Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan jaman secara tidak langsung didukung oleh perkembangan media yang digunakan untuk berkomunikasi. Dengan adanya arus informasi dengan menggunakan media komunikasi, maka perkembangan yang ada akan semakin mudah untuk diteruskan hingga kebelahan dunia yang lain. Informasi- informasi maupun peristiwa-peristiwa yang terjadi di penjuru dunia pun dapat diakses dengan mudah. Pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. Perpaduan antara jumlah komunikan yang besar dalam komunikasi massa dengan keterbukaan dalam memperoleh pesan-pesan komunikasi, erat sekali hubungannya dengan sifat heterogenitas komunikan. Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai berbagai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup, derajat kehormatan, kekuasaan serta pengaruh Effendy, 1993:81-82. Seorang komunikator tidak akan dapat mengasumsikan bahwa sebuah pesan akan mempunyai ketepatan makna untuk semua penerima pesan atau terkadang pesan tersebut mempunyai makna yang sama pada semua penerima pesan. Proses menerima dan menafsirkan pesan pada banyak model komunikasi Universitas Sumatera Utara sering disebut penyandian-balik decoding. Proses ini melibatkan persepsi atau meliputi rangsangan perasaan dan proses informasi selanjutnya. Seseorang berinteraksi dengan orang lain didahului oleh persepsi sosial, yaitu persepsi mengenai orang lain. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Kemudian penginderaan merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima, yaitu alat indera. Namun proses tidak berhenti pada tahap ini. Pada umumnya, stimulus diteruskan oleh saraf sensorik ke otak sebagai pusat susunan saraf dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi, yaitu orang menyadari apa yang diinderanya Walgito, 2007:25. Kontes kecantikan yang bernama Puteri Indonesia merupakan ajang pemilihan puteri-puteri “terbaik” Indonesia yang kemudian akan menjadi duta pariwisata, budaya, dan sosial. Kontes ini diadakan sejak tahun 1992 oleh Yayasan Puteri Indonesia yang juga disponsori oleh perusahaan kecantikan Mustika Ratu. Parameter penilaian dalam kontes kecantikan Puteri Indonesia adalah 3 B, yaitu brain kecerdasan, beauty berpenampilan menarik, dan behaviour berperilaku baik. Hal ini menjadi salah satu alasan ketertarikan masyarakat terhadap kontes Puteri Indonesia. Selain itu banyak alasan lainnya diantaranya seorang Puteri Indonesia akan aktif dalam kegiatan sosial dan mengikuti kontes Puteri Indonesia merupakan ajang untuk aktualisasi diri. http:belajarislam.commateri-belajarmuslimah648-catatan-untuk-kontes- kecantikan-puteri-indonesia Ajang pemilihan Puteri Indonesia dilaksanakan setiap tahun. Pada tahun 2009 ini ajang tersebut kembali diselenggarakan pada tanggal 9 Oktober 2009 di , diakses November 2009. Universitas Sumatera Utara Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Pada malam grandfinal, Qory Sandioriva, kelahiran Jakarta, 18 tahun, mahasiswi semester satu Sastra Perancis Universitas Indonesia, utusan Nanggroe Aceh Darussalam NAD dinobatkan sebagai Putri Indonesia 2009. Qory mampu menembus tahap 10 besar. Memberikan jawaban yang meyakinkan ketika diberikan pertanyaan oleh dewan juri, Qory pun mampu beranjak ke babak 5 besar. Penampilannya yang terjaga akhirnya mampu membawanya ke babak akhir. Mendampingi Puteri Sumatera Barat Zukhriatul Hafizah dan Puteri Maluku Utara Ayu Pratiwi, Qory melangkah ke menuju tahap 3 besar. Di tahap akhir ini, Qory akhirnya mampu membuktikan kemampuan dirinya secara meyakinkan dengan menjawab pertanyaan dari dewan juri. Akhirnya, Qory pun diumumkan menjadi pemenang gelar Puteri Indonesia 2009. Yang tentunya akan mewakili Indonesia Ajang Miss Universe 2010. Sementara itu, Puteri Sumatera Barat Zukhriatul Hafizah terpilih sebagai wakil Puteri Indonesia I dan Puteri Maluku Utara Ayu Pratiwi terpilih sebagai wakil Puteri Indonesia II. Untuk pertama kalinya, wakil dari Provinsi Aceh terpilih sebagai Putri Indonesia. Dan untuk wakil Puteri Indonesia I dan wakil Puteri Indonesia II akan