Analisis terhadap Aplikasi Ta’widh ganti rugi dan Late Charge denda

dibayarkan oleh bank yang bertindak sebagai wakil dari card holder. Biaya itu berlaku secara tahunan sehingga tidak ada keterkaitannya fasilitas yang diberikan oleh issuer card, makanya biaya tersebut tidak bisa dikatakan sebagai riba. 52 Sedangkan pada produk dirham card terdapat 2 dua biaya keanggotaan yang ditetapkan oleh issuer bank yakni, biaya keanggotaan tahunan annual membership fee dan biaya keanggotaan bulanan Monthly membership fee. Dimana biaya keanggotaan yang dikenakan merupakan biaya sewa terhadap fasilitas yang menyertai penerbitan kartu. Bila melihat aplikasi biaya keanggotaan yang dikenakan serta beberapa pendapat diatas, penulis berpandangan biaya keanggotaan yang dikenakan pada produk dirham card sudah sesuai dengan hukum Syariah.

3. Analisis terhadap Aplikasi Ta’widh ganti rugi dan Late Charge denda

keterlambatan Dirham Card di Bank Danamon Syariah Terkait dengan ta’widh ganti rugi terdapat pada fatwa DSN – MUI nomor 54DSN – MUIX2006 tentang Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap biaya- biaya yang dikeluarkan oleh penerbit kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo. Serta fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor 43DSN - MUIVIII2004 tanggal 11 agustus 2004 yaitu memperhitungkan kerugian riil yang secara nyata dialami bank dan besarnya akan diberitahukan kemudian secara tertulis oleh bank kepada nasabah. Sedangkan dasar hukum ta’widh, merujuk pada QS Al Baqarah 2 : 194 52 Abdul Wahab Ibrahim Abu Sulaiman, Banking Cards Syariah:Kartu Kreditdan Debit dalam Perspektif Fiqh, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, h. 183 Artinya :”…maka, barangsiapa melakukan aniaya kerugian kepadamu, balaslah ia, seimbang dengan kerugian yang telah ia timpakan kepadamu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang – orang yang bertakwa.” Berdasarkan hal tersebut, maka penulis berpandangan bahwa pihak Bank Danamon Syariah boleh mengenakan ta’widh berdasarkan fatwa DSN – MUI nomor 54DSN – MUIX2006 tentang Syariah Card serta fatwa Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia Nomor 43DSN - MUIVIII2004 tanggal 11 agustus 2004 tentang ta’widh yang diberitahukan secara transparan kepada card holder. Mengenai late charge biaya keterlambatan, Qadi Muhammad Taqyuddin al-Utsmani berpendapat bahwa issuer card hanya membebankan biaya keterlambatan hanya ketika card holder terlambat membayar setelah memberikan tenggang waktu satu atau dua bulan. Menurut beliau biaya yang dikenakan dapat diposisikan sebagai riba, dan apabila seorang muslim masuk dalam area ini dengan niat dan keyakinan ia tidak akan terlambat dalam pembayarannya, menurut beliau, tidak ada penghalang syariah orang tersebut melakukan transaksi dengan mempergunakan kartu yang dimilikinya. 53 53 ibid, h. 184 Sedangkan pada fatwa DSN – MUI nomor 54DSN – MUIX2006 tentang Syariah Card menyatakan bahwa penerbit kartu dapat mengenakan denda keterlambatan pembayaran yang akan diakui seluruhnya sebagai dana sosial. Selanjutnya, fatwa DSN – MUI Nomor 17DSN – MUIIX2000 tanggal 16 September 2000 menyatakan yaitu sanksi berupa denda yang diakui seluruhnya sebagai dana sosial dan besarannya ditentukan atas dasar kesepakatan antara bank dan nasabah. Tetapi, pada aplikasinya, denda keterlambatan yang dikenakan walaupun sudah ditetapkan oleh bank, tetapi pihak Bank Danamon Syariah selaku penerbit kartu telah memberitahukan secara terbuka diawal terhadap calon card holder. Selain itu, denda keterlambatan yang dikenakan bukan merupakan pendapatan bank sebagai dana kebajikan yang sejalan dengan fatwa DSN – MUI nomor 17 di atas.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan