halus akan termampatkan, cairan penyari akan sulit menembus pori-pori serbuk sehingga penyarian tidak sempurna. Dalam penelitian ini, digunakan metode
maserasi dengan pengadukan terus menerus menggunakan shaker sehingga serbuk tidak termampatkan. Oleh karena itu, masing-masing simplisia perlu ditetapkan
derajat halus yang paling tepat untuk memperoleh hasil penyarian yang baik. Pada penelitian ini digunakan pengayak dengan no mesh 11 yang artinya dalam 1 inci
tercapat 11 lubang. Pengayak ini digunakan karena dihasilkan serbuk yang dapat digunakan pada metode maserasi dengan pengadukan, dimana proses penyarian
berjalan dengan baik.
C. Maserasi Daun Tumbuhan Tembelekan
Penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga di dalam cairan penyari
terdapat zat aktif. Maserasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Penyarian dengan cara maserasi
perlu dilakukan pengadukan untuk meratakan konsentrasi larutan di luar serbuk simplisia sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya perbedaan
konsentrasi yang sebesar-besarnya antara larutan dalam sel dengan larutan diluar sel. Makin besar perbedaan konsentrasi, makin besar pula daya dorong untuk
memindahkan massa dari dalam sel ke dalam cairan penyari Anonim, 1986. Maserasi dilakukan dengan memasukkan ke dalam bejana 10 bagian
simplisia dengan derajad halus yang cocok kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari. Maserasi dengan menggunakan mesin pengaduk yang berputar terus
menerus dilakukan 6 sampai 24 jam Anonim, 1986. Dalam penelitian ini digunakan 30 gram serbuk daun tembelekan dan 225 ml etanol p.a. yang dimasukkan dalam
Erlenmeyer yang ditutup dengan aluminium foil. Hal ini bertujuan agar larutan penyari etanol p.a. tidak menguap terlebih dahulu, sehingga penyarian dapat
maksimal. Lalu diletakkan pada mesin pengaduk shaker dengan laju konstan 130 rpm selama 2 x 24 jam, dengan tiap 24 jam mengganti pelarut. Penyarian dilakukan
dengan laju 130 rpm yang diasumsikan merupakan putaran yang optimum. Penyarian dilakukan selama 2 x 24 jam untuk memastikan bahwa zat aktif yang terkandung
dalam ekstrak etanol daun tumbuhan tembelekan sudah tersari dengan sempurna. Pada penelitian ini didapatkan maserat sebanyak 450 ml. Untuk
mendapatkan ekstrak etanol kering maka etanol diuapkan menggunakan vaccum rotary evaporator
hingga kental ± 100 ml, kemudian dipekatkan di waterbath
dengan suhu 60 ° C menggunakan cawan porselen yang sebelumnya telah ditara.
Vaccum rotary evaporator digunakan karena dengan alat ini kita dapat mengatur
tekanan alat 175 mmHg untuk etanol, sehingga hanya etanol saja yang menguap, senyawa lain yang terkandung di dalam ekstrak diharapkan tidak ikut menguap. Suhu
60 ° C merupakan suhu optimal untuk penguapan di atas waterbath. Jika suhu terlalu
tinggi, dapat menyebabkan senyawa aktif yang terdapat didalamnya rusak. Dari penyarian ini didapatkan 2,27 gram ekstrak kering. Cawan porselen
yang berisi ekstrak kemudian ditutup dengan aluminium foil lalu dimasukkan dalam eksikator. Dalam eksikator tidak ada air dan udara yang masuk, yang dapat
memungkinkan terjadinya perubahan senyawa dalam ekstrak tersebut atau dapat merusak senyawa oleh adanya bakteri atau cendawan. Selain itu, dapat juga menarik
sisa air yang mungkin masih tertinggal dalam ekstrak karena proses pengeringan yang kurang sempurna.
D. Pembuatan Air Laut Buatan ALB