 61 orang 67,8. Jumlah pasien
perempuan dengan peningkatan kadar asam urat 5,7 mgdL sampai 8,9 mgdL sebanyak 25 orang 56,8, 9-10,9 mgdL sebanyak 2 orang 4,5. Jumlah laki-
laki dengan peningkatan kadar asam urat 7-8,9 mgdL sebanyak 18 orang 39,1, 9-10,9 mgdL sebanyak 11 orang 23,9, 11-12,9 mgdL sebanyak 3
orang 6,5 dan lebih dari 13 mgdL sebanyak 2 orang 4,3. Penelitian ini menunjukan pasien batu ginjal cenderung memiliki
peningkatan antara 7 mgdL laki-laki; 5,7mgdL perempuan sampai 10,9mgdL. Dapat dikesimpulan bahwa peningkatam kadar asam urat dapat
menjadi salah satu faktor risiko penting dalam batu ginjal. Karena dalam studi kepustakaan disebutkan bahwa pentingnya asam urat dalam pembentukan batu
ginjal, dimana menurut Putra 2009 hiperurisemia merupakan peningkatan kadar asam urat diatas normal, dan di jelaskan Wiederkehr 2011 peningkatan
kosentrasi ini melewati konsentrasi batas metastabil MUL akan mempercepat proses kristalisasi, nukleasi, agregasi dan akhirnya akan membentuk batu ginjal.
Dari alasan beberapa penelitian dan pendapat diatas saya simpulkan bahwa peningkatakan kadar asam urat dapat dilihat pada pasien dengan diagnosa batu
ginjal. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien dengan diagnosis
hiperurisemia di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada rentang waktu 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014 sebanyak 106 orang 100, dengan
pasien berjenis kelamin laki-laki sebanyak 66 orang 62,3, dan pasien berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 orang 37,7.
Hal ini menunjukan bahwa laki-laki memiliki kecenderungan untuk mengalami hiperurisemia atau penyakit-penyakit yang menyertai dari
hiperurisemia. Karena hal ini sesuai dengan pernyataan Burns 2015, dimana dalam tulisannya prevalensi hiperurisemia atau peningkatan kadar asam urat pada
laki-laki adalah 5,9 dan pada perempuan sekitar 2,0, dan menurut Wallace
2012, rasio antara laki-laki dan perempuan yang menderita hiperurusemia adalah sekitar 3:1.
Dari Hasil penelitian didapatkan bahwa pasien dengan diagnosis hiperurisemia di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada rentang waktu 1 Januari
2014 sampai dengan 31 Desember 2014 sebanyak 46 orang 100, pasien dengan diagnosis gagal ginjal kronis merupakan yang terbanyak yaitu, sebanyak
10 orang 21,3 merupakan gagal ginjal kronis stage v, sebanyak 1 orang 2,2 merupakan gagal ginjal kronis stage IV, sebanyak 1 orang 2,2 merupakan
pasien gagal ginjal kronis ditambah DM tipe 2, sebanyak 2 orang 4,3 merupakan pasien gagal ginjal kronis stage V ditambah HIV, sebanyak 1 orang
2,2 merupakan gagal ginjal kronis ditambah limfadentitis. Berikutnya pasien dengan gangguan jantung, sebanyak 5 orang 10,9 merupakan Congestive
Heart Failure, sebanyak 1 orang 2,2 merupakan jantung hipertensi. Berikutnya pasien dengan serosis hati sebanyak 2 orang 4,3. Dan untuk
diagnosis Anemia Hemolitik, Batu Pyolum + Multiple Kaliks, Benign Prostatic Hyperplasia, Chronic Myeloid Leukimia, Pansitopenia, DM tipe 2 + Diabetik
nefrofaty, DM tipe 2 dengan Ulcus Cruris Dextra, Esofagitis, Gout, Hiponatremia, HIV stadium III, Karsinoma Duodenum, Meningitis, Nefrolitiasis
Bilateral, Obstruksi Bowel, Osteoathritis, Perdarahan saluran cerna post injury, Perdarahan saluran cerna bagian atas, PPOK, Sirosis Liver, Syok Sepsis
Pneumonia, Thalasemia Mayor, dan Syok Sepsis ec Arthritis masing masing
sebanyak 1 orang 2,2.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa penyakit dengan peningkatan kadar asam urat di RSUP H. Adam Malik yang memiliki angka kejadian paling sering
adalah penyakit-penyakit dengan gangguan di ginjal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Alvarez-lario 2011 yang mengemukakan bahwa gout berupa
penyakit rematik yang ditandai dengan tingginya kadar asam urat di dalam darah dan asam urat yang terdeposito berupa kristal di sendi, hiperurisemia merupakan
faktor risiko independen nefrolitiasis, tidak hanya untuk batu asam urat, tetapi juga untuk batu kalsium oksalat, dan Wartmann 2012 menerangkan bahwa
hiperurisemia memiliki faktor risiko terjadinya penyakit penyaki yang
berhubungan dangan ginjal seperti gagal ginjal, batu ginjal nefritis dan lain lain. Hal ini berbeda dengan pendapat Burn 2015 yang menjelaskan Gouty Arthritis
merupakan komplikasi terbanyak, perbedaan ini menurut hemat penulis disebabkan karena penatalaksanaan Gouty Arthritis di Indonesia sudah banyak
ditangai di layanan kesehatan di daerah, dimana kita mengetahui pasien yang tiba di RSUP H. Adam Malik merupakan pasien yang dengan komplikasi lebih berat.
Dari hasil penelitian ini terdapat penyakit lain yang di sertai dengan hiperurisemia. Oleh sebab itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut terkait dengan
faktor-faktor lain di dalamnya. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pasien dengan diagnosis
hiperurisemia di Rumah Sakit Haji Adam Malik pada rentang waktu 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014 sebanyak 106 orang 100, pasien
dengan rentang usia di bawah 25 tahun sebanyak 4 orang 3,8, pasien dengan rentang usia 25 tahun sampai 34 tahun sebanyak 3 orang 2,8, pasien dengan
rentang usia 35 tahun sampai 44 tahun sebanyak 25 orang 23,6, pasien dengan rentang usia 45 tahun sampai 54 tahun sebanyak 28 orang 26,4, pasien dengan
rentang usia 55 tahun sampai 64 tahun sebanyak 37 orang 34,9 ,pasien dengan rentang usia 65 tahun ke atas sebanyak 9 orang 8,5 .
Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa di daerah Sumatera Utara khususnya yang menjalani perawatan di RSUP H. Adam Malik
banyak pada usia tua antara 55 sampai 64 tahun, karena sesuai dengan penjelasan dari Wortmann 2012 dimana peningkatan kadar asam urat bervariasi dan
biasanya meningkat seiring waktu. Tetapi ini berbeda dengan penelitian Wallace 2012 yang menerangkan bahwa terdapat penigkatan dari kadar asam urat di
dalam rentang usia diatas usia 65 tahun sampai 75 tahun yaitu sekitar 21 sampai 24 per 1000 orang pada tahun 1990-1992, hal ini mungkin karena ada perbedaan
faktor budaya, genetika dan geografis dari tempat penelitian sebelumnya . Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa pasien batu ginjal dan kadar asam
urat normal sebanyak 29 orang , batu ginjal dan peningkatan kadar asam urat sebanyak 61, dan pasien peningkatan kadar asam urat tetapi tidak batu ginjal
sebanyak 43 pasien. Dari hasil uji statistika dengan chi-square didapatkan
hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar asam urat dengan batu ginjal p=0,000 5.
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari peningkatan kadar asam urat dan batu ginjal. Hal ini juga disebutkan Kramer
2003 bahwa individu dengan peningkatan kadar asam urat akan memiliki faktor risiko yang tinggi terhadap batu gijal. Menurut penelitian dari Rini 2008 terdapat
hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar asam urat dengan terjadinya batu ginjal p=0,037 0,05.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan dasil penelitian dan pembahsan dalam penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara peningkatan kadar asam urat hiperurisemia dengan terjadinya batu ginjal nefrolitiasis dengan nilai
signifikan sebesar 0,000, dimana lebih kecil dari α = 0,05. 2.
Distribusi frekuensi batu ginjal di RSUP H. Adam Malik paling banyak pada laki laki sekitar 51,1.
3. Kadar asam urat paling banyak yang terdapat pada pasien batu ginjal di
RSUP H. Adam Malik adalah antara 7-8,9 mgdL laki-laki; 5,7-8,9 mgdL perempuan adalah masing-masing 39,1 dan 56,8.
4. Distribusi frekuensi usia pasien menderita batu ginjal di RSUP H. Adam
Malik paling banyak adalah usia diatas 50 tahun yaitu 53,4. 5.
Distribusi frekuensi pasien dengan hiperurisemia disertasi dengan batu ginjal 45,9.
6. Distribusi frekuensi penyakit penyerta pada pasien hiperurisemia di RSUP
H. Adam Malik adalah CKD yaitu sekitar 32,6. 7.
Distribusi frekuensi hiperurisemia di RSUP H. Adam Malik paling banyak pada laki laki sekitar 62,3 .
8. Distribusi frekuensi pasien menderita Hiperurisemia di RSUP H. Adam
Malik paling banyak adalah usia 55-65 tahun yaitu 34,9 .
6.2 Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitan ini, ditemukan beberapa saran-saran sebagai berikut :
1. Perlu dilakukan penelitian dengan data primer agar data dan hasil
penelitian menjadi lebih akurat.
2. Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel-variabel
selain hiperurisemia yang dapat menyebabkan terjadinya nefrolitiasis kedepannya.
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asam Urat
2.1.1 Defenisi
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme pemecahan purin. Purin adalah salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA gambar 2.1. Yang
termasuk kelompok purin adalah adenosin dan guanosin. Saat DNA dihancurkan, purin pun akan dikatabolisme. Hasil akhirnya berupa asam urat Rodwell, 2003.
Gambar 2.1 Murray, 2006
Asam urat merupakan produk akhir pemecahan purin pada manusia. Asam urat merupakan asam lemah dengan pKa 5,75 dan 10,3. Urat terbentuk dari
ionisasi asam urat yang berada dalam plasma, cairan eksrtaseluler dan cairan sinovial dengan perkiraan 98 berbentuk urat monosodium pada pH 7,4.
Monosodium urat mudah diultrafiltrasi dan didialisis dari plasma. Pengikatan urat dengan ke protein plasma memiliki sedikit kemaknaan fisioligik. Plasma menjadi
jenuh dengan konsentrasi urat monosodium 415 µmolL 6,8 mgdL pada suhu 37
C. Pada konsentrasi lebih tinggi, plasma menjadi sangat jenuh dengan asam urat dan mungkin menyebabkan presipitasi kristal urat. Namun presipitasi tidak
terjadi sekalipun konsentrasi urat plasma sebesar 80 mgdL Wortmann, 2012. Asam urat lebih mudah berikatan atau larut dalam urin dibandingkan
dengan air, mungkin karena adanya urea, protein, dan mukopolisakarida. Kelarutannya sangat dipengaruhi oleh pH urin itu sendiri. Pada pH 5,0 urin
menjadi lebih jenuh dengan asam urat pada konsentrasi antara 360 sampai 900 µmolL 6 sampai 15 mgdL. Pada pH 7,0 saturasi tercapai dengan konsentrasi
antara 158 dan 200 mg dL. Bentuk asam urat yang terionisasi dalam urin berupa mono dan disodium, kalisum, amonium dan kalsium urat Wortmann, 2012.
Kadar rata-rata asam urat di dalam darah dan serum tergantung usia dan jenis kelamin. Sebagian besar anak memiliki kadar asam urat serum sebesar 180
sampai 240 µmolL 3,0 sampai 4,0 mgdL. Kadar ini mulai naik selama pubertas pada laki-laki tetapi rendah pada perempuan sampai monopause. Meskipun
penyebab variasi jenis kelamin ini belum dipahami seluruhnya, sebagian disebabkan oleh ekskresi fungsional asam urat yang lebih tinggi pada perempuan
dan disebabkan oleh pengaruh hormonal. Nilai asam urat serum rata-rata untuk laki-laki dewasa dan perempuan pramonopouse adalah 415 dan 360 µmolL 6,8
dan 6,0 mgdL. Pada perempuan dewasa dibawah 6,0 mgdL. Konsentrasi pada dewasa stabil naik menurut waktu dan bervariasi menurut tinggi Wortmann,
2012.
2.1.2 Pembentukan Asam Urat
Asam urat purin 2,6,8-trihidroksi, C5H4N4O3 adalah produk akhir metabolisme purin di manusia, tetapi merupakan produk perantara dalam
kebanyakan mamalia lain. Hal ini dihasilkan terutama dalam hati Gambar 2.2 dengan aksi xantin oksidase, suatu enzim logam molibdenum yang dapat
dihambat oleh farmakologi obat-obatan seperti allopurinol dan febuxostat Bobulescu, 2012.
Manusia mengubah nukleotida purin yang utama, yaitu adenosin dan guanin menjadi produk akhir asam urat yang dieksresikan keluar. Guanin yang
berasal dari guanosin dan hipoxantin yang berasal dari adenosin melalui pembentukan xantin keduanya dikonversi menjadi asam urat, reaksinya berturut-
turut dikatalis oleh enzim guanase dan xantin oksidase Hardjasasmita, 2000.