Bagasi Penumpang TANGGUNG JAWAB PERUSAHAN MASKAPAI PENERBANGAN TERHADAP BAGASI PENUMPANG PADA PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NO. 820K/PDT/2013
✆ ✝
penumpang. Ordonansi Pengangkutan Udara Luchtvervoer Ordonantie menyatakan bahwa pengangkut bertanggung jawab atas kerusakan dan kehilangan bagasi namun
limit penggantian yang ditentukan peraturan ini sudah sama sekali tidak sesuai dengan keadaan ekonomis dewasa ini.
Tanggung jawab maskapai penerbangan dalam bagasi yang rusak maupun hilang sudah jelas diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
Pasal 144 yaitu “Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh
kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut”. Pasal 168 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan
ayat 1 yaitu “Jumlah ganti kerugian untuk setiap bagasi tercatat dan kargo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 dan Pasal 145 ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2009”. Pasal 1 Ayat 3 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 77 Tahun 2011 tentang
Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara juga memberikan definisi tanggung jawab pengangkut, yaitu “Kewajiban perusahaan angkutan udara untuk mengganti
kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengirim barang serta pihak ketiga”. Pelaksanaan pengangkutan terlebih dahulu dilakukan perjanjian pengangkutan, agar
lebih mudah mengetahui pihak yang bertanggung jawab apabila terjadi masalah dan resiko yang ditanggung, Mr. E. Suherman mengemukakan tanggung jawab
✞ ✟
pengangkutan adalah suatu perbuatan yang dibebankan kepada kedua belah pihak yang bersifat mengikat atas dasar perjanjian pengangkutan.
18
Ajaran hukum yang berlaku di Common Law System maupun Continental System, perusahaan penerbangan sebagai pengangkut yang menyediakan jasa transportasi
udara untuk umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang danatau pengiriman barang. Menurut ajaran hukum tersebut, untuk keperluan
tanggung jawab liabilyty majikan dengan karyawan, pegawai, atau agen atau perwakilannya atau orang yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan
penerbangan tersebut dianggap seseorang, karena itu berdasarkan ajaran hukum doctrine terebut, perusahaan penerbangan harus bertangung jawab terhadap
penumpang, pengiriman barang, maupun pihak ketiga.
19
Hukum pengangkutan udara mengenal tiga konsep dasar tanggung jawab hukum , yaitu tanggung jawab atas dasar kesalahan kesalahan based on fault liability,
tanggung jawab hukum tanpa bersalah presumption of liability, dan tanggung jawab mutlak absolute liability atau strict liability.
20
18
E. Suherman, Tanggung Jawab Pengangkutan Dalam Hukum Udara Indonesia, Bandung : N.V.Eresco I, 1962, hlm 12
19
H.K Martono dan Agus Pramono, Hukum Udara Perdata Internasional dan Nasional, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2013, hlm 10
20
Ibid., hlm 10
✠