Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabuapten Tapanuli Tengah

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI

MEDAN

SKRIPSI

PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU)

DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM

BELANJA PADA PEMERINTAHAN

KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Oleh :

Nama

: Mery Yosepha Manik

Nim

:

040522117

Departemen:

Akuntansi

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : MERY YOSEPHA MANIK

NIM : 040522117

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Medan, Desember 2007 Menyetujui

Pembimbing,

Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak NIP. 131 127 376


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : MERY YOSEPHA MANIK

NIM : 040522117

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : PENGALOKASIAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM BELANJA PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH

TANGGAL :

KETUA DEPARTEMEN

Drs. H. Arifin Akhmad, MSi, Ak

NIP. 130 809 712

Tanggal :

DEKAN

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc NIP. 131 285 985


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

TELAH DIUJI PADA

TANGGAL 6 DESEMBER 2007

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Drs. H. Arifin Akhmad, MSi, Ak

PEMBIMBING : Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak

ANGGOTA : 1. Drs. Rasdianto, MSi, Ak


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program S1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan Universitas.

Medan, 6 Desember 2007

Yang Membuat Pernyataan

Mery Yosepha Manik


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karunia dan anugerah-Nya yang memberikan pengetahuan, kekuatan, kesehatan, dan kesempatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara..

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang disebabkan adanya keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik materi, tehnik penyusunan maupun hasil analisisnya. Oleh karenanya dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga doa dari semua pihak yang membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, MAcc, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Arifin Lubis, MM, Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Rasdianto, MSi, Ak dan Bapak Drs. Zainul Bahri Torong, MSi, Ak selaku Dosen Pembanding/Penguji I & II, dan seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing serta membantu penulis selama masa perkuliahan.

5. Bapak Bupati Tapanuli Tengah Drs. Tuani Lumban Tobing, Bapak Sekretaris Daerah Baharuddin Manik, Bapak Riki Purba, Bapak Erwin Samosir, serta seluruh Kepala Dinas dan pegawai Pemkab Tapanuli Tengah yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan keterangan dan data yang diperlukan selama penulis riset guna penyusunan skripsi ini.

6. Untuk kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Manik dan R. Samosir beserta saudara-saudaraku Abang Suraja, Abang Edison, Putra, dan Tetty, yang selalu memberikan semangat, dorongan, dan doa kepada penulis sampai sekarang. 7. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan motivasi, semangat dan keceriaan

bagi penulis selama ini yakni Jekson, Mei, Anita, Sandy, Berna, Nain, Junita, Riska, Flora, Tiur, serta anak-anak Berdikari 61 A.


(8)

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi para mahasiswa program studi Akuntansi.

Medan, 6 Desember 2007 Penulis

Mery Yosepha Manik NIM. 040522117


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam belanja pemerintahan kabupaten Tapanuli Tengah. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diolah dari laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa dana alokasi umum dengan jumlah yang sangat besar merupakan sumber dana utama bagi daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari. Sedangkan pendapatan asli daerah sebagai pencerminan kemampuan daerah juga berperan walaupun tidak secara keseluruhan.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Jenis data yang dipakai adalah data kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data ini diperoleh dengan cara dokumentasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Dengan responden bagian keuangan pada pemerintahan kabupaten dan bagian lain yang berkaitan dengan penelitian ini.

Penulis juga telah melakukan analisis efektivitas pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah, dapat diambil beberapa kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, yaitu: (a) Dalam sistem keuangan daerah yang diterapkan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah masih menggunakan metode single entry, (b) Adanya peningkatan penerimaan PAD dan DAU, (c) Telah efektifnya pengalokasian DAU dan PAD dalam belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kata kunci : Laporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Belanja Daerah.


(10)

ABSTRACT

This research aims to know the allocation of Block Grant and Original Earnings of Region on central Tapanuli regency expenses. The data analyzed in this research are processed from Revenue Estimate and Region Expenses. The result of the analysis shows that DAU in a grent number is the main expenses source for the region to pay its daily main operation. Original Earnings of Region as the reflection of region capacity also has a role eventhough not in the whole.

Descriptive research design was done in doing the research in this thesis. The kinds of data used are qualitative and quantitative data that consist of primary and secondary data. The data was obtained by doing documentation and interviewing. It was done by researcher with the respondent of financial department on regency governance and another department related to this research.

The writer had also done the analysis of the effectivity of Block Grant and Original Earnings of Region allocation on the expenses of Central Tapanuli regency. From the research, some conclusions are drawn as follow : a) in region financial system applied, Central Tapanuli regency still use single entry method. b). these is an increasing of Original Earnings of Region and Block Grant acceptance. c). the allocation of Block Grant and Original Earnings of Region on Central Tapanuli regency has been effective.

Key words : Revenue Estimate and Region Expenses, Block Grant, Original Earnings of Region, Region Expenses


(11)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

KATA PENGANTAR... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dana Alokasi Umum... 5

1. Pengertian Dana Alokasi Umum... 5

2. Sejarah Dana Alokasi Umum... 6

3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum... 10

4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum dan Formula Perhitungannya ... 11


(12)

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 23

2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 24

C. Belanja Daerah ... 27

1. Pengertian dan Jenis Belanja Daerah ... 27

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam Belanja Pemerintah Kabupaten ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian ... 34

B. Jenis Penelitian... 34

C. Jenis Data ... 34

D. Tehnik Pengumpulan Data... 35

E. Metode Analisis Data... 35

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 36

1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Tapanuli Tengah ... 36

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah ... 42

3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD ... 44


(13)

4. APBD Kabupaten Tapanuli Tengah ... 45 5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi

Umum dalam Belanja pada Pemerintahan

Kabupaten Tapanuli Tengah... 50 6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan

Asli Daerah dalam Belanja pada Pemerintahan

Kabupaten Tapanuli Tengah... 52 7. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam

Belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah ... 54 B. Analisis Hasil Penelitian ... 59 1. APBD Kabupaten Tapanuli Tengah ... 59 2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam

Belanja Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 2.1 Daftar Tarif Pajak Daerah………... 25

Tabel 4.1 Luas Wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan

Tahun 2005………... 38

Tabel 4.2 Ringkasan APBD Kabupaten Tapanuli Tengah

Tahun 2004-2006……… 45 Tabel 4.3 Perbandingan Realisasi dan Anggaran Tahun

2004-2006……… 49

Tabel 4.4 Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam

Belanja………. 51 Tabel 4.5 Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah……… 52 Tabel 4.6 Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam

Belanja………. 53 Tabel 4.7 Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam

Masing-Masing Bidang Organisasi………. 55

Tabel 4.8 Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Struktur Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah

Lampiran 2 Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah

Lampiran 3 Struktur Organisasi Bagian Keuangan Setdakab Tapanuli Tengah Lampiran 4 Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Tapanuli Tengah

Lampiran 5 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2004

Lampiran 6 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2005

Lampiran 7 Ringkasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2006

Lampiran 8 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2004

Lampiran 9 Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tapanuli Tengah Tahun Anggaran 2005

Lampiran 10 Laporan Realisasi PAD dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Lain-lain Penerimaan yang Sah Tahun 2004

Lampiran 11 Laporan Realisasi PAD dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Lain-lain Penerimaan yang Sah Tahun 2005

Lampiran 12 Laporan Realisasi PAD dan Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak, Lain-lain Penerimaan yang Sah Tahun 2006


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan adanya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, pemerintahan daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayananan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara. Penerapan prinsip good

governance pada masa reformasi menuntut adanya perubahan paradigma

berpikir dan bertindak bagi semua elemen birokrasi pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah. Perubahan paradigma berpikir tersebut diarahkan untuk menghasilkan suatu manajemen keuangan pemerintah yang


(18)

transparan, akuntabel, dan efektif yang mendukung peningkatan peran serta masyarakat dan supremasi hukum, di bidang keuangan negara dan meningkatkan kinerja pemerintah.

Kep. Mendagri No. 29/2002 mengisyaratkan bahwa untuk tujuan efektivitas atas pengelolan dana yang dikelolanya, pemerintah daerah diwajibkan menyiapkan laporan keuangan daerah sebagai bagian dari laporan pertanggungjawaban kepala daerah. Oleh karena itu pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah yang merupakan salah satu Pemerintah Kabupaten yang ada di Sumatera Utara diharuskan menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah yang meliputi neraca daerah, laporan perhitungan APBD, nota perhitungan APBD dan laporan aliran kas. Dari laporan APBD dapat dianalisis sumber dan penggunaan dana oleh pemerintah daerah selama satu tahun fiskal, sumber dana tersebut tercantum dalam APBD yang mencakup transfer dana perimbangan dari pemerintah pusat.

Dalam Undang-Undang No. 33/2004 ditegaskan bahwa untuk

pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah, pemerintah pusat akan mentransfer dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus, Dana Alokasi Umum dan bagian daerah dari bagi hasil pajak dan bukan pajak. Dimana disamping Dana Perimbangan tersebut pemerintah daerah memiliki sumber pendanaan sendiri berupa Pendapatan Asli Daerah, pinjaman daerah, maupun penerimaan daerah lain yang sah. Tujuan dari pemerintah pusat adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dan


(19)

menjamin tercapainya standar pelayanan publik di seluruh negeri, tetapi pada prakteknya transfer dari pemerintah pusat merupakan sumber dana utama pemerintah daerah untuk membiayai operasi utamanya sehari-hari yang dilaporkan di perhitungan APBD. Dana alokasi umum memegang peranan yang sangat dominan dibanding sumber dana yang lain seperti dana lokasi khusus, maupun dana kontijensi (penyeimbang). Dengan harapan Dana Alokasi Umum dapat digunakan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan pelayanan pada masyarakat sebagai tujuan dari desentralisasi yaitu untuk mempercepat pembangunan dan pemerataan hasil pembangunan, disamping tetap memaksimalkan potensi daerah untuk membiayai kebutuhan daerah.

Keadaan ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar dalam menyusun skripsi yaitu “Bagaimana pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah”


(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Pada penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Sebagai pengalaman dan bahan masukan bagi penulis dalam pemahaman bidang akuntansi sektor publik pada umumnya dan akuntansi keuangan daerah pada khususnya.

2. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan pemerintah Kabupaten untuk melihat efektivitas dan kinerja keuangan Pemerintah Daerah dalam mengelola sumber dana untuk digunakan membiayai aktivitas Pemkab Tapteng dalam penyusunan APBD.

3. Hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan bagi peneliti sejenis untuk menyempurnakan penelitian sejenis berikutnya.

D. Kerangka Konseptual

BELANJA DAERAH PENGALOKASIAN

DANA ALOKASI

UMUM (DAU)

PENDAPATAN ASLI

DAERAH (PAD): 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Bagian Laba Usaha

Daerah (BUMD) 4. Lain-lain Pendapatan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dana Alokasi Umum

1. Pengertian Dana Alokasi Umum

Menurut Brojonegoro dan C. Risyana dalam Sidik, dkk (2002:155), “Dana Alokasi Umum adalah transfer bersifat umum yang jumlahnya sangat signifikan dimana penggunaannya menjadi kewenangan daerah”.

Menurut Bastian (2003 : 84), “Dana Alokasi Umum adalah dana perimbangan dalam rangka untuk pemerataan kemampuan keuangan antar-daerah”.

Sedangkan menurut Halim (2002 : 160), ”Dana Alokasi Umum adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi”.

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa Dana Alokasi Umum memiliki jumlah yang sangat signifikan sehingga semua pemerintah daerah menjadikannya sebagai sumber penerimaan terpenting dalam anggaran penerimaannya dalam APBN. Oleh karena itu, Dana Alokasi Umum dapat dilihat sebagai respon pemerintah terhadap aspirasi daerah


(22)

untuk mendapatkan sebahagian kontrol yang lebih besar terhadap keuangan negara.

Tujuan Dana Alokasi Umum adalah untuk mengatasi ketimpangan fiskal keuangan antara pemerintah pusat dan ketimpangan horizontal antar pemerintah daerah karena ketidakmerataan sumber daya yang ada pada mesing-masing daerah.

Penggunaan Dana Alokasi Umum ditetapkan oleh daerah dimana pada bagian ini dianggarkan jumlah DAU sesuai dengan alokasi yang ditetapkan oleh pemerintah. Dalam perhitungannya DAU menggunakan formula yang menggunakan beberapa aspek seperti luas daerah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, indeks harga bangunan, dan jarak tingkat kemiskinan.

2. Sejarah Dana Alokasi Umum

a. Transfer dan Dana Alokasi Umum di Berbagai Negara

Berkembang

Model transfer pada satu negara tidak ada yang dapat digunakan secara mutlak di negara lainnya, hal ini disebabkan karena memang kebutuhan dan kondisi politik serta ekonomi yang terdapat pada masing-masing negara sangat mempengaruhi desain atau sistem transfer pusat ke daerah.


(23)

1. Cina

Negara Cina mengenal sistem desentralisasi keuangan baru setengah dekade terakhir, sebagai akibat perubahan sistem perencanaan yang terpusat ke perekonomian yang berbasis pasar. Cina merupakan Block Grant hanya pada provinsi sebesar 25% dari PPN, Pajak Bisnis, PPh BUMN, dan PPh Perorangan.

2. Filipina

Filipina berbentuk kesatuan dengan struktur pemerintahannya berlapis (multi tiered). Sejak tahun 1991 Filipina mengeluarkan undang-undang Local Government Code 1991. Didalam Code tersebut diatur bahwa Dana Alokasi Umum dialokasikan sebesar 23 % untuk provinsi, 23% untuk kota, dan 54% lagi untuk yang lainnya. Dana ini dialokasikan dari penerimaan dalam negeri sebesar 40%. Dana ini ditetapkan 20% untuk proyek-proyek pembangunan.

3. Afrika Selatan

Sistem pemerintahan di Afrika Selatan terdiri dari tiga lapis: Pusat, Provinsi, dan Daerah (lokal) dengan masing-masing memiliki kapasitas pendapatan yang berbeda. Negara ini mengenal sistem transfer sudah sejak lama, namun yang dianggap sukses mulai dikenalkan pada tahun 1997 untuk provinsi dan tahun 1998 untuk pemerintah daerah. Alokasi untuk provinsi lebih besar dibanding


(24)

alokasi untuk pemerintah daerah. Dana Block grant diambil dari anggaran nasional yang akan didistribusikan atas beberapa komponen, yaitu: 41% untuk pendidikan, 19% untuk kesehatan, 17% untuk jaminan kesejahteraan sosial, 8% aktivitas ekonomi, 7% berdasar jumlah penduduk, 3% komponen keterbelakangan, 5% bagi rata yang merupakan komponen institusional.

Sistem transfer di Indonesia yang ada saat ini merupakan hasil evolusi sepanjang kurun waktu 50 tahun sejak tahun 1945. Sistem ini mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah daerah. Karena sekitar dua per tiga pengeluarannya dibiayai melalui transfer yang diberikan oleh pemerintah pusat.

Secara umum, terdapat tiga jenis transfer di Indonesia, yaitu subsidi yang bertujuan mencukupi kebutuhan rutin terutama gaji, bantuan yang bertujuan untuk memberikan bantuan pembangunan baik yang bersifat umum maupun khusus, dan Daftar Isian Proyek (DIP). Subsidi dan bantuan dikategorikan sebagai bantuan antar tingkat pemerintahan (intergovernmental grants) sebab menjadi bagian dari anggaran pemerintah daerah. Sedang Daftar Isian Proyek diklarifikasikan sebagai dana yang mengalir ke daerah, namun tidak termasuk ke dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelum terbentuknya UU Nomor 32 Tahun 1956 tentang perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah, sistem subsidi yang dipakai adalah sistem sluit post, yaitu suatu bentuk subsidi yang memberikan


(25)

tunjangan sebesar selisih antara besarnya rencana pengeluaran dan penerimaan yang diajukan oleh daerah ke pusat. Namun dalam prakteknya pemberian tunjangan sangat bergantung pada kebijakan sepihak dari pemerintah pusat. Hal ini cukup menyulitkan karena daerah tidak dapat mengetahui atau mempunyai kepastian mengenai besarnya subsidi yang akan diberikan kepada daerah. Sejak tahun 1956, pola hubungan keuangan pemerintah pusat dan daerah mengalami perubahan dengan keluarnya UU Nomor 32 Tahun 1956. Secara konseptual pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah diterjemahkan ke dalam 3 hal utama, yaitu:

a. Penyerahan sumber pendapatan Negara kepada daerah

b. Pemberian bagian tertentu dari penerimaan berbagai pajak Negara kepada daerah

c. Memberi ganjaran, subsidi, dan sumbangan kepada daerah

Pemerintah pusat memberikan subsidi kepada daerah dengan kriteria alokasi dana yang didasarkan pada variabel-variabel yang justru tidak memiliki kaitan dengan tujuan utama bantuan tersebut. Sebagai akibatnya, bantuan pusat ini memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesenjangan pendapatan antar daerah. Sebahagian besar bantuan tersebut merupakan bantuan khusus, maka melalui konsep desentralisasi fiskal dalam UU No. 33/2004 lebih menekankan peranan dari bantuan yang bersifat umum (general purpose grant) yang dikenal sebagai Dana Alokasi Umum.


(26)

3. Tujuan dan Fungsi Dana Alokasi Umum

Ada beberapa alasan perlunya dilakukan pemberian Dana Alokasi Umum dari pemerintah pusat ke daerah, yaitu:

a. Untuk mengatasi permasalahan ketimpangan fiskal vertical. Hal ini disebabkan sebahagian besar sumber-sumber penerimaan utama di negara yang bersangkutan. Jadi pemerintah daerah hanya menguasai sebahagian kecil sumber-sumber penerimaan negara atau hanya berwenang untuk memungut pajak yang bersifat lokal dan mobilitas yang rendah dengan karakteristik besaran penerimaan relatif kurang signifikan.

b. Untuk menanggulangi persoalan ketimpangan fiskal horizontal. Hal ini disebabkan karena kemampuan daerah untuk menghimpun pendapatan sangat bervariasi, tergantung kepada kondisi daerah dan sangat bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki daerah tersebut.

c. Untuk menjaga standar pelayanan minimum di setiap daerah tersebut. d. Untuk stabilitas ekonomi. Dana Alokasi Umum dapat dikurangi di

saat perekonomian daerah sedang maju pesat, dan dapat ditingkatkan ketika perekonomian sedang lesu.

Sedang tujuan umum dari Dana Alokasi Umum adalah untuk: a. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal vertical


(27)

b. Meniadakan atau meminimumkan ketimpangan fiskal horizontal

c. Menginternalisasikan/memperhitungkan sebahagian atau seluruh limpahan manfaat/biaya kepada daerah yang menerima limpahan manfaat tersebut.

d. Sebagai bahan edukasi bagi pemerintah daerah agar secara intensif menggali sumber-sumber penerimaannya, sehingga hasil yang diperoleh menyamai bahkan melebihi kapasitasnya.

4. Kriteria Desain Transfer Dana Alokasi Umum dan Formula

Perhitungannya

a. Kriteria Desain Dana Alokasi Umum

Dalam desain Dana Alokasi Umum ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: sumber dana untuk alokasi DAU (ditributable

pool), formula distribusi, dan kondisionalitas (conditionality).

1. Sumber Dana

Satu ciri dari sistem transfer keuangan pusat ke daerah adalah stabilitas, disamping fleksibilitas. Hal ini tampak bertentangan tapi bukan tidak mungkin untuk dicapai, dan berkaitan dengan sumber dana. Secara mendasar berdasarkan praktek di banyak negara, ada tiga cara untuk menentukan berapa jumlah dana yang akan dialokasikan untuk transfer pusat dan daerah:

a. Proporsi tertentu dari penerimaan pemerintah, atau persentase tertentu dari APBD


(28)

b. Secara ad hoc yaitu transfer keuangan yang didesain oleh pemerintah pusat yang didasarkan pada antara lain alokasi prioritas nasional atau alokasi tambahan yang ditujukan untuk tujuan tertentu untuk satu tahun anggaran tertentu.

c. Berdasarkan formula yakni distribusi penerimaan ke daerah yang didasarkan kepada suatu formula tertentu atau mempertimbangkan faktor-faktor tertentu; by grant to reimburse cost: artinya transfer keuangan kepada daerah untuk membiayai satu jenis pengeluaran tertentu.

Misalkan sebagai proporsi dari pengeluaran spesifik atau dikaitkan dengan berbagai karakteristik umum daerah penerima transfer.

Dana Alokasi Umum dalam hal ini menggunakan cara yang pertama dan merupakan cara yang baik untuk menciptakan stabilitas bagi pemerintah daerah sekaligus fleksibilitas bagi pemerintah pusat. 2. Formula Distribusi

Faktor formula distribusi sangat penting dalam menghasilkan efek yang diharapkan bagi daerah sehingga formula yang tepat harus diusahakan. Maka transfer yang dapat dinegoisasikan sangat dihindarkan, apalagi sampai daerah bisa mempengaruhi faktor atau variabel yang dipakai dalam formula untuk kepentingannya.


(29)

3. Kondisionalitas

Dana Alokasi Umum adalah unconditional block grant, sehingga persyaratan serupa tidak ada. Seperti sudah diuraikan, tujuan utama Dana Alokasi Umum adalah untuk menjamin semua daerah memilki sumber dana dalam menyediakan pelayanan minimum dengan standar tertentu. Namun untuk penggunaan transfer bersyarat masih sangat kurang di Indonesia. Transfer ini sangat efektif digunakan sebagai sarana mencapai sasaran di berbagai sektor tertentu, misalnya : kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur dasar. Transfer ini cukup baik dalam rangka menciptakan pemerataan standar di pelosok-pelosok Indonesia.

Menurut Kadjatmiko dalam Sidik, dkk (2004 : 133) untuk desain transfer pusat ke daerah ada beberapa kriteria umum yang harus dipenuhi, antara lain :

a). Otonomi

Merupakan prinsip yang mendasari desentralisasi fiskal, apakah suatu negara itu berbentuk federal maupun kesatuan. Dengan otonomi berarti pemerintah daerah memiliki independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas belanja.

b). Penerimaan yang memadai (revenue adequaty)

Pemerintah daerah semestinya memiliki pendapatan (termasuk transfer) yang cukup untuk menjalankan segala kewajiban atau fungsi yang diembannya.


(30)

c). Keadilan (equity)

Besarnya dana transfer dari pusat ke daerah seharusnya berhubungan positif dengan kebutuhan fiskal daerah, dan sebaliknya berkebalikan dengan besarnya kapasitas fiskal daerah yang bersangkutan.

d). Transparan dan Stabil

Formula transfer harus diumumkan sehingga dapat diakses masyarakat, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa setiap daerah dapat memperkirakan berapa penerimaan totalnya termasuk transfer sehingga memudahkan penyusunan anggaran.

e). Sederhana (simplicity)

Alokasi dana kepada pemerintah daerah didasarkan pada faktor-faktor obyektif dimana unit-unit individual tidak memiliki kontrol atau tidak dapat mempengaruhinya. Disamping itu juga formula harus relatif mudah untuk dipahami.

f). Insentif

Desain transfer harus sedemikian rupa sehingga memberikan semacam insentif bagi daerah dengan manajemen fiskal yang baik, dan sebaliknya menangkal praktik-praktik yang tidak efisien.

b. Formula Perhitungan Dana Alokasi Umum

Dalam penyusunannya, rumus Dana Alokasi Umum mengacu pada beberapa prinsip dasar agar rumus yang dipakai memenuhi


(31)

beberapa aspek, seperti aspek legalitas hukum, aspek akademis, dan aspek implementasi di lapangan. Prinsip-prinsip tersebut adalah : 1. Norma hukum dalam UU nomor 33 tahun 2004

Undang-undang nomor 33 yang telah disetujui DPR menjadi dasar implementasi dana perimbangan. Oleh karena itu, dalam pembuatan rumus DAU harus memenuhi kaidah-kaidah dasar yang telah dicantumkan dalam UU No. 33 tahun 2004. Salah satu kaidah yang terpenting adalah bahwa Dana Alokasi Umum dialokasikan kepada daerah dengan menggunakan bobot daerah. Sementara itu bobot daerah itu sendiri harus dirumuskan dengan menggunakan suatu formula yang didasarkan atas pertimbangan kebutuhan dan potensi penerimaan daerah.

2. Hubungan antara kebutuhan dan potensi daerah harus jelas

Hubungan potensi dan kebutuhan daerah harus jelas. Daerah yang relatif lebih maju dan mampu berdiri sendiri bila dibandingkan dengan daerah lain, maka daerah bersangkutan akan memerlukan bantuan dari pusat yang relatif lebih kecil. Daerah yang lebih maju pada umumnya akan memiliki Pendapatan Asli Daerah dan atau bagi hasil pajak dan bukan pajak (sumber daya alam) yang relatif lebih besar. Oleh karena itu, dalam perumusannya formula Dana Alokasi Umum disepakati bahwa daerah yang akan memperoleh DAU adalah daerah yang memerlukan pembiayaan kebutuhan daerah, tetapi tidak mampu membiayai sendiri dengan kemampuan (potensi) yang ada.


(32)

Artinya Dana Alokasi Umum diberikan untuk membiayai selisih antara kebutuhan daerah dengan potensinya.

3. Rumus untuk menentukan alokasi DAU harus mudah dipahami dan logis

Rumus Dana Alokasi Umum didasarkan atas formula yang sederhana, mudah dipahami, dan juga mudah dihitung oleh daerah bila data tersedia. Selain itu rumus tersebut harus logis; artinya memenuhi kaidah-kaidah prinsip teori maupun UU No. 33 Tahun 2004, serta tidak mempertentangkan prinsip yang satu dengan yang lain (konsisten).

4. Rumus didasarkan atas variabel-variabel yang datanya tersedia akurat

Formula alokasi DAU harus memiliki variabel-variabel yang datanya terdapat di setiap daerah, dan selain itu data tersebut berasal dari sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan uraian di atas, maka alur pemikiran dalam penyusunan formula Dana Alokasi Umum dapat digambarkan dalam suatu bagan sebagai berikut:


(33)

Amanat UU 25/1999 Perimbangan keuangan

Pusat dan daerah

POTENSI PENERIMAAN

- Potensi industri - Potensi SDA - Potensi SDM - PDRB

KEBUTUHAN FISKAL

- Jumlah penduduk - Luas wilayah - Keadaan geografi - Penduduk miskin

VARIABEL POTENSI

- PDRB industri dan jasa - Bagi hasil DSA,PBB,BPHTB - PPh orang pribadi

VARIABEL KEBUTUHAN

- Jumlah penduduk - Luas wilayah - Kepadatan penduduk - Indeks harga bangunan - Property Gap atau jarak

kemiskinan

FORMULA DAU

Gambar 2.1

Proses penerapan variabel dan rumus DAU Sumber: Sidik, dkk, 2002

c. Potensi Penerimaan

Potensi penerimaan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan, terdiri atas variabel-variabel sebagai berikut :

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor sumber daya alam (primer)

Sektor-sektor yang termasuk dalam sumber daya alam ini adalah sektor yang diatur dalam UU No. 33 Tahun 2004 untuk dibagihasilkan ke daerah yaitu : kehutanan, perikanan, pertambangan, minyak dan gas. Variabel ini dipergunakan untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah kaya dengan daerah miskin sumber daya alam. Untuk


(34)

menunjukkan perbedaan antara satu daerah dengan daerah lain dalam sumber daya alam, dapat dibuat indeks SDA sebagai berikut :

Indeks SDA Daerah = [PDRB Sektor SDA Daerah / PDRB Daerah] [PDRB Sektor SDA Nasional / PDB Nasional]

2. PDRB sektor industri dan jasa lainnya (non-primer)

Sektor yang termasuk didalamnya adalah sektor-sektor yang tidak termasuk dalam sektor SDA. Variabel ini diperlukan untuk menunjukkan potensi penerimaan suatu daerah dari sumber-sumber yang berasal bukan dari bagi hasil SDA, seperti potensi PAD maupun bagi hasil pajak PBB. Untuk menunjukkan perbedaan potensi suatu daerah di sektor industri tertentu, dapat dilihat dengan Indeks Industri sebagai berikut :

