Perbedaan perkembangan emosi seseorang menyebabkan reaksi yang dimunculkan oleh individu-individu terhadap suatu keadaan tidak sama
antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Emosi yang negatif akan melahirkan tindakan yang negatif pula. Begitu pula sebaliknya, emosi
yang positif akan melahirkan tindakan yang positif pula. Maka dari itu, dibutuhkan pemahaman yang mendalam tentang makna dari kecerdasan
emosional yang dapat melatih kecakapan individu dalam menangani emosi.
2.1.3. Pengertian Kecerdasan Emosi
Istilah kecerdasan emosional kali pertama dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer
dari University of New hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Istilah kecerdasan
emosi baru dikenal secara luas pertengahan abad 90-an dengan diterbitkannya buku Daniel Goleman: Emotional Inteligence. Goleman telah
melakukan riset kecerdasan emosi lebih dari 10 tahun. Goleman dalam Agus Nggermanto 2008:98 menjelaskan kecerdasan emosi Emotional
Intelligence adalah kemampuan untuk mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Mengacu pada definisi kecerdasan emosional tersebut, maka
penulis berasumsi bahwa kecerdasan emosional adalah jenis kecerdasan yang fokusnya memahami, mengenali, merasakan, mengelola dan
memimpin perasaan diri sendiri dan orang lain serta mengaplikasikannya
dalam kehidupan pribadi dan sosial; kecerdasan dalam memahami, mengenali, meningkatkan, mengelola dan memimpin memotivasi diri
sendiri dan orang lain untuk mengoptimalkan fungsi energi, informasi, hubungan dan pengaruh bagi pencapaian-pencapaian tujuan yang
dikehendaki dan diterapkan. Menurut Charles C. Manz dalam Aloysius Rudi Purwanta, 2007: 63
Riset mengatakan bahwa EQ sama pentingnya dengan IQ dalam menentukan efektivitas. EQ dapat membantu menjadi lebih perspektif
terhadap peluang tersembunyi dan tantangan antarpribadi. Saat ini terdapat banyak cara dan konsep untuk mempelajari perkembangan kepribadian
anak. Intelligence Quotient IQ merupakan salah satu alat yang banyak digunakan untuk mengetahuinya. Namun belakangan berkembang suatu alat
yang disebut dengan Emotional Inteligence EQ yang oleh para pakar dianggap sebagai salah satu alat yang baik untuk mengukur kecerdasan
emosional anak. Menurut Lawrence Shapiro dalam Hamzah, dkk. 2010:126 kecerdasan emosional anak dapat dilihat pada beberapa hal
berikut ini : 1. Keuletan
Keuletan artinya tangguh, kuat dan tidak mudah putus asa. Keuletan merupakan perpaduan daya jasmani dan rohani dalam mengatasi
masalah yang dihadapi dalam menunaikan tugas hingga berhasil. Keuletan dapat dibina melalui berbagai usaha misalnya berani
menghadapi tantangan, menerima dengan senang hati kritik dan saran dari orang lain, serta selalu optimis dalam menjalankan pekerjaan.
2. Optimisme Optimisme adalah paham
keyakinan atas segala sesuatu dari segi yang
baik dan menyenangkan dan sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal.
3. Motivasi diri Motivasi diri adalah sebuah kemampuan kita untuk memotivasi
diri kita tanpa memerlukan bantuan orang lain. Kita memiliki kemampuan untuk mendapatkan alasan atau dorongan untuk
bertindak. Proses mendapatkan dorongan
bertindak ini pada dasarnya adalah sebuah proses penyadaran akan keinginan diri sendiri.
4. Antusiasme Antusiasme adalah adanya minat besar atau sangat tertarik untuk
mengetahui suatu objek dengan mengharapkan suatu tujuan tertentu. Kecerdasan emosional ini semakin perlu dipahami, dimiliki dan
diperhatikan dalam perkembangannya karena mengingat kondisi dewasa ini semakin kompleks. Kecerdasan emosional dapat mendukung kesuksesan
seseorang dalam menghadapi kondisi tersebut. Kecerdasan emosional ini merujuk
kepada beberapa
aspek yaitu
kemampuan-kemampuan mengendalikan diri, memotivasi diri dan berempati.
2.1.4. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi