Persepsi Para Guru Menonton Tayangan Ajang Pencarian Bakat Little Miss Indonesia Di SCTV (Studi Deskriptif Kualitatif)

(1)

PERSEPSI PARA GURU MENOTON TAYANGAN AJANG

PENCARIAN BAKAT LITTLE MISS INDONESIA DI SCTV

(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Para Guru Yayasan Perguruan

Budaya Medan Menonton Tayangan Ajang Pencarian Bakat Little Miss Indonesia Di SCTV)

SKRIPSI

EFRAT C SIPAHUTAR

100904135

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

MEDAN


(2)

PERSEPSI PARA GURU MENOTON TAYANGAN AJANG

PENCARIAN BAKAT LITTLE MISS INDONESIA DI SCTV

(Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Persepsi Para Guru Yayasan

Perguruan Budaya Medan Menonton Tayangan Ajang Pencarian

Bakat Little Miss Indonesia Di SCTV)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Sumatera Utara

Diajukan oleh Efrat Christin Sipahutar

100904135

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh

Nama : Efrat C Sipahutar

NIM : 100904135

Judul Skripsi : PERSEPSI PARA GURU MENONTON TAYANGAN AJANG PENCARIAN BAKAT LITTLE MISS INDONESIA DI SCTV (Studi Deskriptif Kualitatif)

Medan, 8 Februari 2014

Pembimbing Ketua Departemen

Dr. Iskandar Zulkarnain, M.Si Dra. Fatma Wardy Lubis M.A, NIP : 196609031990031004 NIP:196208281987012001

Dekan FISIP USU

Prof. Drs. Badaruddin, M.Si NIP: 196805251992031002


(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun diujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbuki melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya

bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Efrat C Sipahutar Nim : 100904135

Tanda Tangan: ……… Tanggal: Februari 2014


(5)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Efrat C Sipahutar NIM : 100904135 Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif ( Non- ekslusif Royalti- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

PERSEPSI PARA GURU MENONTON TAYANGAN AJANG PENCARIAN BAKAT LITTLE MISS INDONESIA DI SCTV (Studi Deskriptif Kualitatif) beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan ). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data ( database ), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Februari 2014 Yang Menyatakan


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas berkat, bimbingan dan kekuatan serta anugerah semangat yang senantiasa diberikanNya dari hari ke hari sehingga penulis dapat menyelesaikan skrispsi ini.

Ucapan terima kasih tak terhingga penulis persembahkan kepada ayah (Ferry Eden Sipahutar) dan ibu (Marta br Kaban) saya tercinta yang telah banyak memberikan dukungan moral, materil, doa-doa yang senantiasa dipanjatkan mengiringi tiap langkah dalam hidup penulis. Kepada saudara kandung saya abang (Pison Hawila Sipahutar), kakak (Tigris Asyur Sipahutar), maupun adik (Gihon Kusy Nubia Sipahutar) yang telah banyak memberikan dukungan.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu pemenuhan syarat kelulusan penulis dari FISIP USU terutama Departemen Ilmu Komunikasi. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bimbingan, nasehat serta dukungan dari berbagai pihak. Maka kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik

2. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis M.A, selaku ketua Departemen Ilmu Komunikasi USU

3. Bapak Drs. Iskandar Zulkarnain M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah membantu dan membimbing penulis selama masa penyusunan skripsi (keramahan dan perhatian Bapak, penulis merasa nyaman ketika bimbingan skripsi)

4. Ibu Yovita , selaku Dosen wali penulis

5. Semua dosen komunikasi maupun dosen-dosen USU lainnya yang pernah membimbing penulis dalam setiap mata kuliah


(7)

6. Bapak Zakaria, MSP selaku pembantu dekan 1 FISIP USU

7. Kak Maya, Kak Cut, Kak Ros, Pak Tangkas atas segala bantuannya di bidang administrasi perkuliahan

8. Para guru Yayasan Perguruan Budaya Medan yang mau berbagi waktu kesibukan mengajarnya

9. Sahabat-sahabat yang sudah berbagi waktunya untuk bercerita pengalaman selama bersama

10.Seluruh teman-teman seperjuangan di Ilmu Komunikasi stambuk 2010 yang tidak dapat disebutkan satu per satu

11.Senior-senior Komunikasi yang telah memberi arahan dalam menyusun skripsi ini

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan pemikiran kepada pembacanya,

Medan, Februari 2014 Penulis,


(8)

UNIVERSITAS SUMTERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Efrat C Sipahutar

NIM : 100904135

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : PERSEPSI PARA GURU MENONTON

TAYANGAN AJANG PENCARIAN BAKAT LITTLE MISS INDONESIA DI SCTV (Studi Deskriptif Kualitatif)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian dari persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Deoartemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

MajelisPenguji

KetuaPenguji : ( ………. )

NIP.

Penguji : ( ……... )

NIP.

Penguji Utama : ( ……...… )

NIP.

Ditetapkan di Medan Tanggal : Februari 2014


(9)

Abstrak

Dengan adanya tayangan ajang Little Miss Indonesia yang merupakan salah satu tayangan ajang pencarian bakat yang diikuti oleh finalis anak-anak perempuan yang masih berusia berkisar 3-7 tahun. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan, support dan pembelajaran yang humanis. Tetapi akibatnya anak tersebut kehilangan kesempatan untuk tumbuh berkembang secara wajar dalam hal fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Usia mereka adalah seharusnya menikmati masa bermain, belajar, bergembira, dan mendapatkan kedamaian, bukan menjalani proses belajar yang menyita konsentrasi tinggi. Namun berdasarkan konteks sosial, ajang Little Miss Indonesia dapat menghasilkan interpretasi positif, yaitu dapat menjadi ajang pengembangan bakat dan meningkatkan potensi anak, melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu studi yang memusatkan diri secara intensif, menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Dalam penelitian ini peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut kemudian dicari sebab–sebabnya yang sesungguhnya bilamana terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Informan dalam penelitian ini adalah para guru Yayasan Perguruan Kebudayaan Medan, khususnya para guru yang pernah menonton tayangan ajang Little Miss Indonesia. Informan dipilih sebanyak 10 orang. Penelitian diambil dari semua total populasi guru yang masih aktif. Penelitian ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil. Saat penelitian jumlah para guru TK dan SD Yayasan Perguruan Medan yang diwawancarai peneliti sebanyak 10 orang. Pengambilan data yang dijadikan sampling sebanyak 10 orang, karena data yang diperoleh hampir semua sama, Data akan diperoleh dari total sampling jenuh yang dapat memberikan kelengkapan dan kedalaman informasi yang sesuai dengan keperluan bagi pemahaman masalahnya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin mengetahui persepsi informan terhadap tayangan tersebut secara keseluruhan, mengetahui respon-respon yang timbul terhadap tampilan finalis anak-anak dalam tayangan Little Miss Indonesia. Maka dari itu yang menjadi informan dalam penelitian ini dengan melihat persepsi para guru mengenai tayangan tersebut yang setiap informannya memiliki latar belakang identitas berbeda dan mengajar dalam bidang studi yang berbeda pula untuk diwawancari secara mendalam.

Hasil penelitian terhadap kesepuluh informan menyatakan bahwa tayangan Little Miss Indonesia ini menampilkan anak-anak perempuan yang berbeda karakter serta suasana panggungnya yang sangat kental dengan nuansa anak-anak perempuan. Ajang pencarian bakat anak yang marak digelar stasiun-statiun televisi sangatlah positif, karena bisa menjadi media bagi anak untuk menyalurkan dan mengembangkan bakatnya. Namun disadari atau tidak, penampilan finalis anak perempuan menanamkan budaya modernisasi. Peran serta arahan orang tua bahkan para guru mereka disinilah yang sangat penting.

Kata kunci :

Tayangan Little Miss Indonesia SCTV, Perspektif Budaya, Persepsi, Agenda Setting


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... v

ABSTRAKSI... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Perumusan Masalah... 8

I.2.1 Pembatasan Masalah... 8

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian... 8

I.4 Kajian Pustaka... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Komunikasi... 17

II.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi... 19

II.1.2 Prinsip Komunikasi... 21

II.1.3 Bentuk-bentuk Komunikasi... 22

II.2 Komunikasi Perspektif Budaya... 23


(11)

II.4 Persepsi... 26

II.4.1 Faktor-faktor Mepengaruhi Persepsi... 29

II.4.2 Proses Persepsi... 30

II.5 Komunikasi Massa... 32

II.5.1 Ciri-ciri Komunikasi Massa... 33

II.5.2 Fungsi Komunikasi Massa... 35

II.6 Media Massa Televisi... 36

II.6.1 Karakteristik Media Massa ... 37

II.6.2 Bentuk-bentuk Media Massa... 38

II.6.3 Sejarah Televisi... 39

II.6.4 Perkembangan Televisi di Indonesia... 40

II.6.5 Daya Tarik Televisi... 41

II.6.6 Program Televisi... 41

II.6.6.1 Program Acara Little Miss Indonesia SCTV... 43

II.6.7 Dampak Acara Televisi... 45

II.7 Agenda Setting... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metode Penelitian... 48

III.1.1 Paradigma Penelitian... 48

III.1.2 Tradisi Penelitian Kualitatif... 51

III.1.3 Objek Penelitian... 52

III.1.4 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian... 52

III.1.3 Kerangka Analisis ... 53

III.1.4 Teknik Pengumpulan Data... 54

III.1.5 Keabsahan Data... 55


(12)

BAB IV PEMBAHASAN

IV.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data... 57

IV.2 Penyajian dan Analisis Data... 57

IV.2.1 Informan Pertama... 58

IV.2.2 Informan Kedua... 59

IV.2.3 Informan Ketiga ... 59

IV.2.4 Informan Keempat... 60

IV.2.5 Informan Kelima... 61

IV.2.6 Informan Keenam... 62

IV.2.7 Informan Ketujuh... 62

IV.2.8 Informan Kedelapan... 63

IV.2.9 Informan Kesembilan... 64

IV.2.10 Informan Kesepuluh...,... 65

IV.3 Pembahasan... 66

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan... 68

V.2 Saran... 69

DAFTAR REFRENSI... 70


(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomer Judul Halaman

1.1 Model Teoretis 16

2.1 Variabel psikologis di antara rangsangan dan tanggapan 30 3.1 Proses Komunikasi Televisi 42 4.1 Model Analisis Interaktif 53


