dilakukan berdasarkan persen bobot hari ke-n dibandingkan dengan bobot hari ke-0. Berikut adalah rumus untuk perhitungan susut bobot.
x 100 ........................................................................... 1
Keterangan : SB = Susut bobot
w = Bobot bahan pada hari ke-0 g
w
n
= Bobot bahan pada hari ke- g
c. Total Padatan Terlarut TPT
Total padatan terlarut diukur dengan menggunakan refractometer Atago model
PR 20 1α dengan skala pengukuran 0 – 60 ⁰Brix satu kali dalam seminggu.
Sampel ubi jalar diparut dan diambil cairannya, kemudian diletakkan di atas lensa refractometer untuk dilakukan pembacaan hasil. Total Padatan Terlarut TPT ubi
jalar akan langsung dibaca oleh alat. Setelah selesai menguji, lensa dibersihkan dengan menggunakan aquades dan dikalibrasi setiap kali dilakukan pembacaan
hasil. Setiap sampel diukur sebanyak tiga kali sebagai ulangan.
d. Tunas
Pengamatan dilakukan dengan melihat perubahan panjang, mata dan jumlah yang
bertunas dari awal sebelum ubi disimpan sampai ubi tumbuh tunas selama 8 minggu pada ubi jalar. Pertumbuhan tunas diamati sesuai perubahan masing
– masing asal ubi jalar dan perlakuan dengan cara mengukur memakai penggaris
dan menghitung panjang, mata dan jumlah yang bertunas 2 kali dalam seminggu
dengan jumlah sampel 10 buah setiap ulangan dan 3 ulangan untuk setiap perlakuan. Penentuan tunas jika panjang tunas berukuran 0,5 cm ini dilakukan
untuk memastikan benar – benar tunas atau bukan sehingga tidak terjadi kesalahan
dalam mengukur panjang tunas. Pada sampel juga dilakukan penghitungan berapa banyak yang sudah bertunas dan banyak mata tunas yang terdapat pada ubi setiap
buahnya.
e. Kadar Air
Pengukuran kadar air bertujuan untuk mengetahui jumlah air yang terkandung pada bahan dengan menggunakan oven listrik satu kali dalam seminggu.
Pengukuran kadar air dilakukan dengan metode gravimetri yaitu menimbang bobot sampel sebelum dan sesudah pengovenan. Pengukuran kadar air sebelum
pengovenan, dilakukan dengan menimbang tiga buah sampel ubi jalar yang diiris tipis dan dimasukkan ke dalam cawan. Hasil penimbangan tersebut dinyatakan
sebagai bobot awal. Pengeringan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan pada suhu pengovenan 105°C dengan lama waktu ± 24 jam. Pengurangan bobot
bahan awal dan bobot akhir merupakan banyaknya air dalam bahan yang teruapkan. Perhitungan kadar air menggunakan basis basah. Perhitungannya
dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ................................................................. 2
Keterangan : = kadar air basis basah
= bobot sampel awal g = bobot sampel kering g
4. Analisis data
Data – data hasil pengukuran parameter suhu dan kelembaban udara, susut bobot,
total padatan terlarut, pertumbuhan tunas, dan kadar air dianalisis dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Selama penyimpanan suhu dan kelembaban udara baik penyimpanan dingin
ataupun ruang menunjukan data yang relatif stabil. Penyimpanan dingin 25- 26°C; RH 85-90 mampu menekan susut bobot dan total padatan terlarut
⁰Brix meningkat pada kedua jenis ubi jalar. Namun demikian penurunan kadar air bahan tidak berbeda nyata pada kedua sampel ubi jalar pada
penyimpanan dingin dan ruang. 2.
Semakin banyaknya jumlah, tinggi dan mata yang bertunas, susut bobot pada ubi jalar semakin meningkat. Ubi jalar asal Gisting lebih lama disimpan
dibandingkan ubi jalar asal Marga dilihat dari batas susut bobot normal.
B. Saran
Saran dari penelitian ini yaitu perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut pada media lain bahan serta merancang penyimpanan suhu dan kelembaban udara
secara stabil agar hasil penyimpanan lebih baik lagi.