Tanggung Jawab Praduga Bersalah

✏ ✑ terdapat barang berharga atau barang yang berharga, dan pengangkut setuju untuk mengangkutnya. 2 Dalam hal pengangkut menyetujui barang berharga atau barang yang berharga di dalam bagasi tercatat diangkut sebagaimana dimaksud pada Ayat 1, pengangkut dapat meminta kepada penumpang untuk mengasuransikan barang tersebut”.

3. Tanggung Jawab Multak

Absolute Liability Prinsip pengangkut harus bertanggung jawab atas setiap kerugian yang timbul dalam pengangkutan yang diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut. 27 Berdasarkan konsep tanggung jawab ini korban tidak perlu membuktikan kesalahan dari maskapai penerbangan, tetapi otomatis memperoleh ganti rugi. Para korban cukup memberitahu bahwa menderita kerugian akibat jatuhnya pesawat udara atau orang dan barang-barang dari pesawat udara. Konsep tanggung jawab multlak terdapat dalam Pasal 144 Undang-Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang penerbangan yang berbunyi: “Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang karena bagasi tercatat hilang, musnah, atau rusak yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara selama bagasi tercatat berada dalam pengawasan pengangkut.” Tanggung jawab pengangkut terhadap bagasi tercatat dimulai sejak pengangkut menerima bagasi tercatat pada saat pelaporan check-in sampai dengan diterimanya bagasi tercatat oleh penumpang sebagaimana hal in termuat dalam 27 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Op.Cit., hlm 56 ✒✒ pasal 18 Ayat 2 Peraturan Menteri perhubungan No. 77 Tahun 2007 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Udara

E. Kerangka Pikir

Keterangan Kegiatan pengangkutan terdiri dari dua pihak yaitu pihak penumpang dan pengangkut udara sebagai penyedia jasa angkutan udara. Kegiatan ini menimbulkan hubungan hukum yaitu perjanjian angkutan udara. Didalam melakukan hubungan hukum antara penumpang dan jasa angkutan yang terikat dalam perjanjian pengangkutan tentu tidak luput dari masalah. Salah satu masalah yang dihadapi adalah hilang danatau Tanggung jawab maskapai penerbangan terhadap bagasi penumpang Upaya hukum penumpang terhadap kerugian bagasi yang hilang atau rusak Putusan Pengadilan Negri- Putusan Pengadilan Tinggi- Putusan Mahkamah Agung No. 820KPDT2013 Tanggung Jawab Pengangkutan Udara Penumpang Pengangkut Udara Perjanjian Pengangkutan Udara Perbuatan Melawan Hukum ✓ ✔ rusaknya bagasi milik penumpang pengguna jasa angkutan udara. Masalah ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 77 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara. Salah satu contoh permasalahan hilang atau rusaknya bagasi milik penumpang yang telah diselesaikan dengan adanya Putusan Mahkamah Agung Nomor 820PDT2013. Dari putusan ini penulis akan melihat dan menalaah upaya hukum yang dilakukan penumpang terhadap hilang danatau rusaknya bagasi penumpang dan tangung jawab perusahaan maskapai penerbangan terhadap bagasi penumpang. III. METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem tertentu, metodologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu dan konsisten berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu. Penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat mempertanggungjawabkan kebenaranya. 1

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang digunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. 2 Untuk itu penelitian ini akan menjelaskan secara lengkap, rinci, jelas dan sistematis dari peraturan 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 2 2 Soerjono Soekamto, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers,2009, hal. 13.

Dokumen yang terkait

Eksistensi Presidential Threshold Paska Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 14/Puu-Xi/2013

6 131 94

Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 101/K.Pdt.Sus/Bpsk/2013 Tentang Penolakan Klaim Asuransi Kendaraan Bermotor

22 248 119

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Tanggung Jawab Maskapai Penerbangan Terhadap Penumpang Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan

3 100 84

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122