Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

a. Umur. Semakin bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi di kalangan umur lanjut cukup tinggi, karena arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan seiring dengan bertambahnya umur. Qiao, 2013. Bersamaan meningkatnya umur, peningkatan tekanan darah tidak dapat dihindari, sehingga umur bertindak sebagai penanda jangka panjang yang dapat mengakibatkan faktor risiko lain dapat terjadi Sherlock, 2014. Menurut survei tahun 2002, Prevalensi hipertensi tanpa obat antihipertensi dari berbagai pulau besar di Indonesia pada populasi dewasa yang berumur ≥40 tahun adalah 37,32 dari 1.814 subyek hipertensi yang mengalami hipertensi 677 Setiati, 2005. b. Jenis kelamin. Pada pasien wanita dengan umur ≥50 tahun memiliki peluang lebih besar terjadinya hipertensi Qiao, 2013. Penelitian meta-analisis di dunia, 52 perempuan memiliki rata-rata tekanan darah lebih tinggi daripada 48 laki-laki Sherlock, 2014. Suatu penelitian yang dilakukan di Cina menunjukan hasil pria 41,7 dan wanita 42,4 tidak ada perbedaan statistik yang signifikan Zhang, 2013. 2. Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol a. Aktivitas fisik. Lebih dari setengah 52,2 memiliki aktivitas berat yang mengakibatkan hipertensi Peltzer, 2013. Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Olahraga secara rutin dapat sebagai upaya pencegahan dan pengobatan terhadap hipertensi. Olahraga juga dikaitkan dengan peran obesitas pada hipertensi Alsairafi, 2010. b. Merokok. Merokok merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dengan hipertensi Chataut, 2011. Merokok menyebabkan peningkatan langsung tekanan darah baik sistolik maupun diastolik dan denyut jantung yang berlangsung selama lebih dari 15 menit setelah satu batang rokok bila dibandingkan dengan non perokok Venkataraman, 2013. Zat yang terdapat dalam rokok dapat merusak lapisan dinding arteri berupa plak. Ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kandungan nikotinnya bisa meningkatkan hormon epinefrin yang bisa menyempitkan pembuluh darah arteri. Karbonmonoksida dapat menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk menggantikan pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Kerja jantung yang lebih berat tentu dapat meningkatkan tekanan darah Marliani, 2007. c. Mengatur Pola Makan. Mengkonsumsi garam sebagai penyebab utama hipertensi. Garam dapur mengandung 40 natrium dan 60 klorida. Amerika Latin dan Karibia setelah tahun 2000, konsumsi garam melebihi 9 ghari. Konsumsi garam meningkat sekitar 40 kali lebih tinggi dari jumlah yang nenek moyang makan garam selama beberapa juta tahun evolusi, sehingga disarankan mengurangi konsumsi garam 5 ghari, untuk pengontrolan 3-4ghari Feng, 2013. Mengurangi asupan garam dapat meningkatkan kontrol tekanan darah 2,3 kali lipat. Konsumsi garam berlebihan secara langsung meningkatkan tekanan darah dan menumpulkan efektivitas obat antihipertensi ICSI, 2012. Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah. Kandungan bahan kimia dalam minyak goreng terdiri dari beraneka asam lemak jenuh ALJ dan asam lemak tidak jenuh ALTJ. Minyak goreng yang tinggi kandungan ALTJ-nya hanya memiliki nilai tambah gorengan pertama saja. Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu terjadinya hipertensi dan penyakit jantung Goldman, 2014. d. Obesitas. BMI ≥25 menjadi faktor risiko kuat yang mengakibatkan hipertensi Gudina, 2013. Aktivasi sistem saraf simpatik memiliki fungsi penting dalam patogenesis terkait obesitas dengan hipertensi. Mekanisme kontrol tekanan arteri diuresis dan natriuresis, memperoleh umpan balik yang tak terbatas, bergeser ke arah yang lebih tinggi sehingga meningkatkan tekanan darah pada orang obesitas Kotsis, 2010. Selama fase awal obesitas, ada retensi natrium primer sebagai akibat dari peningkatan reabsorpsi tubular ginjal. Volume cairan ekstraseluler diperluas dan ginjal menampung cairan dan gas sampai pada tingkat hipertensi, konsisten dengan model hipertensi karena volume overload. Aktivitas renin plasma, angiotensinogen, angiotensin II dan aldosteron menampilkan peningkatan yang signifikan selama obesitas. Resistensi insulin dan peradangan yang mengakibatkan fungsi pembuluh darah berubah dan akibatnya hipertensi. Leptin dan neuropeptida sebagai penghubung antara obesitas dan hipertensi. Obesitas harus dianggap sebagai kondisi medis yang kronis, yang mungkin memerlukan pengobatan jangka panjang Kotsis, 2010. Perhitungannya adalah sebagai berikut : Indeks massa tubuh = Chataut, 2011. Indeks massa tubuh normal 18,5-25 kgm 2 , obesitas dengan BMI ≥25 kgm 2 Chataut, 2011. e. Konsumsi Alkohol. Alkohol juga sering dihubungkan dengan hipertensi. Orang yang minum alkohol terlalu sering atau terlalu banyak memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada individu yang tidak minum atau minum sedikit. Pada responden hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan darah akan menurun dengan menurunnya konsumsi alcohol. Beberapa orang yang mengkonsumsi alkohol biasanya juga merokok. Konsumsi alkohol 3-4 gelas per minggu mengurangi risiko serangan jantung Venkataraman, 2013. Konsumsi alkohol ringan atau sedang dapat menurunkan risiko hipertensi Pletzer, 2013. Namun, jika konsumsi alkohol berat dapat mengakibatkan hipertensi Sherlock, 2014. f. Riwayat Penyakit. Riwayat keluarga menjadi faktor risiko yang kuat terhadap hipertensi, seperti diabetes melitus Gudina, 2013. Serum kreatinin, glukosa darah, kolesterol, L-DLC, asam urat, penyakit jantung koroner, stroke dan diabetes yang terkait erat dengan hipertensi Qiao, 2013.

D. Pengukuran Tekanan Darah

Dokumen yang terkait

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi berdasarkan faktor risiko kesehatan di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta (kajian faktor risiko kesehatan).

0 9 79

Prevalensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Krodan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 1 86

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Padukuhan Kadirojo II, Purwomartani, Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

0 1 81

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

0 2 87

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 2 85

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

0 2 116

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Jragung, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 2 109

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor risiko kesehatan.

0 1 95

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

0 0 84

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sembir, Madurejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta kajian faktor sosio ekonomi

0 0 82