Indeks Industri Daerah = [PDRB sektor non primer Daerah/PDRB Daerah] [PDB sektor non primer Nasional / PDB Nasional]

3. Besarnya Angkatan Kerja

Variabel ini untuk memperlihatkan perbedaan potensi daerah atas sumber daya manusianya. Suatu daerah yang memiliki sumber daya manusia yang besar secara relatif akan memiliki potensi penerimaan yang lebih baik, misalnya potensi penerimaan bagi hasil PPh perorangan, dan juga Pendapatan Asli Daerah. Untuk menunjukkan perbedaan potensi suatu daerah dari segi tenaga kerjanya dapat dibuat

Indeks SDM sebagai berikut :

Indeks SDM Daerah = [Angkatan Kerja Daerah / Populasi Daerah] [Angkatan Kerja Indonesia / Populasi Indonesia]


(35)

d. Kebutuhan Daerah

Kebutuhan daerah terdiri dari beberapa variabel berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 84 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk

Besarnya penduduk suatu daerah mencerminkan kebutuhan pelayanan yang diperlukan. Untuk menunjukkan perbedaan kebutuhan antara satu daerah dengan yang lain berdasarkan jumlah penduduk, dapat dibuat Indeks Beban Penduduk sebagai berikut :

Indeks Penduduk = Populasi Daerah

Rata-rata Populasi Daerah Secara Nasional

2. Luas Wilayah

Daerah dengan penduduk yang tidak padat, tetapi dengan memiliki cakupan wilayah yang luas, membutuhkan pembiayaan yang besar. Untuk menunjukkan perbedaan kebutuhan suatu daerah didasarkan atas luas wilayahnya digunakan Indeks Luas Wilayah sebagai berikut :

Indeks Luas Wilayah = Luas Daerah


(36)

3. Indeks Harga Bangunan

Indeks harga bangunan merupakan pencerminan dari kondisi geografis suatu daerah. Semakin sulit kondisi geografis suatu daerah, maka diperlukan pembiayaan lebih besar. Biaya konstruksi akan lebih mahal pada daerah-daerah pegunungan maupun daerah terpencil lainnya (seperti kepulauan yang tersebar) dibandingkan dengan daerah yang relatif di daratan. Oleh karena itu, biaya pelayanan pada daerah dengan kondisi geografis yang sulit semacam ini cenderung akan lebih besar. Indeks harga bangunan mampu menunjukkan tingkat kesulitan geografis daerah. Untuk menghitung perbedaan satu daerah dengan yang lain didasarkan atas indeks harga, digunakan Indeks Harga

Bangunan dengan rumusan sebagai berikut :

Indeks Harga Daerah = Indeks Konstruksi Daerah 100

4. Jumlah Penduduk Miskin

Target pelayanan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Dengan semakin banyaknya penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan, makin besar kebutuhan pembiayaan suatu daerah. Untuk menunjukkan perbedaan banyaknya orang miskin antara satu daerah dengan daerah lain digunakan Indeks kemiskinan relatif sebagai berikut :

Indeks Kemiskinan Relatif Daerah = Jumlah Penduduk Miskin Daerah Rata-rata Jumlah Penduduk Miskin Nasional


(37)

e. Penentuan Bobot dan Alokasi Daerah

Untuk menentukan bobot model suatu daerah dalam alokasi DAU, dipergunakan suatu formula yang mengikuti prinsip-prinsip dasar di atas. Prosedur penetapan bobot daerah dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Langkah Pertama, rumus DAU yang akan dibentuk didasarkan atas pemikiran bahwa alokasi DAU akan diberikan kepada daerah yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan potensi penerimaannya sendiri. Ini berarti bahwa besarnya kebutuhan Dana Alokasi Umum suatu daerah yang dinyatakan sebagai berikut :

Kebutuhan DAU = Kebutuhan Daerah – Potensi Penerimaan Daerah

b. Langkah Kedua, dilakukan perkiraan besarnya kebutuhan daerah, yang dalam hal ini diestimasi dengan menggunakan variabel-variabel kebutuhan yang telah disebutkan sebelumnya, dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Kebutuhan daerah =Pengeluaran daerah rata-rata x (I.Penduduk + I.Luas + I.Harga + I.Kemiskinanan)

4

c. Langkah Ketiga, memperkirakan besarnya potensi penerimaan daerah dengan menggunakan variabel-variabel potensi yang telah dijelaskan di atas. Pengeluaran daerah dihitung dengan cara sebagai berikut :


(38)

Potensi Penerimaan= Penerimaan Daerah Rata-rata = [Indeks Industri+Indeks SDA+Indeks SDM]

3

Yang dimaksud dengan penerimaan daerah rata-rata adalah total Pendapatan Asli Daerah ditambah dengan Bagi Hasil Pajak (BPH), dibagi dengan jumlah daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota).

d. Langkah Keempat, ditetapkan selisih antara kebutuhan setiap daerah dengan potensi penerimaan dari daerah. Bobot DAU dihasilkan dengan membandingkan kebutuhan DAU daerah bersangkutan terhadap total kebutuhan DAU.

Bobot DAU Daerah = Kebutuhan DAU Daerah

Total Kebutuhan

Dengan menggunakan bobot DAU setiap daerah yang diperoleh dari perhitungan di atas, maka besarnya alokasi DAU untuk setiap suatu kabupaten/kota ataupun provinsi dapat dihitung. Besarnya Dana Alokasi Umum ke suatu kabupaten/kota dihitung dengan mengalikan bobot kabupaten/kota bersangkutan dengan besarnya total dana DAU yang tersedia untuk kabupaten/kota. Total dana DAU untuk kabupaten/kota secara nasional adalah 90% dikalikan dengan 25% dari Penerimaan Dalam Negeri (PDN). Dengan demikian besarnya alokasi DAU untuk suatu kabupaten/kota adalah :

Alokasi DAU kabupaten/kota = 90% x 25% x PDN x bobot kabupaten/kota


(39)

adalah dana DAU yang tersedia untuk provinsi adalah sebesar 10% terhadap 25% dari PDN. Atau dengan rumus sebagai berikut :

Alokasi DAU provinsi = 10% x 25% x PDN x bobot provinsi

B. Pendapatan Asli Daerah

1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Menurut International Accounting Standard Commitee (IASC) Framework dalam Halim (2002 : 66) yang dimaksud dengan pendapatan adalah: “Penambahan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk, atau peningkatan asset/aktiva, atau pengurangan hutang/kewajiban yang mengakibatkan penambahan ekuitas dana, selain penambahan ekuitas dana yang berasal dari kontribusi peserta ekuitas dana”.

Menurut Halim (2004 : 67), “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendapatan Asli Daerah merupakan semua penerimaan yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah yang digunakan untuk membiayai keperluan daerah dalam pelaksanaan roda pemerintahan.


(40)

2. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah

Menurut Halim (2004 : 67) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dipisahkan menjadi empat jenis yaitu:

a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah

c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Berdasarkan UU No. 34 tahun 2000 tentang perubahan atas UU No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan retribusi daerah, “Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah”.

Ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam menciptakan pajak yaitu :

a. Bersifat sebagai pajak dan bukan retribusi

b. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan

kepentingan umum

c. Tidak berdampak negatif terhadap perekonomian

d. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Pajak daerah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pajak. Penerimaan dari sektor ini meliputi:


(41)

a. Pajak Kendaraan Bermotor

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor d. Pajak Kendaraan di Atas Air

e. Pajak Air di Bawah Tanah f. Pajak Air Permukaan

Tarif pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang Pajak daerah adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Daftar Tarif Pajak Daerah

No Pajak Provinsi Tarif

Maksimum (%) Tarif Final (%) N o Pajak Kabupaten/Kota Tarif Maksimum 1 Pajak kendaraan bermotor

a.Pajak kendaraan bermotor

bukan umum

b.Kendaraan bermotor umum c.Kendaraan bermotor alat-alat

berat

5% 1,5% 1,0% 0,5%

1 Pajak Hotel 10%

2 Pajak kendaraan di atas air 5% 1,5% 2 Pajak Restoran 10%

3 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor:

a.Penyerahan Pertama

• Kendaraan bermotor bukan

umum

• Kendaraan bermotor umum

• Kendaraan alat-alat berat

dan alat-alat besar b.Penyerahan Kedua dst:

• Kendaraan bermotor bukan

umum

• Kendaraan bermotor umum

• Kendaraan alat-alat berat

dan alat-alat besar c.Penyerahan karena warisan:

• Kendaraan bermotor bukan

umum

• Kendaraan bermotor umum

• Kendaraan alat-alat berat

dan alat-alat besar

10% 10% 10% 3% 1% 1% 0,3% 0,1% 0,1% 0,03%


(42)

No Pajak Provinsi Tarif Maksimum (%) Tarif Final (%) N o Pajak Kabupaten/Kota Tarif Maksimum 4 Bea Balik Nama Kendaraan

Bermotor di atas air: • Penyerahan pertama • Penyerahan kedua • Penyerahan karena warisan

10% 5% 1% 0,1%

4 Pajak Reklame 25%

5 Pajak bahan bakar kendaraan

bermotor

5% 5 Pajak Penerangan

Jalan

10% 6 Pajak pengambilan dan

pemanfaatan air bawah tanah

20% 6 Pajak Pengambilan

Bahan Galian Gol. C

20%

7 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air permukaan

10% 7 Pajak Parkir 20%

Sumber: Saragih, 2003

Sedangkan jenis pajak kabupaten/kota menurut UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi daerah terdiri atas:

a. Pajak Hotel b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame

e. Pajak Penerangan Jalan

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Parkir

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah yang tidak hanya didasarkan atas objeknya, tetapi juga berdasarkan perbedaan atas pendekatan tarif. Penerimaan ini meliputi:

a. Retibusi pelayanan kesehatan

b. Retribusi pemakaian kekayaan daerah c. Retribusi pasar grosir dan atau pertokoan


(43)

d. Retribusi penjualan produksi usaha daerah e. Retibusi izin trayek kendaraan penumpang f. Retribusi air

g. Retribusi jembatan timbang h. Retribusi kelebihan muatan

i. Retribusi perizinan pelayanan dan pengendalian

Menurut Halim (2004 : 68), hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini meliputi Objek Pendapatan berikut:

a. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah b. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank c. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank d. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi

Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah. Jenis pendapatan ini meliputi Objek Pendapatan berikut:

a. Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan b. Penerimaan jasa giro.

c. Penerimaan bunga deposito

d. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

e. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah (TP-TGR).


