mepengaruhi sikap dan perilaku memilih masyarakat terhadap pemilihan partai maupun calon kepala daerah tertentu. Lebih menarik lagi dicermati, bahwa
ternyata pola perilaku masyarakat pemilih di Indonesia cenderung tidak bersifat rasional dalam arti bahwa para pemilih di Indonesia menentukan
pilihannya terhadap partai tertentu bukan semata-mata karena perhitungan rasional tentang manfaat yang akan mereka terima, namun cenderung
didasarkan oleh faktor-faktor yang bersifat tradisional dan ikatan-ikatan emosional yang dibangun sebagai akibat internalisasi nilai yang mereka pilih
dari suatu generasi ke generasi sebelumnya. Maka, konsep identifikasi kepartaian menjadi sangat relevan dalam memahami perilaku memilih
masyarakat.
B. Macam-Macam Golput
Golput juga dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Golput Teknis
Mereka yang karena sebab-sebab teknis tertentu berhalangan hadir ke tempat pemungutan suara atau mereka yang keliru mencoblos sehingga
suaranya dinyatakan tidak sah. b. Golput Teknis-Politis
Seperti mereka yang tidak terdaftar sebagai pemilih karena kesalahan dirinya atau pihak lain lembaga statistik, penyelenggara pemilu.
c. Golput Politis Mereka yang merasa tidak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau
tidak percaya bahwa pemilu akan membawa perubahan dan perbaikan.
d. Golput Ideologis Mereka yang tidak percaya pada mekanisme demokrasi liberal dan tidak
mau terlibat di dalamnya entah karena alasan fundamentalisme agama atau alasan politik-ideologi lain. Memilih adalah pilihan bijak. Dengan
memilih, kita menjadi bagian dari masyarakat dan turut serta dalam pembangunan daerah. http:ugiq.blogspot.com, diakses 19 Agustus 2011
pukul 16.10 WIB
Penyebab adanya golput yaitu Pertama, administratif. Seorang pemilih tidak ikut memilih karena terbentur dengan prosedur administrasi seperti tidak
mempunyai kartu pemilih, tidak terdaftar dalam daftar pemilih dan sebagainya. Kedua, teknis. Seseorang memutuskan tidak ikut memilih karena
tidak ada waktu untuk memilih seperti harus bekerja di hari pemilihan, sedang ada keperluan, harus ke luar kota di saat hari pemilihan dan sebagainya.
Ketiga, rendahnya keterlibatan atau ketertarikan pada politik political engagement. Seseorang tidak memilih karena tidak merasa tertarik dengan
politik, acuh dan tidak memandang Pemilu sebagai hal yang penting. Keempat, ekonomi politik. Pemilih memutuskan tidak menggunakan hak
pilihnya karena secara sadar memang memutuskan untuk tidak memilih. Pemilu dipandang tidak ada gunanya, tidak akan membawa perubahan berarti.
Atau tidak ada calon yang disukai dan sebagainya.
Golput bukanlah sebuah organisasi. Golput tidak melakukan gerakan- gerakan di luar hukum, karena salah satu tujuan dari gerakan ini adalah
menguatkan ketaatan pada hukum. Dia melakukan protes dalam batasan-
batasan hukum yang ada, gerakan ini merupakan gerakan kultural, dalam arti yang diperjuangkan bukanlah kekuasaan kritik melainkan
suatu transisi masyarakat di mana hak asasi selalu terlindungi dari kekuasaan sewenang-wenang. Pada umumn ya orang mengartikan Golput
sebagai tindakan orang yang secara sengaja dan sadar untuk tidak ikut mencoblos dalam pemilihan umum karena alasan tidak percaya dan tidak
punya calon pilihan yang disukai, atau membuat pilihan dengan tetap menggunakan hak pilih tapi yang dicoblos adalah bukan gambar, tetapi
bagian lain atau putihnya, artinya Bagi para pendukung Golput bisa merefleksikan banyak pesan. Oleh karena itu, pemahaman prilaku Golput
haruslah kontekstual. Artinya, menjelaskan prilaku tidak bisa hanya didasarkan pada interpretasi sepihak para teoritis, ilmuwan, akedemisi atau
bahkan peneliti, tetapi harus didasarkan pada pemahaman dan kesad aran para pendukung Golput itu sendiri: pesan apa yang
C. Penyebab Surat Suara Tidak Syah