mewakili Indonesia di kontes ajang kecantikan bertaraf internasional lainnya. Berselang sehari setelah penobatan Puteri Indonesia 2009 pada tanggal 9 Oktober 2009, ditemukan beberapa tanggapan dari hasil kemenangan tersebut. Terutama menyangkut fakta bahwa pemenang kali ini merupakan delegasi dari provinsi Serambi Mekah yang secara otonomi telah menjalankan syariat Islam. Qory Sandioriva dalam ajang kali ini telah mematahkan tradisi utusan Nanggroe Universitas Sumatera Utara Aceh Darussalam NAD untuk mengenakan jilbab selama berkompetisi. Hal ini pun sepertinya telah menimbulkan isu bahwa perempuan cantik tersebut rela melepaskan jilbabnya demi mengenakan selempang bertuliskan Puteri Indonesia 2009. Namun ada pula yang mengatakan bahwa dari awal Qory memang tidak mengenakan penutup kepala tersebut dalam kesehariannya. Namun belakangan kemenangan Qory dalam ajang pemilihan tersebut mendatangkan protes dari beberapa kalangan khususnya masyarakat Aceh. Hal ini karena Qory tampil tanpa memakai jilbab padahal seperti diketahui bahwa provinsi Nanggroe Aceh Darussalam NAD yang diwakilinya justru identik dengan pelaksanaan syariat Islam. Selama ini masyarakat selalu bergelut dengan pro dan kontra terhadap keikutsertaan Indonesia yang mengirimkan perwakilan dalam ajang kontes kecantikan tingkat internasional salah satunya yakni ajang Miss Universe. Dimana dalam ajang tersebut juga terdapat sesi pemakaian bikini baik dalam bentuk pemotretan maupun berjalan di atas panggung. Terutama sekali, yang sering menjadi sensasi adalah mengenai pengenaan bikini yang dianggap sangat melewati budaya ketimuran dan juga banyak dikaitkan dengan nilai ke-Islaman yang cenderung tertutup dalam berbusana. Miss Universe merupakan sebuah kontes kecantikan yang awalnya merupakan cara Pacific Mills untuk mempromosikan produk pakaian renang Catalina mereka pada 1952 http:id.wikipedia.orgwikiMiss_Universe, diakses November 2009. Pada tahun 1996, Donald Trump membeli hak kepemilikan kontes ini yang kemudian ditayangkan CBS dan pada 2003 beralih ke NBC. Miss Universe merupakan acara yang prestisius terutama bagi penduduk kawasan Amerika Latin. Universitas Sumatera Utara Pada tahap awal, peserta Miss Universe mengikuti kontes di negaranya masing-masing dan kemudian memegang gelar Miss negara tersebut seperti Miss Canada atau Miss U.S.A. dan kemudian dikirim mengikuti kontes Miss Universe yang diadakan oleh Organisasi Miss Universe atau biasanya dikenal dengan Miss Universe Organizations. Karena berbagai macam situasi, jumlah negara peserta selalu berubah; ada yang keluar dan ada yang baru ikut serta. Beberapa peserta baru antara lain: pada tahun 2004 yakni Ethiopia, Georgia, Vietnam. Tahun 2005 yaitu Latvia dan Kazakhstan, dan disusul keikuisertaan Montenegro, Serbia, Tanzania pada tahun 2007 dan Kosovo di tahun 2008. Indonesia sendiri mulai mengikuti ajang ini tahun 1995. Meskipun tidak rutin setiap tahun, tetapi Indonesia termasuk cukup aktif berpartisipasi. Tampilnya wanita Indonesia berbikini dianggap tidak mewakili budaya Indonesia sendiri. Karena mendapat protes dan kritik keras, untuk beberapa lama, Indonesia absen dan hanya cukup puas menjadi penonton saja. Namun, semenjak satu dekade belakangan ini, seiring dengan perkembangan jaman dan dukungan sebagian masyarakat, kembali Indonesia aktif mengirimkan wakilnya ke ajang ini. Pengiriman wakil Indonesia bertujuan memperkenalkan Bangsa Indonesia yang ramah tamah dan kaya akan budaya daerah yang indah. Poinnya : dengan Miss Universe ini, wakil dari Indonesia juga berperan mempromosikan bangsa Indonesia supaya lebih dikenal luas sekaligus memperbaiki citra buruk bangsa apalagi dengan merosotnya angka pariwisata karena gencarnya promosi negatif yang selalu dikaitkan dengan terorisme. Universitas Sumatera Utara Sedangkan negara yang selalu ikutserta pada ajang Miss Universe sejak 1952 adalah Perancis, Jerman, AS, dan Kanada. Menurut penyelenggara, para peserta baik di tingkat negara maupun dunia, dinilai bukan hanya dari kecantikannya namun termasuk juga kepandaiannya dan sopan santunnya