5. Penggunaan artemia pada metode BST
Artemia secara luas telah digunakan untuk pengujian aktivitas farmakologi ekstrak suatu tanaman. Artemia juga merupakan hewan uji yang digunakan untuk
praskrining aktivitas antikanker di National Cancer Institude NCI, Amerika Serikat. Uji BST dengan hewan uji artemia dapat digunakan untuk skrining awal terhadap
senyawa-senyawa yang diduga berkhasiat sebagai antitumor karena uji ini mempunyai korelasi yang positif dengan potensinya sebagai antitumor meskipun
penggunaan artemia ini memang tidak spesifik untuk antitumor maupun fisiologis aktif tertentu Anderson, Goets, and Laughin, 1991.
Artemia dapat digunakan sebagai hewan uji karena artemia memiliki kesamaan tanggapan dengan mamalia, misalnya tipe DNA-dependent RNA
polymerases yang terdapat pada artemia serupa dengan yang terdapat pada mamalia dan organisme ini juga memiliki ouabaine-sensitive Na
+
and K
+
dependent ATPase Solis et al., 1992.
DNA-dependent RNA polymerases merupakan DNA yang mengarahkan proses transkripsi RNA yang bergantung pada RNA polymerases. Enzim ini
membuka pilinan kedua untai DNA sehingga terpisah dan mengkaitkannya bersama- sama nulkeotida RNA pada saat nukleotida-nukleotida ini membentuk pasangan-basa
di sepanjang cetakan DNA. Eukariotik mempunyai 3 macam RNA polymerases yaitu mRNA messenger RNA yang merupakan pembawa kode genetik dari DNA ke
ribosom, tRNA transfer RNA yang berfungsi untuk menterjemahkan kodon dan mengikat asam amino yang akan disusun menjadi protein dan mengangkutnya ke
ribosom, serta rRNA ribosomal RNA yang bersama dengan protein membentuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ribosom. Jika RNA polymerases tersebut dihambat, maka DNA tidak dapat mensintesis RNA dan RNA tidak dapat terbentuk sehingga sintesis protein juga
dihambat. Protein merupakan komponen utama semua sel. Protein berfungsi sebagai unsur struktural, hormon, imunoglobulin, serta terlibat dalam kegiatan transport
oksigen, kontraksi otot, dan lainnya Nuswantari, 1998. Tidak terbentuknya protein dapat mengganggu metabolisme sel, sehingga pada akhirnya akan menyebabkan
kematian sel.
Gambar 10. Kerja RNA polymerase dalam transkripsi Michael, 2007
Artemia juga memiliki ouabaine-sensitive Na
+
and K
+
dependent ATPase. Na
+
K
+
ATPase merupakan enzim yang mengkatalisis hidrolisis ATP menjadi ADP serta menggunakan energi untuk mengeluarkan 3 Na
+
dari sel dan mengambil 2 K
+
ke dalam, tiap sel bagi tiap mol ATP dihidrolisis. Na
+
K
+
ATPase ditemukan dalam semua bagian tubuh. Aktivitas enzim ini dihambat oleh ouabaine. Adanya ouabaine
menyebabkan keseimbangan ion Na
+
dan K
+
tetap terjaga homeostasis. Selain itu, sekarang ini ouabaine juga digunakan untuk terapi payah jantung. Di dalam jantung,
Na
+
K
+
ATPase secara tak langsung mempengaruhi transport Ca
2+
karena Na
+
ekstrasel akan ditukar dengan Ca
2+
intrasel. Jika kerja Na
+
K
+
ATPase dihambat, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maka lebih sedikit Ca
2+
intrasel dikeluarkan dan Ca
2+
intrasel meningkat, sehingga memudahkan kontraksi otot jantung Ganong, 1995.
Gambar 11. Mekanisme kerja Na
+
and K
+
ATP ase Michael, 2007
Jika suatu senyawa bekerja mengganggu kerja salah satu enzim ini pada artemia dan menyebabkan kematian artemia, maka senyawa tersebut bersifat toksik
dan dapat menyebabkan kematian sel mamalia. Metode BST dengan hewan uji artemia tidak dapat digunakan untuk pengujian senyawa yang dalam mengganggu
kerja salah satu enzim tersebut memerlukan aktivasi dalam sel mamalia, seperti 6- mercaptopurine yang harus dimetabolisme terlebih dahulu dalam sel mamalia.
Sehingga jika senyawa 6-mercaptopurine diujikan pada artemia, maka akan memberikan LC
50
yang lebih besar dari 1000 bersifat tidak toksik pada artemia Solis et al.,1992.
Keuntungan penggunaan artemia sebagai hewan uji adalah kesederhanaan dalam pelaksanaan, waktu relatif singkat, dan konsentrasi kecil sudah dapat
menimbulkan aktivitas biologi Meyer et al., 1982. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Uji Toksisitas Akut Toksisitas merupakan sifat relatif toksikan berkaitan dengan potensinya