Analisis terhadap akad Dirham Card di Bank Danamon Syariah

Pada akad atau skema transaksi Ijarah, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu menjadi penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas penyediaan jasa atau atau Ijarah ini, pemegang kartu dikenakan biaya keanggotaan, atau membership fee. 3. Akad Qard Pada akad Qardh, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu berperan sebagai pemberi pinjaman muqridh kepada pemegang kartu muqtaridh melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu. Pemegang kartu dengan demikian berkewajiban untuk mengembalikan sebesar jumlah dana yang ditarik pada waktunya. 48 Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa terdapat 3 tiga jenis akad yang diterapkan pada produk Dirham Card yaitu akad Kafalah Bank Danamon Syariah sebagai penjamin bagi card holder terhadap merchant, Akad Ijarah Bank Danamon Syariah menjadi penyedia jasa system pembayaran dan pelayanan terhadap card holder, dan akad Qard Bank Danamon Syariah sebagai pemberi pinjaman kepada pemegang kartu.

P. Analisis Syariah terhadap Aplikasi Syariah Card di Bank Danamon Syariah

1. Analisis terhadap akad Dirham Card di Bank Danamon Syariah

48 Ibid Akad shafqah menurut para ulama’ yaitu merupakan hubungan antara ijab dan qabul dalam bentuk yang disyariatkan, dengan dampak yang ditetapkan pada tempatnya. Maka, suatu tasharruf qawli tindakan lisan dikatakan sebagai akad, jika ada ijab penawaran dari pihak pertama, dan qabul penerimaan dari pihak kedua. Ijab dan qabul ini juga harus dilakukan secara syar’I, sehingga dampaknya juga halal bagi masing – masing pihak. Misalnya, seorang penjual barang menyatakan : “saya jual rumah ini kepada anda dengan harga Rp 50.000.000,-”, adalah bentuk penawaran ijab, maka ketika si pembeli menyatakan : “saya beli rumah anda dengan harga 50 juta”, adalah penerimaan qabul. Dampak ijab-qabul ini adalah masing-masing pihak mendapatkan hasil dari akadnya; si penjual berhak mendapatkan uang si pembeli sebesar Rp 50.000.000,-, sedangkan si pembeli berhak mendapatkan rumah si penjual tadi. Inilah bentuk akad yang diperbolehkan oleh syara’. 49 Disamping itu, Islam telah menetapkan bahwa akad harus dilakukan terhadap salah satu dari dua perkara; zat barang atau benda atau jasa manfaat. Misalnya, akad syirkah dan jual beli adalah yang dilakukan terhadap zat barang atau benda, sedangkan akad ijarah adalah akad yang dilakukan terhadap jasa manfaat. Selain terhadap dua hal ini, maka akad tersebut statusnya batil. 49 Hafidzh Abdurrahman, “Hukum Syara’ Multilevel Marketing MLM” artikel dikirim basukimukhlishyahoo.com , h. 2-3 Selain itu, melarang adanya dua akad dalam satu transaksi shafqatain fi shafqah atau bay’atayn fi bay’ah. Seperti telah banyak dinyatakan dalam banyak hadis Nabi saw., antara lain sebagai berikut : Artinya : “’ Dari Abu Hurairah, berkata : ‘Nabi SAW. telah melarang dua pembelian dalam satu pembelian.’” HR. Abu Dawud Dalam hal ini, as Syafi’I memberikan keterangan terhadap maksud bay’atayn fi bay’ah dua pembelian dalam satu transaksi, dengan menyatakan bahwa jika seseorang mengatakan, “saya jual budak ini kepada anda dengan harga Rp 1000,-, dengan catatan anda menjual rumah anda kepada saya dengan harga segini.” Artinya jika anda menetapkan milik anda menjadi milik saya, maka sayapun menetapkan milik saya menjadi milik anda. Dalam konteks ini, maksud dari bay’atayn fi bay’ah adalah melakukan dua akad dalam satu transaksi, akad yang pertama adalah akad jual beli budak, sedangkan yang kedua adalah akad jual beli rumah. Namun, masing – masing dinyatakan sebagai ketentuan yang mengikat satu sama lain, sehingga terjadilah dua transaksi tersebut include dalam satu akad. Hadis senada diriwayatkan oleh al-Bazzar dan Ahmad, dari Ibnu Mas’ud yang menyatakan: Artinya: “Rasulullah telah melarang dua kesepakatan akad dalam satu kesepakatan akad.” Selanjutnya, pada hadits yang diriwayatkan oleh at Thabrani dalam kitabnya, al-awsath, Artinya: ”’Rasulullah SAW. Bersabda,’Tidaklah dihalalkan dua kesepakatan akad dalam satu kesepakatan akad.’” Dari dalâlah dalil yang ada, baik yang menggunakan lafadz “naha melarang” maupun “l ā tahillu tidak dihalalkan menunjukkan bahwa hukum muamalah yang disebutkan dalam hadis tersebut jelas haram. Sebab, ada lafadz dengan jelas menunjukkan keharamannya, seperti l ā tahillu. Ini mengenai dalil dan hukum yang berkaitan dengan dua transaksi dalam satu akad. 50 Seperti telah dijelaskan di awal, bahwa dirham card menggunakan 3 tiga jenis akad, yakni akad kafalah penjaminan, akad ijarah persewaan, dan akad qardh peminjaman. Dimana pada akad kafalah, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu bertindak sebagai penjamin kafil bagi 50 Hafidzh Abdurrahman, Hukum Syara’ Multilevel Marketing, h. 3 pemegang kartu terhadap merchant atas semua kewajiban bayar dayn yang timbul dari transaksi antara pemegang kartu dengan merchant, dan atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank penerbit kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit kartu dapat menerima imbal jasa, atau fee ujrah kafalah. Kemudian pada akad Ijarah, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu menjadi penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap pemegang kartu. Atas penyediaan jasa atau atau Ijarah ini, pemegang kartu dikenakan biaya keanggotaan, atau membership fee. Sedangkan pada akad Qardh, Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu berperan sebagai pemberi pinjaman muqridh kepeda pemegang kartu muqtaridh melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank penerbit kartu. Pemegang kartu dengan demikian berkewajiban untuk mengembalikan sebesar jumlah dana yang ditarik pada waktunya. Selanjutnya, setelah melihat aspek hukum syara’ terkait akad serta melakukan penelaahan terhadap aplikasi akad yang digunakan pada produk dirham card. Maka penulis dapat nyatakan sudah sesuai dengan hukum Syariah. Hal ini dikarenakan ketiga akad digunakan secara jelas sehingga tidak terjadi gharar ketidakjelasan akad yang digunakan.

2. Analisis terhadap Iuran Keanggotaan Dirham Card di Bank Danamon