(14)

Abstrak

Dengan adanya tayangan ajang Little Miss Indonesia yang merupakan salah satu tayangan ajang pencarian bakat yang diikuti oleh finalis anak-anak perempuan yang masih berusia berkisar 3-7 tahun. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan, support dan pembelajaran yang humanis. Tetapi akibatnya anak tersebut kehilangan kesempatan untuk tumbuh berkembang secara wajar dalam hal fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Usia mereka adalah seharusnya menikmati masa bermain, belajar, bergembira, dan mendapatkan kedamaian, bukan menjalani proses belajar yang menyita konsentrasi tinggi. Namun berdasarkan konteks sosial, ajang Little Miss Indonesia dapat menghasilkan interpretasi positif, yaitu dapat menjadi ajang pengembangan bakat dan meningkatkan potensi anak, melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu studi yang memusatkan diri secara intensif, menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat objek tertentu. Dalam penelitian ini peneliti harus mengumpulkan data setepat-tepatnya dan selengkap-lengkapnya dari kasus tersebut kemudian dicari sebab–sebabnya yang sesungguhnya bilamana terdapat aspek-aspek yang perlu diperbaiki. Informan dalam penelitian ini adalah para guru Yayasan Perguruan Kebudayaan Medan, khususnya para guru yang pernah menonton tayangan ajang Little Miss Indonesia. Informan dipilih sebanyak 10 orang. Penelitian diambil dari semua total populasi guru yang masih aktif. Penelitian ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil. Saat penelitian jumlah para guru TK dan SD Yayasan Perguruan Medan yang diwawancarai peneliti sebanyak 10 orang. Pengambilan data yang dijadikan sampling sebanyak 10 orang, karena data yang diperoleh hampir semua sama, Data akan diperoleh dari total sampling jenuh yang dapat memberikan kelengkapan dan kedalaman informasi yang sesuai dengan keperluan bagi pemahaman masalahnya. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin mengetahui persepsi informan terhadap tayangan tersebut secara keseluruhan, mengetahui respon-respon yang timbul terhadap tampilan finalis anak-anak dalam tayangan Little Miss Indonesia. Maka dari itu yang menjadi informan dalam penelitian ini dengan melihat persepsi para guru mengenai tayangan tersebut yang setiap informannya memiliki latar belakang identitas berbeda dan mengajar dalam bidang studi yang berbeda pula untuk diwawancari secara mendalam.

Hasil penelitian terhadap kesepuluh informan menyatakan bahwa tayangan Little Miss Indonesia ini menampilkan anak-anak perempuan yang berbeda karakter serta suasana panggungnya yang sangat kental dengan nuansa anak-anak perempuan. Ajang pencarian bakat anak yang marak digelar stasiun-statiun televisi sangatlah positif, karena bisa menjadi media bagi anak untuk menyalurkan dan mengembangkan bakatnya. Namun disadari atau tidak, penampilan finalis anak perempuan menanamkan budaya modernisasi. Peran serta arahan orang tua bahkan para guru mereka disinilah yang sangat penting.

Kata kunci :

Tayangan Little Miss Indonesia SCTV, Perspektif Budaya, Persepsi, Agenda Setting


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Konteks Masalah

Televisi merupakan salah satu media massa yang dapat menyebarkan informasi secara cepat dan serentak keseluruh penjuru tanah air. Televisi memiliki potensi yang sangat besar dari pada media elektronik lainnya, karena sifatnya yang audio-visual sehingga dapat memadukan bahasa lisan, tulisan, video atau gambar yang bergerak, animasi, dan efek suara menjadi satu kesatuan. Sehingga televisi mampu menciptakan sebuah realitas, yaitu realitas yang terbentuk didalam benak manusia didasarkan pada apa yang dilihat dari media. Hadirnya televisi ini membuat sesuatu yang jauh menjadi terasa dekat. Begitu dekatnya televisi dalam kehidupan kita, membuatnya menjadi idola di tengah masyarakat Indonesia.

Televisi juga merupakan salah satu media komunikasi digunakan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pesan / informasi tertentu. Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional Indonesia dengan berdiri dan beroprasinya Televisi Republik Indonesia (TVRI). Selama 27 tahun penduduk Indonesia hanya bisa menyaksikan satu saluran televisi saja. Namun pada tahun 1989, Pemerintah akhirnya mengizinkan Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun televisi swasta nasional pertama di Indonesia. Kini seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, Indonesia mempunyai banyak stasiun televisi lainnya seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), Indosiar, TV7, Lativi, Metro TV, Trans TV, Trans 7, Global TV dan TV One. Diikuti TV lokal yang cukup beragam seperti Bandung TV, Jak TV, Bali TV dan sebagainya. Saat ini stasiun televisi berlomba-lomba membuat program-program acara televisi yang bervariatif agar menarik minat penonton dan menjaring iklan sebanyak-banyaknya yang merupakan sumber pemasukan bagi stasiun televisi. Media bergantung pada bisnis iklan dan industri media saling membutuhkan satu sama lainnya, iklan memiliki pengaruh terhadap industri media, (Biagi, 2010:284).


(16)

Setiap harinya stasiun televisi menyajikan berbagai jenis program yang jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja bisa dijadikan sebuah program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik dan disukai audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum dan peraturan yang berlaku. Keadaan ini bertambah semarak dengan hadirnya televisi swasta maka masyarakat di Indonesia mempunyai beragam pilihan untuk memperoleh berbagai informasi tentang pendidikan, budaya dan beragam hiburan lainnya. Pengelola stasiun penyiaran dituntut untuk memiliki kreativitas seluas mungkin untuk menghasilkan berbagai program yang menarik. Beberapa program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi antara lain adalah berita, film, sinetron, kuis, reality show, siaran iklan, musik, olah raga hingga beragam tayangan internasional disajikan demi menghibur pemirsanya. Ada pula program khusus untuk anak-anak, remaja, kaum wanita, dan program untuk tontonan semua lapisan masyarakat.

Tayangan ajang Little Miss Indonesia ini merupakan segmen hiburan dari program acara televisi Eat Bulaga yang ditayangkan oleh SCTV setiap hari di jam dua siang. Acara ini pertama kali dimulai pada tanggal 16 Juli 2012. Berisi acara yang berhubungan dengan komedi dan kuis yang megudara selama 2 jam. Acara ini diadopsi dari acara televisi filipina Eat Bulaga. Dalam Panasonic Gobel Awards 2013 mendapat kategori Program Variety Show terbaik. Little Miss Indonesia tersebut terdiri dari anak-anak perempuan yang berusia 3-7 tahun. Mereka memamerkan bakat baik menyanyi, menari, berakting, berceramah, serta modelling yang sudah menjadi transeter anak-anak sekarang. Wajah imut-imut dan tingkah lucu, serta suara cadel anak-anak menjadi alternatif hiburan paling hits di layar kaca televisi. Kepiawaian media memadukan unsur drama dan realitas yang terekam selama proses audisi, penjurian, hingga pengumuman pemenang berhasil membuat penonton beranjak dari muka televisi. Tidak heran jika acara semacam ini selalu berasil meraih rating tinggi.

Setiap manusia dianugerahi bakat yang berbeda-beda. Kesuksesan masa depan anak banyak ditentukan oleh pertumbuhan dan perkembangan bakat-bakat yang dimilikinya. Untuk itu, orang tua dan guru perlu mengetahu “bakat” anak


(17)

didiknya dan sekaligus tahu bagaimana mengarahkan pertumbuhan bakat tersebut demi mencapai perkembangannya yang optimal. Penelitian tentang keberbakatan masih sangat terbatas dan di Indonesia belum ada sekolah untuk anak berbakat. Anak-anak yang berbakat belum tentu memiliki IQ tinggi. Bahkan ada anak-anak yang memiliki keterampilan khusus yang jauh melebihi individu lainnya tetapi hasil dari pengukuran IQnya tidak menunjukkan keunggulan taraf intelegensi (Monty dan Fidelis, 2003:89-90).

Psikologi perkembangan anak menyebutkan perkembangan pada usia bayi dan kanak-kanak (0-6 tahun) umumnya anak dikuasai oleh hedonisme naif, dimana kesenangan dianggapnya baik dan penderitaan dianggapnya buruk, dengan bertambahnya usia, ia harus belajar pengertian tentang baik dan buruk, benar dan salah, sebab sebagai makhluk sosial (bermasyarakat) manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan sendiri saja tapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain. Anak mengenal pengertian baik dan buruk, benar dan salah didapat juga dimana mereka bersekolah.

Perkembangan pada masa sekolah (6-12 tahun) umunya anak belajar bergaul dengan teman-teman sebaya yakni belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru serta teman-teman sebayanya dan pelajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung. Serta terus mengembangkan bakatnya sejak usia masih kecil. Anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaannya. Apabila anak dibimbing dan diajarkan tentang kebaikan, maka ia akan tumbuh menjadi orang yang berakhlak baik dan menjadi orang yang berguna bagi siapa saja yang ada di dekatnya. Namun sebaliknya, jika anak tumbuh tanpa ada orang yang membimbing pada kebaikan, tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang layak, maka ia besar kemungkinan akan tumbuh menjadi orang yang berakhlak buruk dan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.

Dunia anak-anak adalah dunia belajar yang tidak dapat dipaksakan. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan dan pembelajaran yang humanis. Tetapi


(18)

akibatnya anak tersebut kehilangan kesempatan untuk tumbuh berkembang secara wajar dalam hal fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Usia mereka adalah seharusnya menikmati masa bermain, belajar, bergembira, dan mendapatkan kedamaian, bukan menjalani proses belajar yang menyita konsentrasi tinggi. Michael Rutter (Sigelman dan Shaffer, 1995:426) mendefiniskan sekolah yang efektif itu sebagai sekolah yang memajukan, meningkatkan prestasi, akademik, keterampilan sosial, sopan santun, sikap positif terhadap belajar, memberikan keterampilan-keterampilan bagi siswanya. Para guru berhak mendampingi siswa didik mereka yang masih tergolong usia 7 tahun kebawah untuk mengembangkan bakat positif yang dimiliki masing-masing siswa. Orang tua sangat berharap bahwa sekolah dapat meramalkan secara akurat apakah seorang anak kelak akan berhasil mengebangkan bakatnya dikemudian hari.

