Kesimpulan Syariah card dan aplikasinya pada produk dirham card di Bank Danamon Syariah

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melakukan kajian disertai data-data yang telah berhasil penulis himpun, maka didapatlah beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Tentang ada tidaknya problem akad pada syariah card. Syariah card menggunakan mekanisme akad yang berdasarkan prinsip syariah. Akad yang digunakan dalam syariah card adalah kafalah, qardh dan ijarah. Kafalah sebagaimana diutarakan ahli fiqh mazhab Hanafi yakni penggabungan tanggungan seorang kafiil pihak penjamin dengan tanggungan ashiil orang yang ditanggung untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau barang, atau suatu pekerjaan. Ijarah adalah jenis akad untuk mengambil manfaat dengan kompensasi. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Sedangkan Biaya keanggotaan merupakan biaya sewa untuk memperoleh fasilitas pada syariah card. Selanjutnya, fatwa DSN – MUI nomor 54DSN – MUIX2006 tentang Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Juga disebutkan dalam fatwa DSN – MUI nomor 54DSN – MUIX2006 tentang Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial. Berdasarkan hal tersebut diatas , maka penulis tidak menemukan adanya problem akad pada syariah card kartu kredit syariah. 2. Tentang ada tidaknya kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penerapan syariah card pada produk dirham card. Penulis melihat ada beberapa kesulitan yang dihadapi pihak Bank Danamon Syariah selaku penerbit Dirham card yakni, pertama, penentuan persyaratan calon pemegang Dirham Card harus memiliki kartu kredit konvensional sebelumnya. Hal ini membuat Dirham Card sulit diakses oleh kalangan Islamis yang tidak mau bersentuhan dengan kartu kredit konvensional yang berbau riba. Kedua, penetapan besaran ta’widh yang menyamakan semua jenis kartu, menurut penulis tidak mencerminkan aspek keadilan, seharusnya besaran ta’widh dipisahkan menurut limit kartu.

B. Saran