Seorang Anak yang melakukan tindak pidana biasa disebut dengan anak nakal. Berdasarkan Pasal 1 Butir 2 Undang-Undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Anak, anak nakal adalah: 1.
Anak yang melakukan tindak pidana, atau 2.
Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan dilarang bagi anak, baik menurut perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang
hidup dan berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Kenakalan anak menurut Kartini Kartono adalah perilaku jahat dursila, atau
kejahatankenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit patologi secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian
tingkah laku yang menyimpang.
11
Kenakalan anak adalah reaksi dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak, namun tidak segera ditanggulangi, sehingga menimbulkan akibat yang
berbahaya baik untuk dirinya maupun bagi orang lain. Menurut Romli Atmasasmita, Juvenile Deliquency adalah setiap perbuatan atau tingkah laku
seseorang anak di bawah umur 18 delapan belas tahun dan belum kawin yang merupakan pelanggaran terhadap norma-norma hukum yang berlaku serta dapat
membahayakan perkembangan peribadi anak yang bersangkutan.
12
Kenakalan anak suatu tindakan atau perbuatan pelanggaran norma, baik norma hukum maupun norma sosial yang dilakukan oleh anak-anak yang masih dibawah
umur. Pengaturan dalam undang-undang pengadilan anak mengacu pada pembinaan dan perlindungan hukum kepada anak nakal guna melindungi hak-hak
11
Kartini Kartono. Pathologi Sosial 2, Kenakalan Remaja, Jakarta : Raja Wali Pers,1992.hlm. 68
12
Romli Atmasasmita. Problem Kenakalan Anak-Anak Remaja, Bandung : Amico, 1983.hlm. 107.
anak untuk menjamin kepentingan terbaik bagi anak. Anak adalah seseorang yang masih dibawah umur perlu mendapatkan perhatian dan perlindungan hukum
agarhak-haknya sebagai anak dapat terpenuhi.
C. Tinjauan Umum Tentang Anak
1. Pengertian Anak
Mengenai defenisi anak sampai sekarang ini belum ada persepsi status anak di bawah umur. Tingkat usia seseorang dapat dikategorikan antara satu negara
dengan negara lain cakupannya beraneka ragam. Indonesia sendiri tidak ada keseragaman batas umur seseorang yang dapat dikatakan sebagai anak, ada
banyak undang-undang yang menyebutkan batas umurusia antara lain : 1
Undang-undang No. 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak Jo junto Undang-undang No 35 Tahun 2014, anak adalah seorang yang belum berusia
18delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 2
Undang-undang No. 11 Tahun 2012, tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam UU ini yang dimaksud dengan anak dirumuskan dalam Pasal 1 ayat
3 yaitu anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut dengan anak adalah anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur
18 tahundelapan belas yang diduga melakukan tindak pidana. Anak memiliki karakteristik khusus spesifik dibandingkan dengan orang dewasa
dan merupakan salah satu kelompok rentan yang haknya masih terabaikan, oleh karena itu hak-hak anak menjadi penting diprioritaskan.
13
Dalam hukum positif di
13
PERMEN Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak R.I. Nomor 15 Tahun 2010, Pedoman Umum Penanganan Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum, Kementrian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak R.I.
Indonesia anak diartikan sebagai orang yang belum dewasa minderjarigperson under age, orang yang dibawah umurkeadaan dibawah umur minderjarig
heidinferiority atau biasa disebut juga sebagai anak yang berada dibawah pengawasan wali minderjarige under voordij. Pengertian anak itu sendiri jika
kita tinjau lebih lanjut dari segi usia kronologis menurut hukum dapat berbeda- beda tergantung tempat, waktu dan untuk keperluan apa, hal ini juga akan
mempengaruhi batasan yang digunakan untuk menentukan umur anak. Adapun beberapa definisi tentang anak dalam beberapa peraturan perudang-undangan saat
ini adalah sebagai berikut: 1
Pasal 1 Convention on the Right of the Child, Anak diartikan sebagai setiap orang dibawah usia 18 delapan belas tahun, kecuali berdasarkan hukum
yang berlaku terhadap anak, kedewasaan telah diperoleh sebelumnya. Artinya yang dimaksud dengan anak adalah mereka yang belum dewasa dan yang
menjadi dewasa karena peraturan tertentu sedangkan secara mental dan fisik masih belum dewasa.
2 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Anak
adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 delapan belas tahun dan belum menikah termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal
tersebut adalah demi kepentingannya. 3
RUU Sistem Peradilan Pidana Anak, dalam Pasal 1 angka 2 menyebutkan Anak yang berkonflik dengan hukum, yang selanjutnya disebut anak adalah
orang yang telah berumur 12 dua belas tahun tetapi belum mencapai umur 18 delapan belas tahun yang disangka, didakwa atau dijatuhi pidana karena
melakukan tindak pidana.
Mengenai pengertian atau definisi anak dalam berbagai peraturan perundang- undangan yang ada di Indonesia saat ini belum ada batasan yang konsisten.
Artinya antara satu dengan lainnya belum terdapat keseragaman, melihat hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penetapan batasan umur atau usia anak
digantungkan pada kepentingan pada saat produk hukum tersebut dibuat. 2.
Perlindungan Hukum Terhadap Anak Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi Pasal 1 Ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berumur 18 delapan belas tahun. Bertitik
tolak dari konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan komprehensif, UndangUndang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak meletakkan
kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan asas-asas yaitu: 1
Nondiskriminasi 2
Kepentingan yang terbaik bagi anak 3
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan 4
Penghargaan terhadap pendapat anak Upaya pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak, memerlukan peran
masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan,