Mengenai pengertian atau definisi anak dalam berbagai peraturan perundang- undangan yang ada di Indonesia saat ini belum ada batasan yang konsisten.
Artinya antara satu dengan lainnya belum terdapat keseragaman, melihat hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan batasan umur atau usia anak
digantungkan pada kepentingan pada saat produk hukum tersebut dibuat. 2.
Perlindungan Hukum Terhadap Anak Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 delapan belas tahun. Bertitik
tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak meletakkan
kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas yaitu: 1
Nondiskriminasi 2
Kepentingan yang terbaik bagi anak 3
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan 4
Penghargaan terhadap pendapat anak Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, memerlukan peran
masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan,
lembaga swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa, atau lembaga pendidikan.
Perlindungan hukum terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana merupakan perwujudan dari pemenuhan hak-hak anak dalam konteks sistem peradilan pidana
anak. Hak-hak anak yang menjadi sorotan utama dalam proses ini adalah sebagai berikut; sebagai tersangka, hak-hak yang diperoleh sebagai tindakan perlindungan
terhadap tindakan yang merugikan fisik, psikologis dan kekerasan, hak untuk yang dilayani kerena penderitaan fisik, mental, dan sosial atau penyimpangan
perilaku sosial; hak didahulukan dalam proses pemeriksaan, penerimaan laporan, pengaduan dan tindakan lanjutan dari proses pemeriksaan; hak untuk dilindungi
dari bentukbentuk ancaman kekerasan dari akibat laporan dan pengaduan yang diberikan.
D. Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas dijala raya adalah dua rangkaian kata yang terdiri dari kata kecelakaan lalu lintas dan jalan raya. Kata kecelakaan lalu lintas diartikan sebagai
suatu peristiwa dijalan yang tidak disangkakan dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban
manusia atau kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas merupakan bahaya potensial akibat meningkatnya kegiatan
dalam sektor ekonomi, khususnya perhubungan darat. Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas tidak saja kerugian materil tetapi juga menyebabkan
luka ringan, luka berat, cacat tubuh yang permanen, bahkan meninggal dunia.
Jalan raya tempat untuk lalu lintas orang atau kendaraan dan sebagiannya sebagian besar, perlintasan dari satu tempat ketempat lain. Bahwa jalan sebagai
salah satu prasaran transportasi merupakan unsur penting dalam pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara dan pembinaan persatuan dan kesatuan
bangsa, wilayah bangsa dan fungsi masyarakat serta dalam memajukan kepentingan umum.
Kontroversi penerapan hukum pidana dalam kasus kecelakaan lalu lintas juga harus diluruskan. Perdamaian dalam tindak pidana kecelakaan lalu lintas sering
terjadi dan diterapkan oleh masyarakat selama ini. Perdamaian kerap kali terjadi di antara pihak pengemudi yang menabrak dengan pihak korban dengan cara
pembayaran sejumlah uang atau santunan oleh pihak penabrak kepada korban sebagai penggantian biaya pengobatan di rumah sakit atau biaya santunan bagi
korban yang telah meninggal dunia. Biasanya pihak korban telah merasa adil sementara pihak pelaku sendiri dengan tulus ikhlas membayarkan sejumlah uang
tersebut. Dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas dapat menimpa sekaligus
atau hanya beberapa hanya diantaranya. Berikut kondisi yang digunakan untuk mengklasifikasikan korban lalu lintas yaitu:
1 Meninggal dunia adalah korban kecelakaan lalu lintas yang dipastikan
meninggal dunia akibat kecelakaan laulintas dalam jangka paling lama 30 hari stelah kecelakaan tersebut.
2 Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita
cacat tetap atau harus dirawat di inap di rumah sakit dalam jangka lebih dari
30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian digolongkan cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang atau tidak dapat digunakan sama sekali dan
tidak dapat pulih kembali untuk selama-lamanya cacat permanenseumur hidup.
3 Luka ringan adalah korban
yang mengalami luka-luka yang tidak memerlukan rawat inap atau harus diinap lebih dari 30 hari.
Pasal 310 ayat 1, 3 dan 4 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009: 1
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan
Kendaraan danatau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 2, dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 enam bulan danatau
denda paling banyak Rp1.000.000,00 satu juta rupiah. 3
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka
berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat 4, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun danatau denda paling banyak
Rp10.000.000,00 sepuluh juta rupiah. 4
Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 enam tahun danatau denda paling banyak Rp12.000.000,00 dua belas juta rupiah.
Perkara tindak pidana lalu lintas umumnya terjadi tanpa kesengajaan, di sini yang ada hanya unsur kealpaan atau kelalaian. Pengenaan pidana kepada orang yang