Pentingnya pengakuan dan perhatian (Tennenbaum, 1986), pemberian kesempatan mengembangkan minat (Renzulli, 1986), kerja keras, keuletan serta latihan (Damon, 1995) merupakan hal-hal yang perlu memperoleh perhatian dari para pendidik untuk mengembangkan bakat yang dimiliki seseorang anak. Pembimbing atau para guru hanya memfasilitasi anak, mengarahkan anak-anak, mengembangakn diri mereka sendiri sesuai minat dam bakat mereka miliki. Tetapi akan menjadi masalah ketika itu merupakan ambisi pribadi mengejar popularitas, orang tua secara tidak sadar memaksa anak. Akibatnya, anak mengalami tekanan, baik secara mental maupun fisik. Biasanya, anak-anak yang dipaksa orang tua akan sering rewel, bahkan mogok tampil saat di depan kamera.

Program tayangan ajang Little Miss Indonesia SCTV ini, televisi mampu memberikan apresiasi kepada khalayak penonton untuk ikut serta mengikuti ajang pencarian bakat khusus untuk anak-anak. Banyak muncul persepsi penonton / pemirsa yang pernah menonton tayangan tersebut. Adakah tayangan tesebut mampu memberi dorongan yang positif atau dorongan negatif khususnya bagi anak-anak. Disini akan diberi penjelasan sebenarnya bukan hanya peran orang tua saja yang dibutuhkan namun peran dari para guru perlu diberi perhatian khusus. Peneliti akan melakukan penelitian di Yayasan Perguruan Kebudayaan Medan. Yayasan tersebut dipilih peneliti karena perguruan tersebut terdiri dari gabungan


(19)

jenjang sekolah TK - SD - SMP - SMA. Para guru yang mendidik serta membimbing anak siswanya perlu memberi perhatian khusus mengenai pengembangan bakat anak.

Guru tidaklah seperti pekerja lain di bidang lain. Guru berhubungan langsung dengan murid dan cenderung mendapat kepuasan tak terhingga dengan melihat “anak didik mereka” belajar. Mereka cenderung mengalami frustasi bila upaya-upayanya dalam mengajar membuahkan hasil minimal pada siswanya. Kekecewaan menyebabkan guru pindah ke sekolah, melejitkan prestasi anak bagaimana meningkatkan nilai siswa kurang bagus menjadi bagus, pensiun dini atau bahkan meninggalkan profesinya. Angka pergantian guru hanya memberi manfaat kecil tetapi menjadi barometer yang penting dalam menilai efektivitas proses belajar mengajar di sekolah. Keputusan anda membantu anak seharusnya didukung oleh kualitas sekolah tempat mereka belajar kualitas tergantung pada stabilitas guru. Guru yang berkualitas jika saya dipilih antara guru yang bersetifikat mengajar atau tidak maka saya akan memilih bersetifikat mengajar. Jika harus memilih antara guru dengan gelar Master dan guru yang tidak mengikuti pendidikan setingkat sarjana, dengan mengabaikan kriteria lain, maka saya akan memilih yang memiliki akreditasi. Minat mengajar dan minat mengembangkan kemampuan anak, merupakan faktor yang penting saat kita membicaraka soal kualitas guru. Berbeda dengan guru sekolah dasar, guru disekolah menegah harus memiliki tingkat pengetahuan lebih tinggi dalam bidang tingakat pelajaran yang dibawakannya. Guru sekolah dasar bekerja dengan anak-anak yang lebih muda, tidak perlu memerlukan pendalaman materi pelajaran. Lebih dari itu, ia perlu memerlukan pendalaman materi pelajaran. Guru haruslah lebih pada bakat dan keleluasaan untuk mengembangkan bakat anak kedalam proses pembelajaran. Orang tua yang peduli, kepribadian guru lebih penting daripada transkip nilainya di universitas (Victor Cogen Ed. D, 2006:138-140). Dalam membimbing siswanya yang tergolong usia kanak-kanak jenjang TK dan SD ini sebaiknya guru perlu mengambil perannya agar siswa didik mereka mengembangkan bakatnya kearah yang lebih positif.


(20)

Yayasan Perguruan Budaya didirikan pada tahun 1973 yang terletak di Jalan Kepribadian Nomer 23. Tahun 1973 dibuka Taman Kanak Kanak Yang diikuti pembukaan Sekolah Dasar (SD). Tahun 1979 berdirinya SMP dan SMA berdiri pada tahun 1984. Perguruan Budaya memiliki ambisi untuk menjadi salah satu sekolah modern yang unggul di Indonesia dan memiliki komitmen yang tegas untuk memajukan lembaga pendidikan serta tidak mementingkan profit karena menyadari bahwa yayasan ini adalah milik masyarakat. Landasan dari Yayasan tersebut menjadikan Perguruan Budaya sebagai Lembaga Pendidikan yang Cerdas dan Unggul dalam mentransformasikan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi kepada seluruh masyarakat dan membangun karakter bangsa. Selain itu dapat membentuk siswa yang unggul, kreatif, cerdas, terampil, bertanggung jawab, dinamis dan berbudi pekerti luhur, serta bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Guru –guru yang mengajar di yayasan perguruan budaya medan ini memiliki gelar pendidikan sarjana sebagai guru berdasarkan bidang pengajaran guru tersebut. Guru- guru TK dan SD di Yayasan Perguruan Budaya Medan tidak terlalu banyak dikarenakan siswa-siswi di yayasan budaya tersebut juga tidak banyak. Dihitung perkelas hanya 20 murid. Yayasan Budaya Medan ini merupakan sekolah yang diminati orang tua. Di tingkat TK dan SD siswa-siswi mereka pernah mengikuti keterampilan anak. Perlombaan seperti menari, fashion show, lomba menyusun bola bekel, dan mengikat sepatu, menyanyi, berpuisi , menggambar dan melukis. Di tingkat SD salah satu siswi mereka pernah meraih peringkat dua baca puisi antar kecamatan Medan Barat 2012 dalam rangka acara tahunan tingkat sekolah di kantor kelurahan kecamatan Medan Barat.

Dimensi person sebagai kriteria kreativitas seringkali kurang jelas rumusannya. Ambile (1983) mengatakan bahwa penegrtian person sebagai kriteria kreativitas identik dengan apa yang oleh Guilford (1980) disebut kepribadian kreatif (creative personality) yaitu “those of traits that are characteristics of creative person”. Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif (yaitu bakat) dan dimensi non kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas tempramental). Menurut Teori ini orang-orang yang kreatif memilki ciri-ciri kepribadian yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. (Endyah Murniati, 2012:17).


(21)

Ajang Little Miss Indonesia dapat menghasilkan interpretasi positif untuk menjadi ajang pengembangan bakat anak, salah satunya melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan pihak dari program acara. Namun dapat pula menjadi interpretasi buruk bagi anak-anak yang cenderung anak-anak dijadikan ‘artis cilik’, anak-anak justru menyanyikan lagu-lagu orang dewasa dan tampil dengan segala macam atribut mulai dari kostum hingga riasan yang tampak layaknya orang dewasa untuk memukau para juri dan penontonnya. Seharusnya justru sifat dan gaya natural anak yang harus lebih dominan. Menjadi anak yang super sibuk entah atas keinginan sendiri ataupun dorongan orang tua akan mengakibatkan anak kehilangan waktu untuk belajar, bermain, berekreasi, dan bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Celakanya, anak justru akan tumbuh dewasa sebelum waktunya. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu mengeksplorasi permasalahan ini lewat skripsi dengan judul: “Studi Deskriptif Kualitatif mengenai Persepsi Para Guru Yayasan Perguruan Kebudayaan Medan Menonton Tayangan Ajang Little Miss Indonesia di SCTV”.


(22)

I.2 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian konteks masalah diatas, peneliti merumuskan bahwa fokus masalah yang diteliti lebih lanjut adalah : “Persepsi Para Guru Yayasan Perguruan Budaya Medan Menonton Tayangan Ajang Pencarian Bakat Little Miss Indonesia di SCTV”.

I.2.1 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengamburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini bersifat kualitatif

2. Objek penelitian ini adalah Tayangan Ajang Little Miss Indonesia-1 di SCTV.

3. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh persepsi atau pandangan para guru TK dan SD Yayasan Perguruan Budaya Medan yang menonton Tayangan Ajang Pencarian Bakat Little Miss Indonesia di SCTV.

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalakh sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui persepsi para guru Yayasan Perguruan Kebudayaan Medan Menonton Tayangan Ajang Little Miss Indonesia di SCTV.

2. Untuk mengetahui isi dari tayangan ajang Little Miss Indonesia di SCTV yang berhubungan dengan komunikasi perspektif budaya.


(23)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara akademis, penelitian diharapkan bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Komunikasi FISIP USU. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi bagi penelitian serupa di hari dan masa yang akan datang. 2. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberi kontribusi pengetahuan di

bidang Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan studi paradigma interpretif.

3. Secara praktis, penelitian ini untuk menerapkan ilmu yang diterima peneliti selama menjadi mahasiswa ilmu komunikasi sekaligus memberikan masukan kepada siapa saja yang ingin mengetahui persepsi menonton tayangan ajang pencarian bakat Little Miss Indonesia dan studi paradigma interpretif.

I.4 Kajian Pustaka

Ketika suatu masalah penelitian telah ditemukan, maka peneliti mencoba membahas masalah tersebut dengan teori-teori yang dipilihnya yang dianggap mampu menjawab masalah penelitian (Bungin, 2009:31). Untuk itu perlu disusun beberapa kajian yang bersifat teoritis / kepustakaan yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut pandang apa masalah penelitian akan diteliti sekaligus landasan atau pondasi dari penelitian.

Kajian pustaka meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Ardianto, 2010:37). Adapun beberapa kajian kepustakaan yang relevan dengan topik permasalahan penelitian yaitu :


(24)

1.4.1 Komunikasi dan Komunikasi Perspektif Budaya

Secara etimologi (bahasa) kata komunikasi berasal dari Bahasa Inggris

“communication” yang mempunyai akar kata dari bahasa latin “communicare”

(Weekly, 1967:338). Kata “communicare” sendiri memiliki tiga kemungkinan arti yaitu;

1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum.

2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah.

3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama.

Menurut Harold D Laswell (Effendy, 2005:10) cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Channel to Whom With What effect?. Paradigma Laswell tersebut menunjukan bahwa komunikasi meliputi liama unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan tersebut, yaitu:

- Komunikator (communicator, source, sender) - Pesan (message)

- Media (channel, media)

- Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) - Efek (effect, impact, influence)

Paradigma Laswell tersebut, Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Setiap teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat dipandang. Suatu perpektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perpspektif pertama komunikasi multikultural bertitik tolak pada kajian komunikasi yang memfokuskan diri pada level komunikasi antarpersonal di berbagai level komunikasi. Proses interaksional dan transaksional partisipan komunikasi dalam komunikasi personal dikaji secara mendalam dalam perspketif budaya yang melibatkan berbagai pendektan bidang-bidang ilmu lain yang mendukungnya seperti sosiologi, psikologi sosial, antropologi budaya dan bahasa. Hal ini sejalan


(25)

dengan sifat ilmu komunikasi sendiri yang heterogen multidisiplin dan eklektif. Sumbangan berbagai disiplin ilmu yang mendasari pertumbuhan ilmu komunikasi tersebut pada mulanya memang lebih banyak memfokuskan diri pada studi komunikasi massa, yang pada awalnya disebut publisistik.

Hasil kajian yang pernah dilakukan oleh para ahli biasanya merupakan hasil kajian mengenai diffusion of inovation, flow and diffussion of information, agenda setting, uses and gratification, mass media and social reality, dependecy theory of mass media, mass media and social change. Jika komunikasi massa yang memfokuskan diri pada media studies sedangkan komunikasi multikultural mencoba mengkaji komunikasi antarpersona dan komunikasi massa dalam perspektif budaya. Keduanya dalam dunia pengembangan ilmu komunikasi belum cukup mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli, ditandai dengan sedikitnya studi-studi yang telah diterbitkan untuk bidang kajian tersebut. Kajian komunikasi multikultural membutukan pendekatan, metode dan teori yang agak berbeda dengan pendekatan, metode dan teori yang digunakan dalam kajian komunikasi massa seperti media effect, media contents dan media studies. Kajian multikultural mempunyai pendekatan, metode, dan teori yang khas sesuai dengan visi peneltiannya. Dengan demikian, teori-teori yang digunakan untuk membahas kajian komunikasi multikultural juga sangat berbeda dengan kebiasaan komunikasi massa, karena sifat penelitian ini lebih mengarah pada studi komunikasi dalam perspektif antropologi budaya (perilaku) dan etnografi (mentalitas).

Kajian komunikasi multikultural memerlukan suatu telaah analisis kritis, pengungkapan data yang berulang-ulang agar supaya mencapai tingkat kedalaman yang dibutuhkan. Dengan kata lain penelitian komunikasi multikultural lebih bersifat eksploratif (grounded research) jika penelitian lapangan melibatkan partisipan komunikasi dalam tindak komunikasi massa dalam ranah komunikasi sosial-budaya. Sedangkan bersifat analisis tekstual manakala bahan kajian merupakan produk manusia yang telah terdokumentasi baik dalam sosifak, mentalfak, dan artefak. Meskipun demikian, komunikasi multikultural tetap terbuka untuk berbagai jenis penelitian seperti jenis survei,


(26)

eksperimen dengan berbagai macam metode kuantitatifnya. Dalam tayangan Little Miss Indonesia perilaku yang ditanamkan oleh anak sejak kecil yang perilaku anak yang meniru prilaku orang dewasa. Nilai-nilai kesopanan anak-anak masih minim, anak diajarkan berbusana minim layaknya orang dewasa yang berpose di khalayak ramai.

I.4.2 Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif pertama kali dikemukakan oleh psikolog Leon Festinger pada tahun 1957. Menurut Festinger, perilaku seseorang dapa dijelaskan dari keiinginan mendasar pada diri seseorang untuk selalu konsisten antara sikap yang telah ada dengan perilaku aktualnya (M. Surip, 2011:63). Kognisi terkait dengan sikap atau perilaku yang dipegang seseorang yang terekam dalam pikirannya. Lebih lanjut Festinger mengemukakan, bahwa seseorang dimotivasi untuk mengurangi ketidaknyamanan sebanyak mungkin, bahkan bila perlu mengubah sikap yang sudah dianutnya. Disonansi kognitif sebagian besar merupakan teknik pembelaan diri yang dilakukan oleh sesorang untuk memperoleh harga diri. Untuk mendapatkannya seseorang harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai pilihan dan kemungkinan yang beragam.

Menurut Festinger (1957) disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber antara lain inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat umumserta pengalaman masa lalu (Sarwono, 1991). Adanya Disonansi selalu menimbulkan dorongan untuk menghindari disonansi tersebut. Dalam hubungan ini caranya adalah dengan menambah-menambah informasi – informasi baru yang diharapkan dapat mengarahkan dukungan terhadap pendapat orang yang bersangkutan tau menambah perbendaharaan elemen kognitif dalam diri orang yang bersangkutan. Penelitian ini akan dilihat seberapa jauh anggapan ditolak, sedangkan pola prilaku tidak sesuai dengan keyakinan. Pada dasarnya orang tua maupun guru-guru lah yang seharusnya mendidik anaknya dengan norma-norma agama dan kesopanan dari sejak kecil. Finalis anak – anak dari sejak kecil sudah mengikuti trend-trend busana minim serta gaya artis-artis orang dewasa masa kini.


(27)

I.4.3 Persepsi

Persepsi atau dalam bahasa Inggris Perception berasal dari bahasa latin “perceptio”, dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penegrtian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Manusia dalam menerima informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkannya kembali mengalami empat proses, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Jhon R. Wenburg dan William W. Wilmot (Mulyana, 2005:167), mengungkapkan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara orgainsm memberi makna. Sedangkan menurut J. Cohen, persepsi didefinisikan sebagai representatif objek eksternal, persepsi adalah pengetahuan yang tampak menegnai apa yang ada diluar sana.

Persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi (Rakhmat, 2005:51). Persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris (Severin, 2005:83). Data sensoris kepada kita melalui lima indera kita.

Dunia anak-anak adalah dunia belajar yang tidak dapat dipaksakan. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan dan pembelajaran yang humanis. Tetapi akibatnya anak tersebut kehilangan kesempatan untuk tumbuh berkembang secara wajar dalam hal fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Namun usia mereka seharusnya menikmati masa bermain, belajar, bergembira, dan mendapatkan kedamaian, bukan menjalani proses belajar yang menyita konsentrasi tinggi. Namun berdasarkan konteks sosial, ajang Little Miss Indonesia dapat


(28)

menghasilkan interpretasi positif, yaitu dapat menjadi ajang pengembangan bakat dan meningkatkan potensi anak, salah satunya melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan.

Persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, selanjutnya diproses.

I.4.4 Komunikasi Massa

Bentuk komunikasi massa dimana komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran media dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal yang berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar) dan sangat heterogen dan menimbulkan effek tertentu (Ardianto dan Elvinaro, 2004:3). Istilah mass comunications dapat diartikan sebgai salurannya yaitu media massa (mass media) sebgai kependekan dari media of massa (Wijayanto, 2004:69).

Komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (majalah, surat kabar) ataupun elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar otang dibanyak tempat anoim dan heterogen (Mulyana, 2005:75). Isi media terdiri dari, berita, hiburan, opini, dan iklan. Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang yang ditimbulkan oleh komunikan, (Prakosa 2006:39).

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa. Dengan kata lain massa yang dalam sikap dan prilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh karena itu, massa disini menunjuk kepada khalayak, audience, penoton, pemirsa atau pembaca (Nurdin, 2007:3-4). Media membujuk kita untuk memperoleh lebih banyak barang mengubah dan meninggalkan selera kebutuhan kita, mengubah pola-pola rekreasi, keluarga, dan membujuk kita agar menerima suatu pembahuruan. Khalayak memiliki sifat-sifat sebagaimana yang ada pada konsep massa (Suprapto, 2009:20-21).


(29)

Pengaruh media tersebut banyak kaitannya dengan aspek lain, seperti sifat komunikator, struktur isi media dan sifat audience . Dalam menemukan tanggapan audience yang berhadapan dengan media. Berdasarkan pengertian tersebut, peneliti memahami bahwa komunikasi massa berfungsi menyiarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media. Komunikasi massa memiliki komunikan yang bersifat heterogen. Dimana satu dengan lainnya tidak saling megenal dan tidak memiliki kontak pribadi masing-masing berbeda dalam berbagai hal : jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pendidikan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginan, cita-cita dan sebagainya.

Penelitian ini komunikasi menggunakan media massa elektronik berupa televisi yang dikenal dengan nama Surya Citra Televisi (SCTV) dalam program ajang Little Miss Indonesia di SCTV yang ditujukan kepada pemirsanya yang tersebar kebanyak tempat yang anonim dan heterogen.

I.4.5 Agenda Setting

Teori agenda setting pertama kali ditampilakn oleh Maxwell McCombs dan Donald L. Show. Teori ini pertama kali muncul sekitar tahun 1972 dengan publikasi pertamanya berjudul“The Agenda Setting Function of The Mass Media” Public Opinion Quartely No.37. Ketua pakar tersebut mengatakan bahwa jika media memberikan tekanan pada peristiwa maka media iu akan menjadi agenda masyarakatnya (Nuruddin 2007:195-197). Meningkatnya nilai penting suatu topik berita pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut bagi khalyaknya.

Teori agenda setting ini dikatakan media khusunya media berita tidak selalu berhasil memberitahu apa yang kita pikir, tetapi media tersebut benar-benar berhasil memberitahu kita berpikir tentang apa. Dasar pemikiran teori ini adalah di antara berbagai topik yang dimuat media massa, topik yang mendapat lebih banyak perhatian dari media akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya dan akan dianggap penting dalam suatu periode tertentu. Akan terjadi sebaliknya bagi topik yang kurang mendapat perhatian media. Dalam memenuhi kebutuhan secara


(30)

psikologis dan sosial, audiens menjadi tergantung pada media massa. Masyarakat akan menjadikan topik utama yang diangkat oleh media sebagai bahan perbincangan sehari-hari.