yang dikenal juga dengan 3B yaitu Brain, Beauty, dan Behavior kecerdasan, kecantikan, dan perilaku. Pada ajang ini, kontestan yang dipilih untuk masuk ke babak semifinal ialah sebanyak 15 besar. Namun pada tahun 2006, jumlah kontestan yang terpilih adalah 20 orang. Dalam perjalanannya, kontes Miss Universe tersebut ternyata lebih populer daripada kontes Miss America sehingga TV nasional AS pada saat itu memutuskan untuk menggabungkan Miss Universe dengan Miss America. Jadilah pemenang Miss America tingkat nasional ‘dikirim’ untuk mengikuti kontes Miss Universe yang lebih tinggi tingkatannya. Maka, dilihat dari latar belakang penyelenggaraannya, adalah tidak mungkin seorang peserta menghindari keberadaan benda bernama bikini untuk menempel di tubuhnya, apapun itu alasannya. Menarik sekali bila melihat bagaimana persepsi para mahasiswa dalam menanggapi keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang Miss Universe. Sebagaimana diketahui bahwa sebagian besar para kontestan pada ajang-ajang seperti itu masih berstatus mahasiswa dan merupakan kaum intelektual bangsa. Setiap individu akan mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam menanggapi suatu peristiwa tergantung pada pengetahuan, kepentingan, latar belakang budaya dan lain sebagainya. Universitas Sumatera Utara Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi sensory stimuli Rakhmat, 2005:51. Dalam hal menanggapi keterlibatan Indonesia dalam ajang seperti Miss Universe tersebut perlu untuk dipilah dan dicermati standar apa yang patut untuk diterapkan. Akan sangat ruwet bila mencampuradukkan berbagai pandangan dengan pijakan yang berbeda-beda pula. Dan bisa dipastikan, hal ini tidak akan menemukan titik akhir namun hanya digiring oleh perubahan budaya yang bergulir. Bila dilihat dari segi moralitas semata dan efektivitas, maka acara demikian bisa dianggap tidak penting karena lebih bersifat hiburan sesaat. Karena, hampir sangat sedikit sekali orang yang masih ingat siapa Puteri Indonesia tahun 2000 atau Miss Universe tahun 1995. Kalaupun namanya masih diingat orang, mantan puteri kecantikan tersebut sudah pasti tidak punya kekuasaanwewenang berharga lagi dibanding dulu saat ia berstatus juara. Secara moralitas juga banyak yang menganggap bahwa acara itu hanyalah ajang komersialisasiindustrialisasi perempuan, mengkritik penggunaan bikini. Namun segi positifnya dari ajang Puteri Kecantikan tersebut. Puteri “terbaik” Indonesia dapat mengembangkan potensi dirinya, merupakan kesempatan untuk mempromosikan pariwisata negara Indonesia, dan membina hubungan baik dengan negara-negara asing. Kriteria pemilihan yang didasarkan 3B Brain, Beauty, Behavior juga memungkinkan perempuan-perempuan untuk bersaing secara sehat meraih impiannya sendiri. Pemakaian busana khas daerah yang Universitas Sumatera Utara digunakan masing-masing peserta di Miss Universe juga dapat mengenalkan pada khalayak dunia akan indahnya kebudayaan kita. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya keikutsertaan wakil Indonesia dalam Miss Universe selalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Masyarakat yang pro mendukung karena ajang ini membawa nama Indonesia untuk dapat tampil ke ajang tingkat dunia. Namun kalangan yang kontra mempermasalahkan acara Miss Universe hanya ajang pamer aurat yang jauh dari adat budaya ketimuran. Polemik ini akan terus berlanjut setiap kali Indonesia mengirim wakilnya pada kontes Miss Universe. Perdebatan ini juga tidak pernah selesai karena setiap orang selalu mempunyai alasan dan ukuran-ukuran norma yang berbeda. Pemerintah yang dalam hal ini berfungsi mengatur ukuran norma juga tidak mengambil sikap tegas. Tidak melarang tetapi juga tidak secara resmi mendukung. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, apapun yang kita lakukan dan sikap apapun yang kita tunjukkan sudah selayaknya juga memberikan kontribusi positif bagi kemajuan bangsa. Berdasarkan uraian yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap keikutsertaan puteri Indonesia pada ajang miss universe.

1.2 Perumusan Masalah