PENGATURAN HUKUM MENGENAI PROSES GANTI KERUGIAN ATAS

BAB IV PENGATURAN HUKUM MENGENAI PROSES GANTI KERUGIAN ATAS

PENGADAAN TANAH MENURUT PERATURAN YANG BERLAKU DI INDONESIA A. Pihak yang Berhak Menerima Ganti Kerugian Atas Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Yang Dilakukan Pemerintah Dalam pasal 17 Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelengaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, disebutkan: 1. Pihak yang berhak sebagaimana berupa perseorangan, badan hukum, badan sosial, badan keagamaan, atau instansi pemerintah yang memiliki atau mengusai obyek pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Pihak yang berhak sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 meliputi: a. pemegang hak atas tanah; b. pemegang hak pengelolaan; c. nadzir untuk tanah wakaf; d. pemilik tanah bekas milik adat; e. masyarakat hukum adat; f. pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik; g. pemegang dasar penguasaan atas tanah; danatau h. pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah. 29 29 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk kepentingan Umum. Universitas Sumatera Utara 1. Ganti Kerugian Menurut Peraturan yang Berlaku di Indonesia. A. Dalam Undang-Undang Pokok Agraria yang berkaitan dengan pencabutan hak atas tana, diatur dalam pasal 18 yang berbunyi : “untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan bersama dan rakyat hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti rugi yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-Undang”. Cara pengadaan tanah yang diatur dalam Undang-Undang No. 20 tahun 1961, dilakukan dengan lembaga pencabutan hak atas tanah. Cara ini mengandung hakekat dan tindakan hukum yang berbeda jika dibandingkan dengan cara-cara pelepasan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam Keppres No. 55 Tahun 1993. Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah yang sebelumnya disebut pembebasan tanah adalah kegiatan melepakan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya dengan memebrikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Salah satu kunci yang kelihatannya juga cukup berkenaan dengan ganti rugi dalam pelepasan hak atau pembebasan tanah itu merupakan imbalan sebagai pemegang hak atas tanah. Mengenai pencabutan atau pelepasan hak atas tanah, A.P. Parlindungan menyatakan : “ Orang yang dicabut haknya itu tidak berada dalam keadaan lebih miskin ataupun menjadi lebih miskin setelah pencabutan hak tersebut, ataupun akan menjadi miskin kelak karena uang pembayaran ganti rugi itu telah habis karena dikonsumsi. Minimal dia harus dapat dalam situasi ekonomi yang sekurang-kurangnya sama seperti dicabut haknya, syukur kalau bertambah lebih baik”. Universitas Sumatera Utara Sejalan dengan pendapat diatas, Boedi Harsono merumuskan bahwa baik dalam perolehan tanah atas dasar kata sepakat maupun cara pencabutan hak, kepada pihak yang telah menyerahkan tanahnya wajib diberikan imbalan yang layak, sehingga demikian rupa keadaan sosial dan keadaan ekonominya tidak menjadi mundur. 30 Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 ayat 12 sebagai berikut : Ganti rugiadalah pengantian terhadap kerugian baik bersifat fisik maupun non fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat memberikan kelangsungan B. Arti ganti rugi menurut Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993, yang dimaksud dengan ganti rugi adalah Penggantian atas nilai tanah berikut bangunan tanaman danatau benda-benda lain yang terkait dengan tanah sebagai akibat pelepasan atau penyerahan hak atas tanah. Bentuk ganti rugi menurut Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 bisa berupa: a. Uang; b. Tanah pengganti; c. Pemukiman kembali relokasi; d. Gabungan dari dua atau lebih; e. Bentuk lain yang disepakati. C. Arti ganti rugi menurut Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005, 30 Syafruddin Kalo, Pengadaan Tanah Bagi pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004 , hal. 86. Universitas Sumatera Utara hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial ekonomi sebelum terkena proyek pengadaan tanah. Sedangkan bentuk ganti ruginya berupa: a. Uang danatau; b. Tanah pengganti danatau; c. Pemukiman kembali; d. Penyertaan modal Para pemilik tanah dapat diikutsertakan sebagai pemilik modal dalam kegiatan yang berkaitan dengan tanah yang dibebaskan, tentunya kalau penggunaan tanah itu sendiri ada unsur bisnis atau komersial. Dan sebaliknya kalau penggunaan tanah itu semata-mata untuk kepentingan umum dan tidak ada unsur bisnis maka para pemilik tanah tidak bisa memaksa diri kepada pemerintah untuk menerima dirinya sebagai pemilik saham. D. Arti ganti rugi menurut Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006, Tidak memberikan definisi ganti rugi, dikarenakan Perpres ini merupakan penyempurnaan dari Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005. Sedangkan bentuk ganti ruginya berupa: a. Uang danatau; b. Tanah pengganti; c. Pemukiman Kembali danatau; d. Gabungan. E. Arti ganti rugi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Universitas Sumatera Utara Dalam Pasal 1 angka 10 “ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.sedangkan bentuk ganti ruginya beerupa: a. Uang; b. Tanah pengganti; c. Pemukiman kembali; d. Kepemilikan saham;atau e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. F. Dalam Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012. Pasal 1 angkat 10 “Ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengdaaan tanah. Sedangkan bentuk ganti ruginya berupa: a. Uang; b. Tanah pengganti; c. Pemukiman kembali; d. Kepemilikan saham; e. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak. 31 Bentuk ganti rugi didaerah perkotaan pada umumnya pemilik tanah akan lebih dominan memilih dalam bentuk uang, karena pada umumnya semua pihak mencari yang mudah dan cepat, kalau pemberian ganti rugi berupa relokasi atau tanah 31 Mudakir Iskandar Syah, Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kepentingan Umum, Permata Aksara, Jakarta, 2014, hal. 18 Universitas Sumatera Utara pengganti, maka konsekunsinya setiap pengadaan tanah Panitian Pengadaan Tanah harus mempersiapkan dua lokasi, satu sebagai rencana pembangunan kepentingan umum, satu lagi sebagai tanah pengganti bagi para pemilik tanah. Dengan demikian maka pemberian ganti rugi ini harus betul-betul mampu mengantisipasi munculnya kemiskinan dalam masyarakat, bukan penyebab timbulnya kemiskinan baru. Dapat disimpulkan bahwa ganti rugi adalah merupakan suatu imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk yang ada diatasnya, terhadap tanah yang telah dilepaskan atau diserahkan.

B. Penetapan Besarnya Ganti Rugi