I.4.6 Model Teoretis

Model Teoritik terdiri dari variabel-variabel yang telah dikelompokan dalam kerangka konsep dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Model Teoretis


(31)

BAB II

URAIAN TEORITIS

II.1 Komunikasi

Secara etimologi (bahasa) kata komunikasi berasal dari Bahasa Inggris

“communication” yang mempunyai akar kata dari bahasa latin “communicare”

(Weekly, 1967: 338). Kata “communicare” sendiri memiliki tiga kemungkinan arti yaitu;

1. “to make common” atau membuat sesuatu menjadi umum.

2. “cum+munus” berarti saling memberi sesuatu sebagai hadiah.

3. “cum+munire” yaitu membangun pertahanan bersama.

Di antara ratusan definisi, ada baiknya kita simak beberapa diantaranya, yaitu(lihat a.l Ruben, 1992: R Loose, 1999:1; DeVito, 1986:5) :

1. “Communication means that information is passed from one place to

another” (komunikasi adalah informasi yang disampaikan dari satu tempat ke tempat lain).

2. “Communication...include(s) all teh procedures by which one mind may

effect another. (Komunikasi... meliputi semua prosedur dimana pikiran seseorang mempengaruhi orang lain).

3. “The transmission of infromation, ideas, emotion, skills, etc. By thh use of symbol-word, pictures, figures, graph, dan lain-lain dengan menggunakan simbol seperti kata, foto, figur dan garafik.

4. “The imparting, conve'ying or exchange of ideas, knowledge, or

information whether by speech, writing or sign.” (memberi, meyakinkan atau bertukar ide, pengetahuan atau informasi baik melaui ucapan , tulisan atau tanda). Alat yang banyak dipergunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa, karena melalui bahasa orang dapat mentransmisikan gagasan, ide, pendapat baik yang konkret maupun yang abstrak dan tidak terikat waktu untuk masa sekarang saja.


(32)

5. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi yang biasanya memalui sistem simbol yang berlaku umum.

6. Komunikasi adalah proses atau tindakan yang menyampaikan pesan (messege) dari pengirim (sender) ke penerima (receiver), melalui suatu medium (channel) yang biasanya megalami gangguan (noise). Komunikasi haruslah bersifat intentional (disengaja) serta membawa perubahan.

Harold D. Lasswell (Cangara, 2006:2) salah seorang peletak dasar ilmu komunikasi menyebutkan tiga fungsi dasar yang menyebabkan manusia berkomunikasi, yaitu :

1. Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya.

2. Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. 3. Upaya untuk melakukan transformasi warisan sosialisasi.

Carl I. Hovland (Effendy, 2005:10) komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behaviour of the other individuals). Miller (Ardianto, 2007:18-19), meyebutkan bahwa komunikasi sebagai suatu hal yang mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi perilaku. Shannon dan Weaver menyatakan komunikasi adalah bentuk bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak disengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi. Karena itu, jika kita berada dalam situasi berkomunikasi, maka kita memiliki beberapa kesamaan dengan orang lain, seperti kesamaan bahasa tau kesamaan arti dari simbol-simbol yang digunakan dalam berkomunikasi (Cangara, 2006:19-20).

Komunikasi yang telah diuraikan sebelumnya pada dasarnya komunikasi dapat dilihat dari berbagai definisi yakni komunikasi sebagai proses, sebagai simbolik, sebagai sistem, dan sebagai multi-dimensional. Maka tidak heran komunikasi mempunyai tujuan yang sangat universal. Adapun tujuan dan fungsi dari komunikasi (Purba,dkk, 2006:3), yaitu :


(33)

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude).

2. Untuk mengubah opini dan pendapat/pandangan (to change the opinion). 3. Untuk mengubah prilaku (to change the behaviour).

4. Untuk mengubah masyarakat (to change the society).

Selain itu komunikasi juga memiliki fungsi yaitu, untuk meninformasikan (to inform), mendidik (to educated), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence).

II.1.1 Unsur-Unsur Komunikasi

Komunikasi dapat berjalan dengan baik dan lancar, jika pesan yang disampaikan seseorang tersebut dengan tujuan tertentu dapat diterima dengan baik dan mengerti maksud dari pesan tersebut. Suksesnya suatu komunikasi apabila dalam penyampainnya menyertakan tujuh unsur-unsur berikut ini :

1. Pengirim Pesan/Sumber

Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan. Dalam komunikasi antar manusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi bisa juga dalm bentuk kelompok misalnya partai, organisasi, atau lembaga. 2. Pesan

Pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada si penerima. Pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan secara verbal dapat secara tertulis maupun lisan. Pesan nonverbal dapat berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka, dan nada suara.

3. Saluran/Media

Saluran atau media adalah jalan/jalur yang dilalui pesan dari si pengirim dengan si penerima. Saluran yang biasa dalam komunikasi adalh gelombang cahya dan gelombang suara yang dapat kita lihat dan dengar.


(34)

Media yang dimaksud di sini adalah alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepda si penerima.

4. Penerima Pesan

Penerima pesan adalah pihak yangmenganalisis dan menginterpretasikan isi pesan yang diterimanya. Pesan bisa terdiri dari satu orang atau bahkan lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara. Penerima biasa disebut dengan berbagai istilah, seperti khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa inggris disebut audience atau receiver.

5. Efek aatu Pengaruh

Efek atau pengaruh adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh si penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini bisa terjadi pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebgai akibat penerimaan pesan.

6. Tanggapan balik atau Feedback

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik sebenarnya salah satubentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu.

Aristoteles mengatakan bahwa suatu proses komunikasi memerlukan tiga unsur yang mendukungnya yakni siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan. Sedangkan, David K. Berlo mengatakan bahwa proses komunikasi dapat berlangsung dengan 5 unsur saja yang dikenal dengan nama “SMCR”, yakni Source (pengirim), Message (pesan), Channel(saluran-media),


(35)

dan Receiver (penerima). Kemudian Charles Osgood, Gerald Miller dan Melvin De Fleur menambahkan unsur efek dan umpan balik (Canggara, 2006:22).

II.1.1 Prinsip Komunikasi

Untuk dapat memahami hakikat suatu komunikasi perlu diketahui prinsip dari komunikasi tersebut. Menurut Seiler (Arni, 2000:19-22), ada empat prinsip dasar dari komunikasi yaitu sebagai berikut :

1. Komunikasi adalah Suatu Proses

Komunikasi adalah suatu proses karena merupakan suatu seri kegiatan yang terus-menerus, yang tidak mempunyai permulaan atau akhir dan selalu berubah-ubah. Komunikasi juga melibatkan suatu variasi saling berhubungan yang kompleks yang tidak pernah ada duplikat dalam cara yang persis sama yaitu : saling hubungan diantara orang, lingkungan, keterampilan, sikap, status, pengalaman dan perasaan, semuanya menentukan komunikasi yang terjadi pada waktu tertentu.

2. Komunikasi adalah Sistem

Komunikasi terdiri dari beberapa komponen dan masing-masing komponen tersebut mempunyai tugas/perannya masing-masing. Tugas/peranan dari masing-masing komponen itu berhubungan satu sama lain untuk menghasilkan suatu komunikasi. Bila terdapat gangguan pada satu komponen maka akan berpengruh pada proses komunikasi secara keseluruhan.

3. Komunikasi Bersifat Interaksi dan Transaksi

Yang dimaksud interaksi adalah saling bertukar pesan. Proses komunikasi tidak selalu terjadi secara teratur terkadang sambil menyandikan pesan kia juga menginterpretsaikan pesan yang kita terima. Dalam keadaan demikian komunikasi tersebut bersifat transaksi.


(36)

4. Komunikasi Dapat Terjadi Disengaja maupun Tidak Disengaja

Komunikasi yang disengaja terjadi apabila pesan yang mempunyai maksud tertentu dikirimkan kepada penerima yang dimasudkan. Tetapi apabila pesan yang tidak disengaja dikirimkan atau tidak dimaksudkan untuk orang tertentu untuk menerimanya maka itu dinamakan komunikasi tidak disengaja.

II.1.3 Bentuk-bentuk Komunikasi

Berdasarkan jumlah peserta komunikasi kelompok komunikasi Amerika yang menulis buku Human Communication membagi komunikasi kedalam lima bentuk (Cangara, 2006:29:36), yakni :

1. Komunikasi Antarpribadi (Interpersonal Communication)

Komunikasi antarpribadi adalah kmunikasi antar orang-orang secara tatap muka , yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal.

2. Komunikasi Kelompok Kecil (Small Group Communication)

Komunikasi kelompok kecil adalah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya saling berinteraksi satu sam lainnya.

3. Komunikasi Organisasi (Organizational Communication)

Komunikasi organisasi adalh komunikasi yang terrjadi dalm organisasi yang bersifat formal dan juga informal, berkangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari komunikasi kelompok.

4. Komunikasi Massa (Mass Commnunication)

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik media cetak (surat kabar, majalah) ataupun elektoni (televisi, radio,


(37)

film) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang delembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen.

5. Komunikasi Publik (Publik Communication)

Komunikasi publik adalah komunikasi anatra seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak) yang tidak dikenali satu persatu. Komunikasi ini sering disebut pidato, ceramah atau kuliah.

II.2 Komunikasi Perspektif Budaya

Setiap teori komunikasi menyajikan perspektif khusus darimana prosesnya dapat dipandang. Suatu perpektif adalah sebuah titik pandang, suatu cara mengkonseptualisasikan sebuah bidang studi. Perpspektif pertama komunikasi multikultural bertitik tolak pada kajian komunikasi yang memfokuskan diri pada level komunikasi antarpersonal di berbagai level komunikasi. Proses interaksional dan transaksional partisipan komunikasi dalam komunikasi personal dikaji secara mendalam dalam perspketif budaya yang melibatkan berbagai pendektan bidang-bidang ilmu lain yang mendukungnya seperti sosiologi, psikologi sosial, antropologi budaya dan bahasa. Hal ini sejalan dengan sifat ilmu komunikasi sendiri yang heterogen multidisiplin dan eklektif. Sumbangan berbagai disiplin ilmu yang mendasari pertumbuhan ilmu komunikasi tersebut pada mulanya memang lebih banyak memfokuskan diri pada studi komunikasi massa, yang pada awalnya disebut publisistik.

Hasil kajian yang pernah dilakukan oleh para ahli biasanya merupakan hasil kajian mengenai diffusion of inovation, flow and diffussion of information, agenda setting, uses and gratification, mass media and social reality, dependecy theory of mass media, mass media and social change. Jika komunikasi massa yang memfokuskan diri pada media studies sedangkan komunikasi multikultural mencoba mengkaji komunikasi antarpersona dan komunikasi massa dalam perspektif budaya. Keduanya dalam dunia pengembangan ilmu komunikasi belum cukup mendapatkan perhatian yang serius dari para ahli, ditandai dengan


(38)

sedikitnya studi-studi yang telah diterbitkan untuk bidang kajian tersebut. Sebagaimana kajian bidang-bidang komunikasi lain, kajian komunikasi multikultural membutukan pendekatan, metode dan teori yang agak berbeda dengan pendekatan, metode dan teori yang digunakan dalam kajian komunikasi massa seperti media effect, media contents dan media studies. Kajian multikultural mempunyai pendekatan, metode, dan teori yang khas sesuai dengan visi peneltiannya. Dengan demikian, teori-teori yang digunakan untuk membahas kajian komunikasi multikultural juga sangat berbeda dengan kebiasaan komunikasi massa, karena sifat penelitian ini lebih mengarah pada studi komunikasi dalam perspektif antropologi budaya (perilaku) dan etnografi (mentalitas).

Kajian komunikasi multikultural memerlukan suatu telaah analisis kritis, pengungkapan data yang berulang-ulang agar supaya mencapai tingkat kedalaman yang dibutuhkan. Dengan kata lain penelitian komunikasi multikultural lebih bersifat eksploratif (grounded research) jika penelitian lapangan melibatkan partisipan komunikasi dalam tindak komunikasi massa dalam ranah komunikasi sosial-budaya. Sedangkan bersifat analisis tekstual manakala bahan kajian merupakan produk manusia yang telah terdokumentasi baik dalam sosifak, mentalfak, dan artefak. Meskipun demikian, komunikasi multikultural tetap terbuka untuk berbagai jenis penelitian seperti jenis survei, eksperimen dengan berbagaimacam metode kuantitatifnya.

II.3 Disonansi Kognitif

Teori disonansi kognitif pertama kali dikemukakan oleh psikolog Leon Festinger pada tahun 1957. Menurut Festinger, perilaku seseorang dapa dijelaskan dari keiinginan mendasar pada diri seseorang untuk selalu konsisten antara sikap yang telah ada dengan perilaku aktualnya (M. Surip, 2011:63). Kognisi terkait dengan sikap atau perilaku yang dipegang seseorang yang terekam dalam pikirannya. Lebih lanjut Festinger mengemukakan, bahwa seseorang dimotivasi untuk mengurangi ketidaknyamanan sebanyak mungkin, bahkan bila perlu mengubah sikap yang sudah dianutnya. Disonansi kognitif sebagian besar


(39)

merupakan teknik pembelaan diri yang dilakukan oleh sesorang untuk memperoleh harga diri. Untuk mendapatkannya seseorang harus memiliki kemampuan beradaptasi dengan berbagai pilihan dan kemungkinan yang beragam.

Istilah disonansi kognif menurut Festinger berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagi aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mecari dalih untuk mengurangi disonansinya itu (Effendy, 2003:262). Dalam kamus komunikasi, dissonance artinya : situasi psikologi yang tidak menyenangkan sebgai akibat dari ketidakserasian antara dua unsur atau hal dalam suatu proses komunikasi (M. Surip, 2011:64). Secara defenitif, cognitive dissonance berasal dari dua suku kata, yaitu cognitive dan dissonance. Cognitive merupakan knowledge (pengetahuan), sedangkan Dissonance dikatakan sebagai ketidakcocokan (incongruity) . Teori ini mengemukakan bahwa keyakinan seseorang dapat berubah pada saat mereka sedang berada pada situasi konflik. Ini dapat terjadi karena pada dasarnya manusia didorong oleh keinginan untuk selalu berada dalam suatu keadaan psikologis yang seimbang (konsonan).

Teori Disonansi kognitif dari Festinger (1957) tidak jauh berbeda dengan teori-teori konsistensi kognitif lainnya, tetapi ada dua perbedaan yang perlu dicatat:

1. Teori ini adalah tentang tingkah laku umum, jadi tidak khusus tentang tingkah laku sosial.

2. Walaupun demikian, pengaruhnya terhadap penelitian-penelitian psikologi sosial jauh lebih menyolok daripada teori-teori konsistensi lainnya. Antara elemen-elemen kognitif mungkin terjadi hubungan – hubungan yang tidak pas (nonfiiting relation) yang menimbulkan disonansi (kejanggalan) kognitif disonansi menimbulkan desakan untuk mengurangi disonansi tersebut dan menghindari pendekatannya, hasil desakan-desakan tersebut muncul dalam perubahan pada kognisi, perubahan tingkah laku, dan


(40)

menghadapkan diri pada beberapa informasi dan pendapat-pendapat pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih dahulu.

Menurut Festinger (1957) disonansi dapat terjadi dari beberapa sumber antara lain inkonsistensi logis, nilai-nilai budaya, pendapat umum serta pengalaman masa lalu (Sarwono, 1991). Dalam teori ini beranggapan bahwa dua elemen penegtahuan merupajkan hubungan yang disonan (tidak harmonis) apabila dengan mempetimbangkan dua elemen itu sendiri, pengamatan satu elemen akan mengikuti elemen satunya (Saverin dan Tankard, 2008:165). Dengan adanya Disonansi selalu menimbulkan dorongan untuk menghindari disonansi tersebut. Dalam hubungan ini caranya adalah dengan menambah-menambah informasi – informasi baru yang diharapkan dapat mengarahkan dukungan terhadap pendapat orang yang bersangkutan tau menambah perbendaharaan elemen kognitif dalam diri orang yang bersangkutan. Penambahan elemen baru harus sangat selektif yaitu hanya mencari pada orang-orang yang dapat diberi dukungan dan menghindari orang-orang yang pandangannya berbeda. Demikianlah caranya disonansi dapat dihindarkan.

II.4 Persepsi

Secara etimologis persepsi atau dalam bahasa Inggris Perception berasal dari bahasa latin “perceptio”, dari percipare yang artinya menerima atau mengambil. Dalam arti sempit, persepsi ialah penglihatan, yakni bagaimana seseorang melihat sesuatu. Sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau penegrtian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Sobur, 2003:445).

Manusia dalam menerima informasi, mengolah, menyimpan dan menghasilkannya kembali mengalami empat proses, yaitu meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi ialah proses pemberian makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasikan


(41)

informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi, menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2005:51). Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Perhatian (attention) merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi persepsi.

Menurut Kenneth E. Andersen (1972) dikutip dari (Jalaluddin Rakhmat, 2000: 52-54) bukunya Psikologi Komunikasi, perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat-alat indera yang lain. Faktor yang mempengaruhi perhatian dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor situasional terkadang sering disebut sebagai faktor eksternal yang menarik perhatian atau penarik perhatian. Faktor internal dalam diri kita yang mempengaruhi perhatian adalah: faktor biologis, faktor sosiopsikologis, motif sosiogenis. Selain perhatian, ada faktor lain yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Berelson dan Steiner (1964:88) mengatakan “perception is the complex process by which people select, organize, and interpret sensory stimulation into a meaningful and

coherent picture of the world”. Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi

adalah anggapan (assumption), harapan kebudayaan (cultural expectations), motivasi (motivations), suasana hati (moods), dan sikap (attitudes). Proses persepsi tidak dapat berjalan dengan sendirinya, melainkan melalui tahapan-tahapan dalam individu yang didapat dan digambarkan sebagai berikut :

a. Pada tahap pertama dalam individu terdapat saringan perhatian (attention filter), yaitu setiap orang, sengaja atau tidak sengaja akan menghindari sebuah rangsangan (stimuli) yang menerpanya. Individu akan mencari informasi tertentu yang sesuai dengan kebutuhannya, dan kadangkala banyak terpaan stimuli yang ditepisnya karena dianggap tidak menarik


(42)

atau kurang relevan baginya, sehingga hanya sebagian kecil informasi yang berhasil menerpa seseorang.

b. Tahap kedua adalah proses penafsiran, individu menginterprestasikan sendiri setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan pengalamanya sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang sesuai pula dengan pengalaman individu itu sendiri. Dengan pemahamannya itu, maka individu diharapkan dapat mempersepsikan pesan yang menerpanya itu. Tayangan Little Miss Indonesia tersebut terdiri dari anak-anak perempuan yang berusia 3-7 tahun. Mereka memamerkan bakat baik menyanyi, menari, berakting, berceramah, serta modelling yang sudah menjadi transeter anak-anak sekarang. Kepiawaian media memadukan unsur drama dan realitas yang terekam selama proses audisi, penjurian, hingga pengumuman pemenang berhasil membuat penonton beranjak dari muka televisi. Untuk itu, orang tua dan guru perlu mengetahui “bakat” anak didiknya dan sekaligus tahu bagaimana mengarahkan pertumbuhan bakat tersebut demi mencapai perkembangannya yang optimal. Dunia anak-anak adalah dunia belajar yang tidak dapat dipaksakan. Bakat yang dimiliki oleh seorang anak akan tampak, muncul, berkembang dan menjadi keahlian secara alami dengan dorongan dan pembelajaran yang humanis. Tetapi akibatnya anak tersebut kehilangan kesempatan untuk tumbuh berkembang secara wajar dalam hal fisik, psikologis, sosial, dan pendidikan. Usia mereka adalah seharusnya menikmati masa bermain, belajar, bergembira, dan mendapatkan kedamaian, bukan menjalani proses belajar yang menyita konsentrasi tinggi.

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat kita tidak mungkin berkomunikasi efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk krlompok budaya ataupun kelompok identitas (Mulyana, 2007:180). Persepsi sebagai proses yang kita gunakan untuk menginterpretasikan data-data sensoris (Severin, 2005:83). Data sensoris kepada kita melalui lima indera kita. Jhon R.


(43)

Wenburg dan William W. Wilmot (Mulyana, 2005:167), mengungkapkan bahwa persepsi dapat didefinisikan sebagai cara orgainsm memberi makna. Sedangkan menurut J. Cohen, persepsi didefinisikan sebagai representatif objek eksternal, persepsi adaalh pengetahuan yang tampak menegnai apa yang ada diluar sana.

Dari urain diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal penting yang dialami oleh setiap orang. Setiap orang akan menrima segala sesuatu berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, selanjutnya diproses.

II.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja, tentu ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. David Krech dan Richard S. Crutchfield (Rakhmat, 2001:58) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Faktor Fungisional

Faktor fungisional berasal dari kebutuhan, pengalam masa lalu dan hal-hal lain termasuk apa yang kita sebut faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis stimuli atau bentuk stimuli itu. Tetapi karakteristik orang memberi respon pada stimuli itu. Dari sini, Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama yaitu persepsi bersifat selektif secara fungisional. Ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor-faktor struktural semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gegstalt, Kohler, Wartheimer dan Koffka merumuskan prinsip-prinsip komunikasi persepsi yang bersifat struktural. Prinsip ini kemudian


(44)

dikenal dengan teori Gegstalt. Dari pesepsi inilah Krech dan Crutchfield melahirkan pesepsi yang kedua, yaitu : Medan perceptual dan Kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti.

3. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk prosemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk paralinguistik adalah beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi.

4. Faktor Personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi, dan kepribadian. Pengalaman bertambah melalui rangkaian yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari orang lain yang merupakan karakteristik seseorang individu.

II.4.2 Proses Persepsi

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Subproses psikologis lainnya adalah pengenalan, penalaran, perasaan, dan tanggapan. Seperti dinyatakan dalam bagan berikut ini :

Gambar 2

Variabel psikologis di antara rangsangan dan tanggapan

Sumber : Sobur, 2003: 447


(45)

Dari bagan diatas, digambarkan bahwa persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Bahkan, diperlukan bagi orang yang paling sedikit terpengaruh atau sadar akan adanya rangangan menerima dan dengan suatu cara menahan dampak dari rangsangan. Rasa dan nalar bukan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan. Sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan bebas terhadap satu rangsangan atau satu bidang rangsangan sampai titik tertentu dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi, atau kedua-duanya.

Menurut Pareek (Sobur, 2003:451), Persepsi adalah proses menerima, meyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau data. Dari definisi tersebut dikemukakan bahwa persepsi meliputi proses sebagai berikut :

1. Proses Menerima Rangsangan

Proses pertama dalam persepsi ialah menerima rangsangan atau data dari berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra. Kita melihat sesuatu, medengar, mencium, merasakan, atau menyentuhnya, sehingga kita mempelajari segi-segi lain dari sesuatu itu.

2. Proses Menyeleksi Rangsangan

Sudah diterima, rangsangan atau data diseleksi. Tidaklah mungkin memperhatikan semua rangsangan yang diterima. Demi menghemat perhatian yang digunakan, rangsangan itu disaring atau diseleksi untuk diproses lebih lanjut.

3. Proses Pengorganisasian

Rangsangan yang diterma selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk. Ada tiga dimensi utama dalam pengorganisasian rangsangan, yakni: pengelompokan (berbagai rangsangan yang diterima dikelompokkan dalam suatu bentuk), bentuk timbul dan latar (dalam melihat rangsangan atau gejala, ada kecenderungan atau memusatkan perhatian pada


(46)

gejala-gejala yang timbul menonjol, sedangkan rangsangan atau gejala-gejala lainnya berada di latar belakang), kemantapan persepsi (adanya suatu kecenderungan untuk menstabilkan persepsi dan perubahan konteks tidak mempengaruhinya).

4. Proses Penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima atau diatur, si penerima lalu menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setlah data itu ditafsirkan. Persepsi pada dasarnya memberikan arti pada data informan yang diterima.

5. Proses Pengecekan

Setelah dapat diterima dan ditafsirkan, si penerima mengambil tindakan untuk mengecek penafsirannya benar atau salah.

6. Proses Reaksi

Tahap terakhir dan proses perceptual adalah tindakan sehubungan denga apa yang telah diserap. Hal ini biasanya dilakukan jika seseorang bertindak sehubungan dengan persepsinya.

II.5 Komunikasi Massa

Komunikasi massa diadobsi dari istilah bahasa inggris “communications” sebagai kependekan dari mass media communication (komunikasi massa) artinya komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass mediated. Istilah mass comunications dapat diartikan sebgai salurannya yaitu media massa (mass media) sebgai kependekan dari media of massa (Wiryanto, 2004:69). Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Ardianto, 2004:3), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is message communication through a mass medium to large number of people). Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi


(47)

massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak banyak, seprti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri ribuan bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa maka itu bukan komunikasi massa.

Mulyana (2005:75) berpendapat bahwa komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (majalah, surat kabar) ataupun elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang di banyak tempat anoim dan heterogen. Pesan-pesan yang bersifat umum disampaikan secara tepat, serentak dan selintas khususnya di media elektronik. Sedangkan Mc.Quail (dalam Perkosa, 2006:8-9), mengemukaakn fungsi komunikasi massa dalam dua kategori yaitu ; fungsi komunikasi massa untuk masyarakat dan fungsi komunikasi massa untuk individu. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006:7).

II.5.1 Ciri ciri Komunikasi Massa

Melalui beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas dapat kita lihat sebenarnya dalam prinsip mengandung suatu makna dan cenderung difinisi tersebut sifatnya saling melengkapi. Melalui definisi-definisi itu dapat dilihat karakteristik komunikasi massa itu sendiri. Adapun ciri-ciri komunikasi massa adalah ( Nuruddin, 2007:19-32) :

1. Komunikator Bersifat Lembaga

Artinya, gabungan antara berbagai macam unsur dan bekerja satu sama lain daalm sebuah lembaga. Lembaa yang dimaksud disini meyerupai sebuah sistem. Dengan demikian, komunikator dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai ciri-ciri berupa kumpulan individu, dalam berkomunikasi individu-individu itu terbatasi perannya dengan sistem dalam media massa, pesan yang disebarkan atas nama media yang bersangkutan dan bukan atas nama pribadi yang terlibat, apa yang


(48)

dikemukakan oleh komunikator biasanya untuk mrncapai keuntungan atau mendapatkan laba secara ekonomis.

2. Komunikan Bersifat Heterogen

Artinya, mempunyai heterogenitas komposisi atau susunan, berasal dari berbgai kelompok dalam masyarakat, tidak saling mengenal, tidak saling berinteraksi secara langsung, tidak mempunyai kepemimpinan atau organisasi formal.

3. Pesannya Bersifat Umum

Artinya, dapat ditujukan kepada semua kalangan, pesan-pesan tidak boleh bersifat khusus, dan tidak disengaja oleh golongan tertentu.

4. Komunikasi Berlangsung Satu Arah

Artinya, komunikasi hanya berjalan satu arah akan memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya tertunda atau tidak langsung (delayed feedback).

5. Menimbulkan Keserempakan

Artinya, ada keserempakan dalam proses penyebaran pesan-pesannya. Serempak berarti khalayak bisa menikmati media massa hampir bersamaan.

6. Mengandalkan Peralatan Teknis

Artinya, media massa sebgai alat utama dalam penyampaian pesan kepada khalayaknya sangat memerlukan bantuan peralatan teknis. Agar proses pemancaran atau penyebaran pesan lebih cepat dan serentak kepada khalayak yang tersebar.


(49)

7. Dikontrol oleh Gatekeeper

Gatekeeper berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi, menyederhanakan, mengemas, agar semua informasi yang disebarkan lebih mudah dipahami.

II.5.2 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa sangat penting, apalagi jika dikaitkan dengan konsekuensi komunikasi melalui media massa. Adapun fungsi komunikasi massa menurut Dominick (Ardianto, 2004:16-18) antara lain :

1. Surveillance (pengawasan). Fungsi pengawasan dalam komunikasi massa terbagi dalam dua bentuk utama yaitu: (1) warning or beware surveillance (pengawasan peringatan) artinya ketika media massa menginformasikan tentang suatu peristiwa besar seperti angin topan, meletus gunung berapi, bencana alam lainnya maka informasi ini secara tidak langsung menjadi ancaman bagi khalayaknya; (2) instrumental surveillance (pengawasan instrumental) artinya penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-hari.

2. Interpretation (penafsiran). Sebenarnya fungsi yang dimiliki hampir sama dengan penawaran. Media massa tidak hanya memasok fakta dan data, tetapi juga memberikan penafsiran terhadap kejadian-kejadian penting.

3. Linkage (ketertarikan). Media Massa dalam hal ini bisa meyatukan anggota masyarakat yang beragam, sehingga membentuk linkage (pertalian) berdasarkan kepentngan dan minat yang sama tentang sesuatu, biasanya ini dilakukan oleh kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secaar geografis dipertalikan atau dihubungkan oleh media. 4. Transmission of values (penyebaran nilai) fungsi peyebaran biasanya lebih

disederhanakan dengan sosialisasi dan ini mengacu pada cara yang ditempuh individu untuk mengadopsi perilaku dan nilai kelompok. Dimana media massa mewakili gambaran suatu masyarakat untuk kemudian ditonton, didengar, dan dibaca. Media massa memperlihatkan kepada kita bagaimana mereka bertindak dan apa yang diharapkan mereka.


(50)

5. Entertainment (hiburan). Terlihat jelas bahwa media massa tidak hanya untuk menayangkan hal-hal yang bentuknya serius saja, tetapi media juga berfungsi untuk menghibur dan mengurangi ketegangan pikiran khalayak.

II.6 Media Massa Televisi

Media yang sering dimaksudkan dalam proses komunikasi massa disebut dengan media massa, yang memiliki ciri khas mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dn serentak (instantaneous). Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak, sedangkan massa jika diartikna dalam konotasi negatif merupakan kerumunan ataupun sekumpulan oarang banyak yang biasanya jumlahnya tidak teratur. Kehadiran media massa pada akhirnya sering menimbulkan masalah dikehidupan manusia. Sifat media yang diguanakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang akan diterpa. Selain itu media juga merupakan saluran yang dimanfaatkan untuk mengendalikan arah dan memberiakn dorongan terhadap perubahan sosial. Media melakukan banyak cara untuk menghubungkannya dengan realitas kehidupan kita. Adapun peran dari media anatara lain; sebagai jendela yang memungkinkan kita untuk memahami yang terjadi disekitar kita, sebagai pembawa informasi, sebagai jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengam penerima, sebagai petunjuk jalan, sebagai penyaring terhadap segala informasi yang masuk, sebgai cermin bagi masyarakat dan yang terakhir sebagai tirai atau penutup untuk mencapai kebenaran dalam suatu propaganda (McQuail, 1996:53).

Media massa merupakan saluran yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan medai massa yakni media tradisional seperti kentongan, angklung, gemelan, dan lain-lain. Jadi disini jelas media massa merujuk pada hasil produksi teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa (Nuruddin, 2007:4).


(51)

Media massa memiliki peran yang besar dalam membentuk pola pikir dan hubungan sosial di masyarakat, memberikan ilustrasi dari nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya yang semua itu dikonstruksikan melalui berita maupun hiburan. Selain itu, Media massa juga memiliki peran besar dalam mengubah pandangan serta tatanan masyarakat. Media seringkali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, tidak hanya pengertian dalam bentuk seni dan simbol semata, tetapi juga dalam pengertian tata cara mode, gaya hidup dan norma-norma. Secara umum isi media terdiri dari, berita, hiburan, opini, dan iklan. Dalam penyampaian pesan, komunikator mengharapkan efek yang yang ditimbulkan oleh komunikan, (Prakosa, 2006:39). Media membujuk kita untuk memperoleh lebih banyak barang mengubah dan meninggalkan selera kebutuhan kita, mengubah pola-pola rekreasi, keluarga, dan membujuk kita agar menerima suatu pembahuruan.

II.6.2 Karakteristik Media Massa

Karakteristik dari media massa (Cangara, 2006:122) adalah :

1. Bersifat melembaga artinya ada pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolahan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau ternyata terjadi interaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu tertunda.

3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana informasi yang disampaikan oleh banyak orang pada saat yang sama.

4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperi radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya

5. Bersifat terbuka artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dansuku bangsa.


(1)

P : Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu, apakah tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat dalam mengembangkan bakat anak-anak atau tidak?

I : bermanfaat, mengibur ikut mengasah bakat positif yang dimiliki anak. P : Bapak/ Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi,

berakting, berceramah, menari menampilkan tema pop atau tradisonal? I : menyanyi karena baik apabila anak punya bakat olah vokal sejak kecil

dan itu dikembangkannya dan bisa meraih juara ke tahap selanjutnya jikalau kelak anak ingin menjadi penyanyi berbakat di dunia televisi.

P : Menurut Bapak/ Ibu jika diantara anak didik tingkat TK dan SD disini ikut ajang pencarian bakat anak LMI apakah mereka akan terganggu prestasinya?

I : mendukung dan tidak terganggu asalkan anak-anak tersebut mampu membagikan waktu mereka antara sekolah dan mengasah bakat mereka. Karena lebih baik sebenarnya anak punya prestasi di sekolah dulu dibandingkan yang hanya menghabiskan banyak waktu di Tv.


(2)

Responden IX

Nama : Herbina Hasugian Identitas Responden

Jenis kelamin : Perempuan Agama : Kristen

Guru : Agama SD

Alamat : Jl. Binjai Km 7,5 No Telp/HP : 082362604814

Wawancara

P : Sebelumnya apakah Bapak/ Ibu pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia apa yang ada di benak Bapak/ Ibu ketika menonton Little Miss Indonesia di SCTV, apakah tayangan tersebut menghibur penonton?

I : ya mengibur karena penampilan anak-anak yang lucu

P : Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu dibandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi?

I : sama-sama mengasah bakat dan ilmu pengetahuan mereka karena di acara tersebut anak-anak sebenarnya dilatih untuk belajar mengembangkan diri potensi bakat anak

P : Bagaimana pandangan Bapak/ Ibu terhadap tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai. Untuk mengikuti ajang pecarian bakat tersebut anak lebih dominan dipaksa atau didukung oleh orang tua mereka?

I : sesuai trend kostum baju anak-anak, penapilan rok bajunya biasanya tergantung dengan tema yang ditampilkan di pentas, kalau mereka tampil layaknya penyulap maka baju mereka juga sebagai penyulap anak-anak P : Bagaimana gambaran umum, Bapak/ Ibu melihat sikap dewan juri

terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut?

I : tidak membedakan finalis anak yang satu dengan finalis lain dam menilai mengkritik penampilan anak yang kurang baik dipentas dan mana penampilan anak yang baik


(3)

P : Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu, apakah tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat dalam mengembangkan bakat anak-anak atau tidak?

I : bermanfaat, anak-anak lebih mandiri dan mampu mengasah bakat mereka P : Bapak/ Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi,

berakting, berceramah, menari menampilkan tema pop atau tradisonal? I : menyanyi sambil berakting seperti finalis Alipah asal Medan yang pintar

ngomong berceloteh lucu dan mengibur penoton.

P : Menurut Bapak/ Ibu jika diantara anak didik tingkat TK dan SD disini ikut ajang pencarian bakat anak LMI apakah mereka akan terganggu prestasinya?

I : mendukung anak didik, sedikit terganggu karena antara orang tua dan anak mereka akan lebih menghabiskan tenaga, waktu, biaya mahal mengikuti acara itu. Sementara anak haruslah punya masa bermain-main dan bersekolah.


(4)

Responden X

Nama : Wiyah

Identitas Responden

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Guru : Matematika

Alamat : Jl. Bersama Gg, Sukarela No Telp/HP : -

Wawancara

P : Sebelumnya apakah Bapak/ Ibu pernah menonton tayangan Little Miss Indonesia apa yang ada di benak Bapak/ Ibu ketika menonton Little Miss Indonesia di SCTV, apakah tayangan tersebut menghibur penonton?

I : acara yang bagus, menggemaskan, acara yang bisa melatih mental keberanian anak sebagai ajang penampilan bakat anak, sehingga kemampuan anak yang diluar akademik pun semakin terasah.

P : Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu dibandingkan dengan tayangan ajang pencarian bakat anak-anak perempuan yang serupa di televisi?

I : sama-sama mencari bakat keunikan anak-anak yang berbeda.

P : Bagaimana pandangan Bapak/ Ibu terhadap tampilan anak-anak perempuan diatas pentas dari segi kostum yang mereka pakai. Untuk mengikuti ajang pecarian bakat tersebut anak lebih dominan dipaksa atau didukung oleh orang tua mereka?

I : kalau melihat penampilan mereka yang lepas tampil apa adanya tetap menunjukan kepolosannya anak-anak, menggemaskan dan ddi dukung orang tua bukan paksaan.

P : Bagaimana gambaran umum, Bapak/ Ibu melihat sikap dewan juri terhadap para finalis Little Miss Indonesia tersebut?

I : baik karena dewan juri tetap memuji atau memberi dukungan kepada anak-anak lepas dari kekurangan yang ditampilkan mereka


(5)

P : Bagaimana tanggapan Bapak/ Ibu, apakah tayangan ajang tersebut sangat bermanfaat dalam mengembangkan bakat anak-anak atau tidak?

I : ya, sangat bermanfaat sehingga kemampuan/bakat anak lebih tersalurkan P : Bapak/ Ibu lebih suka penampilan finalis anak tersebut saat menyanyi,

berakting, berceramah, menari menampilkan tema pop atau tradisonal? I : menari tradisional daerah

P : Menurut Bapak/ Ibu jika diantara anak didik tingkat TK dan SD disini ikut ajang pencarian bakat anak LMI apakah mereka akan terganggu prestasinya?

I : selama orang tua mampu memange waktu belajar antara sekolah dan latihan saya rasa tidak.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia Terhadap Pengembangan Bakat Anak (Studi Korelasional Tentang Pengaruh Tayangan Super Boy Indonesia di SCTV Terhadap Pengembangan Bakat Anak SD Negeri 164518 Kota Tebing Tinggi)

0 59 117

Persepsi Mahasiswa Terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia Pada Ajang Miss Universe (Study Deskriptif Mengenai Persepsi Mahasiswa USU terhadap Keikutsertaan Puteri Indonesia 2009 pada Ajang Miss Universe)

13 127 140

Komodifikasi Profil Dai dalam Tayangan Ajang Pencarian Bakat Dai Muda Pilhan ANTV

0 4 35

Kembangkan Bakat di Miss Indonesia.

0 1 1

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP KONTES MISS WORLD 2013 (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Kontes Miss World 2013).

0 5 121

MOTIF REMAJA SURABAYA MENONTON PROGRAM ACARA FTV ”SINEMA WAJAH INDONESIA” DI SCTV ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara FTV “Sinema Wajah Indonesia“ di SCTV ).

1 2 119

MOTIF PELAJAR SMA SEKOLAH ISLAM DI GRESIK DALAM MENONTON TAYANGAN PROGAM ACARA “ISLAM” KTP DI SCTV (Study Deskriptif Motif Pelajar Sma Sekolah Islam Di Gresik Dalam Menonton Tayangan Progam Acara “Islam KTP” Di SCTV).

0 1 91

LITERASI MEDIA REMAJA (Studi Deskriptif Kualitatif Literasi Media Dalam Menonton Tayangan Sinetron Ganteng-Ganteng Serigala Di SCTV Oleh Remaja Heavy Viewer Di SMA Negeri Colomadu Kabupaten Karanganyar).

0 0 17

DI SCTV ( Studi Deskriptif Kuantitatif Motif Remaja Surabaya Dalam Menonton Program Acara FTV “Sinema Wajah Indonesia“ di SCTV )

0 0 27

PERSEPSI MASYARAKAT BALI TERHADAP KONTES MISS WORLD 2013 (Studi Deskriptif Kualitatif Persepsi Masyarakat Bali Terhadap Kontes Miss World 2013)

0 0 22