(44)

C. Belanja Daerah

1. Pengertian dan Jenis Belanja Daerah

Menurut IASC Framework (Halim, 2002 : 73), “Biaya atau belanja daerah merupakan penurunan dalam manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar, atau deplasi aset, atau terjadinya hutang yang mengakibatkan berkurangnya ekuitas dana, selain yang berkaitan dengan distribusi kepada para peserta ekuitas dana”.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, “Belanja daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih”.

Menurut Halim (2002 : 68), “Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode anggaran”.

Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima kelompok yaitu:

a. Belanja Administrasi Umum

Belanja Administrasi Umum adalah semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Belanja administrasi umum terdiri atas empat jenis, yaitu:

1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai.


(45)

2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan publik.

3. Belanja Perjalanan Dinas, merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik.

4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung dengan pelayanan publik.

b. Belanja Operasi, Pemeliharaan sarana dan Prasarana Publik

Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik. Kelompok belanja ini meliputi:

1. Belanja Pegawai, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk orang/personel yang berhubungan langsung dengan suatu aktivitas atau dengan kata lain merupakan belanja pegawai yang bersifat variabel.

2. Belanja Barang, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.

3. Belanja Perjalanan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk biaya perjalanan pegawai yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik.


(46)

4. Belanja Pemeliharaan, merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah yang mempunyai hubungan langsung dengan pelayanan publik.

c. Belanja Modal

Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang menfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi:

1. Belanja Publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara langsung oleh masyarakat umum. Contoh belanja publik yaitu pembangunan jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian mobil ambulans.

2. Belanja aparatur yaitu belanja yang menfaatnya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat akan tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur. Contoh belanja aparatur: pembelian kendaraan dinas, pembangunan gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.

d. Belanja Transfer

Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan meupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Kelompok belanja ini terdiri atas pembayaran:


(47)

1. Angsuran Pinjaman 2. Dana Bantuan 3. Dana Cadangan

e. Belanja Tak Tersangka

Belanja tak tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah untuk membiayai kegiatan-kegiatan tak terduga dan kejadian-kejadian luar biasa.

2. Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah

dalam Belanja Pemerintah Kabupaten

Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pendanaan belanja bagi pemerintah daerah disamping sumber-sumber pendapatan yang lain. Dana Alokasi Umum merupakan dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada pemerintah daerah untuk membiayai pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dapat dikatakan sebagai sumber utama yang membiayai belanja daerah karena jumlahnya yang signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa posisi Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah memegang peranan yang sangat vital dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonomi dalam kerangka kesatuan Republik


(48)

Indonesia. Sedangkan otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini berarti otonomi menjadi hal yang sangat penting bagi daerah. Otonomi diberikan kepada daerah kota dan daerah kabupaten didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Kondisi ini ditujukan untuk peningkatan pelayanan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan, dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antara daerah.

Sesuai dengan kriteria transfer pusat ke daerah point otonomi dijelaskan bahwa pemerintah daerah harus memiliki independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas mereka. Tidak boleh ada pembatasan yang sedemikian ketat sehingga sebahagian besar keputusan di daerah harus mengikuti atau mengacu kepada ketentuan pusat. Demikian juga halnya dalam pengalokasian pendapatan daerah dalam hal ini Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam APBD.

Pemerintah daerah memiliki kebebasan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang dianggap penting oleh daerah. Sehingga dengan demikian merupakan suatu hal yang biasa apabila prioritas belanja antara satu daerah dengan daerah yang lain berbeda satu


(49)

sama lainnya. Prioritas belanja daerah akan sangat dipengaruhi oleh rencana strategis pemerintah daerah. Rencana Strategis merupakan gambaran apa yang diinginkan pemerintah daerah atau kota di masa yang akan datang, sehingga rencana strategis (RENSTRA) memegang peranan dalam menentukan struktur dan arah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).


(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah yang beralamat di Jl. Imam Bonjol No. 18 Pandan, Tapteng dan penelitian dilakukan mulai bulan Mei.

B. Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif eksploratif, dimana penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berasal dari pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah kemudian menguraikannya secara keseluruhan.

C. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data Primer adalah data yang diambil dari pengamatan langsung dan diolah peneliti, yang diperoleh dari wawancara yang dilakukan terhadap manajer unit kerja pemerintah daerah (kepala dinas dan ketua badan), kepala bagian keuangan pemerintah daerah.

2. Data Sekunder adalah data yang diambil langsung dari Pemkab Tapteng tanpa pengolahan lebih lanjut, baik data yang bersifat kualitatif maupun data kuantitatif, berupa dokumen APBD, struktur pemerintahan, dan sejarah kota.


(51)

D. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yang dilakukan terdiri dari: 1. Wawancara

Yaitu dengan melakukan tanya jawab secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dengan penyediaan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

2. Dokumentasi

Yaitu metode pengumpulan data dan informasi melalui buku-buku, jurnal, internet, dan dokumen-dokumen lain yang mendukung penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif, yakni data yang data-data penelitian yang diperoleh dari perusahaan disusun, dan dibandingkan dengan literatur-literatur serta dianalisa kemudian diuraikan secara rinci untuk mencari penyelesaiannya.


(52)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitan

1. Sejarah Singkat dan Aktivitas Kabupaten Tapanuli Tengah

a. Sejarah Singkat

Keresidenan Tapanuli ditentukan dengan dikeluarkannya staadblad no. 193 tahun 1884 oleh pemerintahan Belanda. Pada saat itu dibagi menjadi empat afdeling, salah satunya adalah afdeling Sibolga yang meliputi empat Onder Afdeling yaitu Sibolga dan sekitarnya, Distrik Batang Toru, Barus, Pakkat serta Singkil.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Dr. Ferdinand Lumbantobing ditetapkan menjadi Residen pertama Tapanuli untuk membentuk daerah otonom bawahan yang berkedudukan di Tarutung oleh Gubernur Sumatera Mr. T. Mohd. Hasan pada tanggal 15 Oktober 1945.

Pada tahun 1946 Tapanuli Tengah mulai dibentuk kecamatan-kecamatan untuk menggantikan sistem pemerintahan Onder Distrik Afdeling pada masa pemerintahan Belanda. Kecamatan pertama kali dibentuk ialah Kecamatan Sibolga, Lumut, dan Barus. Kemudian berdasarkan perintah Residen Tapanuli pada tahun 1947 kecamatan Sorkam ditetapkan.

Dengan Undang-Undang Darurat No. 7 tahun 1956, Sumatera Utara dibentuk Daerah Otonom Kabupaten. Salah satu kabupaten yang


(53)

disebutkan dalam Undang-Undang Darurat tersebut adalah Tapanuli Tengah. Pada saat itu, pusat pemerintahan Tapanuli Tengah berada di kecamatan Sibolga. Padahal sejak tahun 1956 pula, kota Sibolga sudah menjadi daerah otonom. Hal ini menyebabkan Kota Sibolga sangat identik bagaikan satu mata uang dua sisi dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, dan baru pada tahun 1998 nama Ibukota Tapanuli Tengah berubah dari Sibolga menjadi Pandan.

Secara administratif Kabupaten Tapanuli Tengah di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Hum. Hasundatan, sebelah barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Propinsi NAD, dan sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan. Dengan luas wilayah 6.194,98 km2 dengan jumlah penduduk 275.836 jiwa. Kabupaten Tapanuli Tengah berada pada letak 1o11’00” – 2o22’0” LU dan 98o07’ – 98o12’ BT.

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah yang pada saat ini dipimpin oleh Drs. Tuani Lumbantobing sebagai Bupati dan Jamaluddin Pohan sebagai Wakil Bupati berupaya keras untuk membangun wilayah yang terdiri dari 15 kecamatan, 140 desa / 20 kelurahan.

Luas Wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan 2005, dapat dilihat pada tabel berikut :


(54)

Tabel 4.1

Luas Wilayah, jumlah desa, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Tahun 2005

Jumlah/Number of No. Kecamatan/ District Luas Wilayah/ Land Area

(km2)

Desa/ Kelurahan Village/ Urban Village Penduduk/ Population Kepadatan Penduduk/ Population Density (Jiwa/Km2 )

1 Pinangsori 78.32 7 18,895 241

2 Badiri 129.49 9 19,952 154

3 Sibabangun 439.99 13 26,828 61

4 Pandan 62.23 11 56,079 901

5 Tukka 148.92 8 11,803 79

6 Tapian Nauli

83.01 9 19,114 230

7 Sitahuis 50.52 6 4,790 95

8 Kolang 400.65 12 16,567 41

9 Sorkam 116.25 14 15,526 134

10 Sorkam Barat

147.94 15 20,699 140

11 Barus 84.83 18 19,781 233

12 Sosor Gadong

143.14 9 12,398 87

13 Andam Dewi

122.42 13 13,587 111

14 Manduamas 99.55 9 17,954 180

15 Sirandorung 87.72 7 12,151 139

Tapanuli Tengah 2,194.98 160 286,124 130

Sumber : Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah, 2005.

b. Aktivitas Daerah

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai tindak lanjut dengan diberlakukannya Undang No. 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999, memberikan implikasi kepada Kabupaten Tapanuli Tengah untuk mampu mengemban tanggung jawab dan


(55)

wewenang yang luas, baik dalam urusan pemerintahan, maupun dalam pengelolaan pembangunan dengan tetap berpedoman kepada motto “SAHATA SAOLOAN”.

Adapun visi dari Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah yaitu “ Menjadi Pusat Pertumbuhan dan Lalu Lintas Perdagangan serta Wisata Bahari di Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara, Singkil dan Sinabang”. Hakekat yang terkandung dalam visi sebagai berikut :

1. Pusat Pertumbuhan dan Lalu Lintas Perdagangan

Kawasan pusat pertumbuhan dan pintu gerbang arus peredaran dan jual beli komoditi dan jasa dari daerah hinterland ke antar daerah maupun antar negara (ekspor dan impor) dengan memanfaatkan fasilitas Pelabuhan Cargo dan Bandara Pinangsori.

2. Pusat Pertumbuhan dan Lalu Lintas Perdagangan Pesona wisata keindahan pantai, laut dan bawah laut. 3. Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara

Daerah pendukung kegiatan pusat pertumbuhan dan lalu lintas perdagangan Kabupaten Tapanuli Tengah, meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Sibolga, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Mandailing Natal dan Kabupaten Nias.

Dalam mewujudkan visi tersebut, maka disusunlah misi yang merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan instansi pemerintah dan sasaran yang ingin dicapai, pernyataan misi membawa organisasi kepada


(56)

suatu fokus yang harus dilaksanakan sesuai dengan visi yang telah ditetapkan, misi Kabupaten Tapanuli Tengah adalah :

1. Mewujudkan kepemerintahan yang baik (Good Governance).

2. Pemberdayaan Potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam sebagai kekuatan sosial ekonomi yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

3. Mendorong percepatan pembangunan untuk mendukung pertumbuhan dan lalu lintas perdagangan serta wisata bahari.

4. Meningkatkan mutu pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. Muncul suatu gagasan dan semangat baru dari Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah untuk tidak saja mengembangkan daerah kabupatennya saja, tetapi juga sekaligus membangun wilayah Pantai Barat secara keseluruhan, yang melibatkan Kota Sibolga, Nias, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing, Natal, Padang Sidempuan, Toba Samosir, Dairi dan Singkil dari Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Untuk mewujudkan gagasan tersebut, tidak kurang Gubernur Sumatera Utara, Bapak T. Rizal Nurdin, mengukuhkan program tersebut melalui pembentukan Forum Kerjasama Bersama Pantai Barat (FKBPB), pada tanggal 26 Maret 2002 yang ditandatangani tujuh Kabupaten dan Kota tersebut yang diharapkan Kabupaten Dairi, Toba Samosir dan Singkil (NAD) dapat berpartisipasi aktif. Rencana Pembangunan Kawasan Strategik ini kemudian dikenal dengan nama “TAPANULI GROWTH”.


(57)

Adapun kegiatan pembangunan yang dilakukan guna mendukung Tapanuli Growth yaitu :

1. Pembangunan Kawasan Strategis Labuan Angin

2. Pembangunan PLTU Batu Bara 2 x 115 MWb Labuan Angin

3. Pengembangan Bandara Dr. FL. Tobing dan Pembangunan Terminal Cargo Bandara

4. Pembangunan PLTA Sipan Sihaporas 49 MW

5. Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Tapanuli Tengah di Pandan 6. Peningkatan jalan strategis dari dan ke kabupaten/Daerah Hinterland 7. Pengembangan objek wisata bahari dan wisata alam

8. Pengembangan kawasan Pulau Mursala

9. Pengembangan objek wisata pemandangan alam Puncak Anugrah

Bonan Dolok

Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan maka konsep Tapanuli Growth menerapkan strategi pengembangan kawasan yang terintegrasi yaitu :

Menciptakan satu kesatuan ekonomi di kawasan barat Sumatera Utara. Dengan strategi ini maka pengembangan satu sektor harus diikuti dengan pengembangan di sektor lainnya demikian juga pengembangan di salah satu kabupaten/kota harus diikuti oleh pengembangan di kabupaten/kota lainnya yang terkait.


(58)

2. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah

a. Struktur Organisasi Pemerintahan Kabupaten

Penyusunan struktur organisasi dalam suatu organisasi sangat penting dilakukan guna mempermudah pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola-pola tata hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berada dalam suatu struktur organisasi.

Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarnisasi, koordinasi dalam pembuatan keputusan dalam satuan kerja. Hubungan dan kerjasama dalam organisasi dapat diketahui secara jelas dengan melihat struktur organisasi.

Struktur organisasi pemerintah kabupaten pada umumnya tidak jauh berbeda, demikian juga halnya dengan pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah yang berbentuk garis dan staf. Bupati sebagai pemimpin tertinggi didalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Sekretaris Daerah dan asisten didalam menjalankan roda pemerintahan. Bupati dan Sekretaris Daerah selanjutnya dibantu oleh dinas dan lembaga teknis ditambah Camat yang membawahi kecamatan.


(59)

Dalam organisasi pemerintah kabupaten perangkat yang ada dibentuk berdasarkan pertimbangan-pertimbangan :

• Kewenangan pemerintah yang dimiliki;

• Karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah;

• Kemampuan keuangan daerah;

• Ketersediaan sumber daya aparatur;

• Perkembangan pola kerjasama antar daerah dan/atau dengan pihak ketiga.

b. Uraian Tugas Pemerintah Kabupaten

Dalam pelaksanaan organisasi pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah mempunyai unsur pelaksana yaitu Sekretariat Daerah yang merupakan unsur staf Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. Sekretaris Daerah menyelenggarakan fungsi :

1. Pengkoordinasian perumusan kebijakan pemerintah daerah 2. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan

3. Pengelolaan sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana Pemerintah Daerah

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Organisasi Sekretariat Daerah terdiri dari : a. Asisten Sekretaris Daerah


(60)

Asisten Sekretaris Daerah adalah unsur staf yang membantu pelaksanaan fungsi Sekretaris Daerah dan mengendalikan pelaksanaan tugas-tugas Bagian.

b. Bagian

Setiap bagian dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Asisten Sekretaris Daerah. c. Sub Bagian

Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bagian.

3. Pendekatan, Penyusunan, Format, dan Klasifikasi APBD

Dalam penyusunan APBD, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah menggunakan format yang sesuai dengan Kepmendagri No. 29 Tahun 2002.

Kebijakan akuntansi dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah terutama dalam penyusunan Laporan Aliran Kas dan Neraca Daerah adalah sebagai berikut :

a. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah mengacu pada format yang disajikan pada Kepmendagri No. 29 Tahun 2002. b. Masa pembukuan adalah 1 (satu) tahun anggaran yang dimulai pada 1

Januari dan 31 Desember.

c. Mata uang yang digunakan adalah Rupiah, Valuta asing dikonversi berdasarkan nilai kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.


(61)

4. APBD Kabupaten Tapanuli Tengah

Sesuai dengan penyusunan yang berlaku pada masa penyusunannya, maka APBD kabupaten Tapanuli Tengah menggunakan format berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD.

Berikut ini merupakan ringkasan perubahan APBD Kabupaten Tapanuli Tengah dari tahun 2004-2006:

Tabel 4.2

Ringkasan APBD Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2004-2006

Kode Rek.

Uraian 2004 2005 2006

2 3 4 5

1. PENDAPATAN

1.1 PENDAPATAN ASLI

DAERAH

5.288.398.000 5.697.235.000 7.373.114.500

1.1.1 Pajak Daerah 1.622.291.000 1.760.278.000 2.208.873.000

1.1.2 Retribusi Daerah 1.109.814.000 1.294.164.000 1.347.292.500

1.1.3 Bagian Laba Usaha Daerah 0 0 1.037.000.000

1.1.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

2.556.293.000 2.642.793.000 2.779.949.000

1.2 DANA PERIMBANGAN 165.098.813.000 188.073.005.354 280.553.768.501

1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

13.590.813.000 16.082.191.344 18.387.749.637

1.2.2 Dana Alokasi Umum 134.817.000.000 153.475.000.000 226.435.000.000

1.2.3 Dana Alokasi Khusus 12.210.000.000 12.571.380.010 25.398.518.864

1.2.4 Bagi Hasil Pajak dan Bantuan Keuangan dari Propinsi

4.481.000.000 5.944.434.000 10.332.500.000

1.3 LAIN-LAIN

PENDAPATAN YANG SAH

6.450.463.000 5.940.000.000 0

Jumlah Pendapatan 176.837.674.000 199.710.240.354 287.926.883.001

2 BELANJA

2.1 APARATUR DAERAH 46.304.512.895 66.252.929.215 78.637.115.193

2.1.1 BELANJA

ADMINISTRASI UMUM

37.994.897.455 44.090.455.015 61.191.758.525

2.1.1.1 Belanja Pegawai/Personalia 22.002.311.010 22.778.578.143 37.950.690.025

2.1.1.2 Belanja Barang dan Jasa 11.391.288.690 14.678.189.322 13.052.232.050

2.1.1.3 Belanja Perjalanan Dinas 2.288.260.000 3.116.910.000 5.680.932.000

2.1.1.4 Belanja Pemeliharaan 2.313.037.755 3.516.777.550 4.507.904.450

2.1.2 BELANJA OPERASI DAN

PEMELIHARAAN


(62)

Kode Rek.

