peluang lebih besar terjadinya hipertensi, berbeda dengan penelitian Zhang, 2013 pada laki-laki 41,7 dan perempuan 42,4 tidak ada perbedaan statistik yang
signifikan. Namun, pada penelitian ini jumlah perempuan 57. Pada tabel VI dapat dilihat responden yang hipertensi lebih banyak responden perempuan, hal ini karena
jumlah responden perempuan secara keseluruhan lebih banyak. Kemungkinan belum tentu jenis kelamin mempengaruhi hipertensi pada penelitian ini.
A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi
Gambar 5. Faktor Risiko Subyek dalam Penelitian berdasarkan teori ‘Rule of
Halves’.
Prevalensi hipertensi adalah jumlah orang dalam populasi yang menderita hipertensi. Dari Gambar 5, dapat dilihat bahwa frekuensi hipertensi di Dukuh Sembir
55,8. Persentase tersebut berarti prevalensi hipertensi di Dukuh Sembir lebih dari setengah responden penelitian di Dukuh Sembir, sehingga dapat disimpulkan bahwa
prevalensi hipertensi di Dukuh Sembir cukup banyak karena sudah lebih dari setengah populasi dan kurang sesuai dengan
The ‘Rule of Halves‘ .
Kesadaran
awareness
pada penelitian ini adalah responden hipertensi yang sadar menderita hipertensi. Gambar 5 menunjukan responden hipertensi yang sadar
menderita hipertensi di Dukuh Sembir 29,1. Jadi kesadaran responden hipertensi di
Dukuh Sembir cukup rendah karena responden hipertensi yang sadar menderita hipertensi tidak lebih dari setengah responden hipertensi. Hal tersebut menunjukkan
penelitian ini kurang sesuai dengan
The
‘Rule of Halves‘ .
Tabel VII. Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Sembir
Keterangan Frekuensi
responden Persen
Terapi Rutin
7 2,6
Jarang 39
14,7
Tidak Terapi 102
38,5
Total 148
55,8
Terapi adalah upaya penyembuhan yang dilakukan seseorang. Dari tabel VII, dapat dilihat bahwa responden hipertensi yang rutin melakukan terapi di Dukuh
Sembir 2,6. Responden hipertensi yang tidak rutin melakukan terapi di Dukuh sembir 14,7. Berdasarkan data yang ada dapat disimpulkan bahwa responden
hipertensi yang melakukan terapi tidak cukup banyak karena tidak lebih dari setengah responden yang sadar menderita hipertensi, sehingga kurang sesuai dengan
The
‘
Rule
of Halves‘. Kebanyakan masyarakat Dukuh Sembir yang melakukan terapi hipertensi
mengkonsumsi obat golongan CCB seperti Amlodipin 13,04 dan Nifedipin 4,35. Ada juga masyarakat Dukuh Sembir juga melakukan terapi dengan obat
golongan ACE seperti
Captopril
21,74. Diuretik seperti HCT 2,17 juga merupakan salah satu obat yang dikonsumsi beberapa masyarakt Dukuh Sembir.
Namun dari terapi yang telah dilakukan tidak dapat disimpulkan terkontrol atau tidak,
karena peneliti hanya mengambil data sekali dan tidak mengecek terkontrolnya tekanan darah responden setelah melakukan terapi baik herbal ataupun obat secara
rutin.
Tabel VIII. Terapi Obat Hipertensi Responden Penelitian di Dukuh Sembir
B. Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi