Karsinogen dapat merangsang pembentukan kanker. Beberapa karsinogen yang diduga dapat menaikkan resiko terjadinya kanker antara lain senyawa kimia
zat karsinogen, faktor fisika radiasi bom atom dan radioterapi agresif, virus virus hepatitis B dan C, dan hormon Dalimartha, 2003.
Sebagai langkah pengobatan, telah banyak dilakukan penanganan terhadap para penderita kanker, baik secara medis maupun tradisional. Obat antikanker
diharapkan memiliki toksisitas selektif, artinya menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel jaringan normal Nafrialdi dan Ganiswarna, 1995.
Senyawa-senyawa aktif dari berbagai macam tanaman telah banyak digunakan untuk mengobati kanker. Lebih dari 1400 macam tanaman digunakan
untuk mengobati kanker, misalnya Phyllanthus acuminatus, Marati oreganos, Catharanthus roseus, dan masih banyak tanaman yang lain Evans, 2002. Senyawa
aktif antikanker tersebar luas pada tanaman tingkat tinggi meliputi berbagai golongan senyawa seperti flavonoid, alkaloid, saponin, oligosakarida, kuasinoid, terpenoid dan
polifenol Cheng, 2003.
G. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Untuk melakukan penyarian harus diketahui zat
aktif yang dikandungnya sehingga mempermudah pemilihan cairan penyari serta cara penyarian yang tepat Anonim, 1986.
Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif
di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat akan didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel Anonim, 1986. Maserasi pada umumnya dilakukan dengan memasukkan 10 bagian
simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam bejana kemudian dituangi 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya,
sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari sari diserkai, ampas diperas. Ampas ditambah cairan penyari secukupnya diaduk dan diserkai, sehingga diperoleh seluruh
sari sebanyak 100 bagian. Bejana ditutup, dibiarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya selama 2 hari. Kemudian endapan dipisahkan. Penggunaan mesin pengaduk
yang berputar terus menerus dapat mempersingkat waktu maserasi menjadi 6-24 jam Anonim, 1986.
H. Kromatografi Lapis Tipis KLT
Kromatografi lapis tipis merupakan metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri dari bahan berbutir fase diam ditempatkan pada
penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan pada fase diam dan hasil totolannya
berupa bercak atau pita. Setelah itu pelat dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi fase gerak yang cocok. Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler
pengembangan. Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan atau dideteksi Stahl, 1985.
Fase diam pada kromatografi lapis tipis terdiri dari bahan padat atau serbuk halus yang terbuat dari kaca, polimer, atau logam. Larutan melekat pada permukaan
dengan bantuan bahan pengikat, biasanya kalsium sulfat atau amilum. Penyerap yang umum adalah silika gel, aluminium oksida, kieselguhr, poliamida, selulosa dan
turunannya. Untuk analisis, tebal penyerap 0,1-0,3 mm. Sebelum digunakan, lapisan penyerap disimpan dalam lingkungan yang tidak lembab dan bebas dari uap lain
Stahl, 1985. Fase gerak adalah medium angkut yang terdiri dari satu atau beberapa
pelarut yang bergerak di dalam fase diam, yaitu suatu lapisan yang berpori yang disebabkan adanya gaya kapiler. Pelarut yang digunakan hanyalah yang memiliki
tingkat mutu analitik dan apabila diperlukan dapat digunakan pelarut yang merupakan campuran sedikit mungkin pelarut dan paling banyak terdiri dari tiga
jenis pelarut Stahl, 1985. Jarak pengembangan senyawa pada kromatografi biasanya dinyatakan
dalam angka Rf atau hRf, dimana angka tersebut dapat digunakan untuk identifikasi senyawa yang dianalisis. Harga Rf merupakan karakteristik KLT. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan dua bercak dengan harga Rf dan ukuran yang hampir sama. Harga Rf untuk suatu senyawa dapat dibandingkan dengan harga
standar Stahl, 1985. Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Rf= Jarak garis depan dari titik awal
Deteksi bercak pada lempeng kromatografi yang telah dikembangkan dapat menggunakan sinar UV 254 nm dan UV 365 nm dan pereaksi semprot. Deteksi
paling sederhana adalah dengan sinar UV pada lapisan yang mengandung indikator fluoresensi, terbatas pada senyawa yang mempunyai cincin aromatik dan ikatan
rangkap terkonjugasi. Apabila dengan sinar UV senyawa tidak terdeteksi, maka digunakan pereaksi semprot yang sesuai Stahl, 1985.
I. Landasan Teori
Tembelekan merupakan salah satu tumbuhan obat yang banyak digunakan masyarakat untuk menghilangkan tumor dan dilaporkan toksik pada binatang yang
memakan daunnya. Toksisitas tumbuhan tembelekan dihubungkan dengan pentasiklik triterpenoid dan flavonoid yang terkandung didalamnya. Flavonoid dan
pentasiklik triterpen dalam tumbuhan tembelekan larut dalam etanol. Untuk mengetahui toksisitas daun tumbuhan tembelakan digunakan metode
Brine Shrimp Lethality Test yang merupakan metode pengujian bioaktivitas suatu bahan dengan organisme uji berupa larva artemia. Larva artemia digunakan karena
memiliki kesamaan sistem enzim pada mamalia antara lain DNA-dependent RNA polymerase dan ouabaine sensitive Na
+
and K
+
dependent ATPase. Suatu senyawa dikatakan toksik jika mempunyai LC
50
kurang dari 1000 μgml. Jika suatu senyawa
berefek toksik terhadap larva artemia, maka senyawa tersebut dapat diuji lebih lanjut menggunakan biakan sel kanker untuk mengetahui efeknya sebagai antikanker.
J. Hipotesis