Uraian 2004 2005 2006

2.1.2.2 Belanja Barang dan Jasa 3.857.286.800 8.912.459.200 7.179.995.043

2.1.2.3 Belanja Perjalanan Dinas 556.631.200 492.005.000 1.614.925.000

2.1.2.4 Belanja Pemeliharaan 0 21.016.000 77.557.000

2.1.3 BELANJA MODAL 2.679.995.000 6.920.539.000 6.216.430.135

2.1.5 BELANJA TIDAK

TERSANGKA

207.582.440 0 0

2.2 PELAYANAN PUBLIK 158.163.856.074 149.710.976.739 232.300.081.274

2.2.1 BELANJA

ADMINISTRASI UMUM

67.854.745.028 69.038.018.104 95.647.953.800

2.2.1.1 Belanja Pegawai/Personalia 63.594.812.500 62.159.736.336 89.020.972.500

2.2.1.2 Belanja Barang dan Jasa 3.453.334.378 5.137.222.340 5.485.419.350

2.2.1.3 Belanja Perjalanan Dinas 160.674.000 610.624.000 204.840.000

2.2.1.4 Belanja Pemeliharaan 645.924.150 1.130.435.428 936.721.950

2.2.2 BELANJA OPERASI DAN

PEMELIHARAAN

11.341.452.377 22.374.376.353 31.101.104.774

2.2.2.1 Belanja Pegawai/Personalia 1.746.328.780 2.872.327.158 3.608.367.500

2.2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 5.904.261.072 10.234.250.195 18.442.106.124

2.2.2.3 Belanja Perjalanan Dinas 1.420.009.600 2.335.850.000 2.880.165.000

2.2.2.4 Belanja Pemeliharaan 2.270.852.925 6.931.949.000 6.170.466.150

2.2.3 BELANJA MODAL 67.594.332.669 40.236.913.810 95.363.673.290

2.2.4 BELANJA BAGI HASIL

DAN BANTUAN KEUANGAN

11.373.326.000 16.138.064.000 9.631.225.000

2.2.5 BELANJA TIDAK

TERSANGKA

0 1.923.604.472 556.124.410

Jumlah Belanja 204.468.368.969 215.963.905.954 310.937.196.467

SURPLUS/DEFISIT (27.630.694.969) (16.253.665.600) (23.010.313.466)

3 PEMBIAYAAN

3.1 PENERIMAAN DAERAH 28.080.694.969 40.515.665.600 27.846.013.466

3.1.1 Sisa lebih perhitungan tahun yang lalu

15.418.694.969 20.515.665.600 2.146.013.466

3.1.2 Transfer dari Dana Cadangan

0 0 0

3.1.3 Penerimaan Pinjaman dan

Obligasi

12.662.000.000 20.000.000.000 25.700.000.000

3.1.4 Hasil Penjualan Asset Daerah yang Dipisahkan

0 0 0

Jumlah Penerimaan Daerah 28.080.694.969 40.515.665.600 27.846.013.466

3.2 PENGELUARAN

DAERAH

450.000.000 24.262.000.000 23.010.313.466

3.2.1 Transfer ke Dana Cadangan 0 0 0

3.2.2 Divestasi Saham dan

Penyertaan Modal

450.000.000 3.600.000.000 4.835.700.000

3.2.3 Pembayaran Utang Pokok

yang Jatuh Tempo

0 20.662.000.000 0

3.2.4 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan

0 0 0

Jumlah Pengeluaran Daerah 450.000.000 24.262.000.000 4.835.700.000

Jumlah Pembiayaan 27.630.694.969 16.253.665.600 23.010.313.466


(63)

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah kenaikan pendapatan, belanja dan pembiayaan APBD kabupaten Tapanuli Tengah dari tahun 2004-2006. Adapun pendapatan yang diterima pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 176.837.674.000 dan pada tahun 2005 sebesar Rp 199.710.240.354, maka dapat diketahui terdapat kenaikan pendapatan sebesar Rp 22.872.566.354 atau sebesar 112.9% sedangkan dari tahun 2005 ke tahun 2006 yang pendapatannya Rp 287.926.883.001 mengalami kenaikan sebesar Rp 88.216.642.647 atau sebesar 144,1%. Belanja untuk tahun 2004 adalah sebesar Rp 204.468.368.969 dan tahun 2005 adalah sebesar Rp

215.963.905.954 berarti mengalami kenaikan sebesar Rp 11.495.536.985 atau sebesar 105,6%, dan dibandingkan dengan belanja pada tahun 2006 sebesar Rp 310.937.196.467, berarti mengalami kenaikan 143,9% atau sebesar Rp 94.973.290.513. Walaupun demikian, pembiayaan mengalami perubahan yang jauh berbeda dari tahun ke tahun, pembiayaan pada tahun 2004 dibandingkan dengan tahun 2005 mengalami penurunan sebesar Rp 11.377.029.369 atau sebesar 58,8%. Sedangkan pada tahun 2005 ke tahun 2006 pembiayaan mengalami kenaikan sebesar Rp 6.756.647.866 atau sebesar 141,6%.

Surplus atau defisit dapat dilihat dari selisih antara pendapatan dan belanja yang terjadi pada tahun 2004-2006. Pada tahun 2004 belanja yang dianggarkan adalah sebesar Rp 204.468.368.969 dan anggaran pendapatan APBD pada tahun tersebut adalah sebesar Rp 176.837.674.000, maka terjadilah defisit sebesar Rp 27.630.694.969. Akan tetapi apabila


(64)

dibandingkan dengan realisasi belanja dan pendapatan untuk tahun 2004 maka jumlah defisit ini akan berubah sesuai dengan jumlah realisasinya, dimana jumlah realisasi belanja pada tahun tersebut adalah sebesar Rp 204.276.665.267 dan realisasi pendapatan adalah sebesar Rp 191.622.971.643,91, maka defisit pada tahun 2004 adalah sebesar Rp 12.653.693.623,09.

Begitu juga pada tahun 2005, belanja yang dianggarkan adalah sebesar Rp 215.963.905.954 sedangkan anggaran pendapatannya adalah sebesar Rp 199.710.240.354, mengakibatkan defisit sebesar Rp 16.253.665.600. akan tetapi pada tahun 2005 mengalami surplus sebesar Rp 8.443.407.147,65 yang berasal dari pengurangan realisasi belanja sebesar Rp 191.571.989.209 dengan realisasi pendapatan sebesar Rp 200.015.396.356,65, hal ini dikarenakan realisasi belanja lebih kecil dibanding dengan realisasi pendapatan.

Untuk tahun 2006 terjadi defisit sebesar Rp 23.010.313.466 yang didapat dari perhitungan pengurangan antara anggaran belanja sebesar Rp 310.937.196.467 dengan anggaran pendapatan sebesar Rp 287.926.883.001. Akan tetapi jumlah realisasi defisitnya adalah sebesar Rp 42.281.322.198.84 yang berasal dari pengurangan antara realisasi belanja sebesar Rp 257.096.867.396,95 dengan realisasi pendapatan sebesar Rp299.378.189.595,79.


(65)

Tabel 4.3

Perbandingan Realisasi dan Anggaran Tahun 2004-2006

No URAIAN TAHUN ANGGARAN REALISASI

1 PENDAPATAN 2004 176.837.674.000 191.622.971.643,91

2005 199.710.240.354 200.015.396.356,65

2006 287.926.883.001 299.378.189.595,79

2 BELANJA 2004 204.468.368.969 204.276.665.267,00

2005 215.963.905.954 191.571.989.209,00

2006 310.937.196.467 257.096.867.396,95

3 SURPLUS/

DEFISIT 2004 (27.630.694.969) (12.653.693.623,09)

2005 (16.253.665.600) 8.443.407.147,65

2006 (23.010.313.466) 42.281.322.198.84

Sumber: APBD Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2004-2006

Apabila Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah mengalami defisit maka untuk menanggulangi kekurangan tersebut diambil dari dana pembiayaan yaitu dari sisa perhitungan tahun yang lalu. Apabila terjadi defisit maka besarnya hanya boleh 3% dari PDRB (Pendapatan Regional Domestik Bruto. Dan apabila dibandingkan dengan APBD mulai tahun 2004-2006 adalah

= PDRB x 100% Total Pendapatan Daerah

Maka dengan demikian dapat diketahui bahwa defisit anggaran mulai 2004-2006 tetap dibawah defisit anggaran yaitu 3%.


(66)

5. Kebijakan Tentang Pengalokasian Dana Alokasi Umum dalam Belanja pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah

Di era reformasi yang ditandai dengan dikeluarkannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, pemerintah daerah sebagai daerah otonom memiliki kebebasan dalam menggunakan Anggaran ke arah yang dianggap pemerintah kota memiliki prioritas yang diutamakan sesuai dengan Renstra dan kesepakatan bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah masing-masing.

Pada pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam APBD terhadap belanja daerah ditetapkan berdasarkan kebijakan dari pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah yakni 70% dialokasikan untuk belanja pegawai, 30% untuk belanja barang dan jasa serta belanja modal.

Berikut ini adalah pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam belanja pada pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah untuk tahun 2004-2006, disertai dengan persentasenya.


(67)

Tabel 4.4

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam Belanja

KETERANGAN 2004 % 2005 % 2006 %

1 2 3 4 5 6 7

DANA ALOKASI UMUM

134.817.000.000 153.475.000.000 226.435.000.000

BELANJA : 1. APARATUR DAERAH

32.219.045.531 23.9 51.379.754.168 33.49 59.205.999.114 26.15

Belanja Adm.Umum 26.556.200.575 19.70 34.192.552.189 22.28 46.071.364.548 20.35

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

3.789.685.939 2.81 11.820.260.521 7.71 8.454.275.220 3.73

Belanja Modal 1.873.159.017 1.39 5.366.941.458 3.50 4.680.359.346 2.07

Belanja Tidak Tersangka

0 - 0 - 0 -

2. PELAYANAN PUBLIK

102.597.954.468 76.1 102.095.245.831 66.51 167.229.000.885 73.85

Belanja Adm. Umum 47.426.479.333 35.18 53.539.616.142 34.88 72.013.484.398 31.80

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

7.927.008.738 5.88 17.351.534.043 11.30 23.416.067.301 10.34

Belanja Modal 47.244.466.397 35.04 31.204.095.646 20.33 71.799.449.186 31.71

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

0 - 0 - 0 -

Belanja Tidak Tersangka

0 - 0 - 0 -

Jumlah Belanja 134.817.000.000 100 153.475.000.000 100 226.435.000.000 100

Sumber : APBD Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2004-2006

Dalam laporan perhitungan APBD atau laporan realisasi anggaran pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah disajikan perincian pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah. Yang secara terperinci dapat dilihat :


(68)

Tabel 4.5

Peranan DAU dan PAD Dalam Pendapatan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah

PEMERINTAH KABUPATEN TAPANULI TENGAH

KETERANGAN

2004 2005 2006 PENDAPATAN ASLI

DAERAH

5.288.398.000 5.697.235.000 7.373.114.500

DANA ALOKASI UMUM

134.817.000.000 153.475.000.000 226.435.000.000

JUMLAH

PENDAPATAN NON UKP

176.837.674.000 199.710.240.354 287.926.883.001

PERSENTASE PAD (%) 2,99 2,85 2,56

PERSENTASE DAU (%) 76,23 76,84 78,64

Sumber : APBD Kabupaten Tapanuli Tengah 2004-2006

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa Dana Alokasi Umum memiliki peranan yang sangat besar sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah dimana persentasenya antara 76,23 % s/d 78,64 %. Hal ini memperlihatkan jumlah yang sangat signifikan dalam pembentukan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah.

6. Kebijakan Tentang Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah dalam

Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah

Pengalokasian Pendapatan Daerah terutama untuk pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam APBD, pemerintah daerah memiliki kebebasan yang penuh dalam menentukan prioritas belanja yang dianggap penting oleh daerah sehingga pemerintah daerah harus memiliki independensi dan fleksibilitas dalam menentukan prioritas-prioritas daerah.


(69)

Berdasarkan tabel 4.5 pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah pada tahun anggaran 2004-2006 menunjukkan peningkatan penerimaan PAD. Tahun 2004 memiliki PAD sebesar Rp 5.288.398.000, Rp 5.697.235.000 (2005) dan Rp 7.373.114.500, untuk tahun 2006 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Dari data ini dapat dilihat bahwa Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berusaha mengoptimalkan PAD sebagai sumber penerimaan.

Prioritas belanja akan sangat dipengaruhi oleh rencana strategis pemerintahan daerah. Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam APBD terhadap belanja daerah pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah ditetapkan berdasarkan kebijakan pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah yakni 100% dialokasikan untuk belanja pegawai anggota DPRD dan belanja barang dan jasa.

Berikut ini adalah pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dalam belanja pada pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah untuk tahun

2004-2006, disertai dengan persentasenya. Tabel 4.6

Pengalokasian Pendapatan Asli Daerah (PAD) dalam Belanja

KETERANGAN 2004 % 2005 % 2006 %

1 2 3 4 5 6 7

PENDAPATAN ASLI DAERAH

5.288.398.000 5.697.235.000 7.373.114.500

BELANJA : 1. APARATUR DAERAH

1.872.605.562 35.41 2.242.403.085 39.36 2.680.959.434 36.36

Belanja Adm Umum

1.638.748.925 30.99 1.666.350.740 29.25 2.265.272.997 30.72

Belanja Operasi dan Pemeliharaan

233.856.637 4.42 576.052.345 10.11 415.686.437 5.64

Belanja Modal 0 - 0 - 0 -

Belanja Tidak Tersangka

0 - 0 - 0 -


(1)

Pekerjaan Umum juga mendapat alokasi yang besar dari Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian dan pembahasan mengenai Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah dalam belanja pemerintah kabupaten Tapanuli Tengah melaui perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah berusaha mengoptimalkan PAD dan DAU sebagai sumber penerimaan, hal ini dapat dilihat dari penerimaan PAD dan DAU yang mengalami peningkatan pada tahun anggaran 2004-2006.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Tapanuli Tengah dari tahun ke tahun selalu mengalami defisit hal ini terlihat dari perhitungan APBD tahun 2004-2006, hal ini diakibatkan jumlah belanja lebih besar dibanding dengan pendapatan.

3. Untuk tahun anggaran 2004-2006 Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah lebih memprioritaskan pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk bidang Pendidikan dan Kebudayaan, dan juga bidang Administrasi Umum dan Pemerintahan dan bidang Pekerjaan Umum.


(3)

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah penulis kemukakan sebelumnya, maka penulis menawarkan beberapa saran sesuai dengan topik yang dibahas dalam skripsi ini, yaitu:

1. Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah sebaiknya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sehingga dapat melaksanakan efisiensi dalam hal pembelanjaan yang dapat mengurangi defisit pada APBD Kabupaten Tapanuli Tengah.

2. Perlunya Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah melakukan optimalisasi pemungutan pajak dan retribusi daerah yang disesuaikan dengan kondisi geografis daerah. Tetapi dengan tetap menjaga agar tidak menimbulkan high cost economics dengan pemungutan yang berlapis dan terlalu berlebihan.

3. Dalam hal pengalokasian DAU dan PAD Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah sebaiknya memperhatikan semua bidang agar pengalokasian DAU dan PAD dapat dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan karena realisasi APBD setiap tahunnya selalu mengalami surplus maka pendapatan daerah yang ada sebaiknya lebih dioptimalkan lagi pemanfaatannya. Terutama dalam hal perhubungan dan pariwisata, seperti diketahui bahwa sedang dilaksanakannya pembangunan di Kabupaten Tapanuli Tengah terutama untuk membangun 68 desa yang tertinggal, faktor yang menyebabkan ketertinggalan desa tersebut adalah terbatasnya


(4)

maju disebabkan jalur transportasi yang perbaikannya belum selesai sampai saat ini, kepadatan penduduk relatif rendah dan tersebar, serta belum optimalnya dukungan dari daerah terkait untuk mengembangkan wilayah ini.

4. Pemerintah kabupaten perlu menambah Sumber Daya Manusia yang memahami keuangan yang dapat diperoleh melalui perekrutan pegawai dengan kualifikasi di bidang akuntansi yang memadai serta melakukan pelatihan-pelatihan yang cukup agar perhitungan yang diperlukan lebi-h cepat dan lebih mudah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2003. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, Pusat Pengembangan Akuntansi Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Halim, Abdul, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi 3 Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan Daerah; Akuntansi Sektor Publik. Edisi Revisi: Salemba Empat, Jakarta.

Saragih, Juli Panglima, 2003. Desentralisasi fiskal dan Keuangan Daerah

Dalam Otonomi, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta

Sidik, Machfud, B. Raksana Mahi, Robert Simanjuntak, & Bambang Brojonegoro, 2002, Dana Alokasi Umum-Konsep Hambatan, dan

Prospek di Era Otonomi Daerah, Penerbit Buku Kompas, Jakarta.

Sidik, Machfud, Djoko Hidayanto, Tjip Ismail, Kadjatmiko, Arlen T. Pakpahan, & Adriansyah, 2004, Bunga Rampai Desentralisasi Fiskal, Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, Jakarta.

Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi, Edisi Ketiga, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan

Keuangan Daerah, Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 104 tahun 2000 tentang Dana

Perimbangan.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 Tentang Pajak

Daerah.

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 84 tahun 2001 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 Tentang Dana Perimbangan.


(6)

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 34 tahun 2000, tentang Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 tahun 2003 tentang Kewenangan

Daerah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah.

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan Pendapatan lain-lain yang Dianggap Sah Terhadap Belanja Pemerintahan Daerah : Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Propinsi Sumatera Utara.

7 108 82

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Jumlah Penduduk Dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Belanja Daerah Pada Pemda Di Sumatera Utara

0 46 101

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Belanja Langsung Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Di Provinsi Jambi

1 37 98

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Karo

13 325 66

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pemerintahan Kabupaten Labuhanbatu

1 40 81

Pengaruh Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Dana Alokasi Umum (DAU) Pada Pemerintahan Kota Tanjung Balai

2 42 103

Pengalokasian Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Belanja Pada Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah

1 45 82

Pengalokasian Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Dalam Belanja Pemerintah Kota Di Sumatera Utara

3 30 131

Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Terhadap Belanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Variabel Moderator (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota Sumatera Utara Tahun 2010-2014)

2 38 106

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Provinsi se Indonesia

0 36 72