Tabel II. Komposisi campuran parasetamol PCT dan kafein CAF untuk validasi
No PCT
μgmL CAF
μgmL 1
7,7 1,2
2 4,5
1,3 3
5,5 1,1
4 4,1
0,8 5
7,0 0,6
6 8,2
0,7 7
5,3 1,3
8 6,3
1,0 9
5,1 0,9
10 4,3
0,8
5.  Analisis sampel
a. Ditimbang  20  sampel  tablet  secara  seksama,  dicatat  bobot  setiap  tablet,
dilakukan pengujian keseragaman bobot tablet, digerus sampai homogen. b.
Ditimbang  seksama  dengan  jumlah  tertentu  yang  setara  dengan  50  mg parasetamol  dan  6,5  mg  kafein  dilarutkan  dalam  labu  takar  100  mL,
dilarutkan dalam sebagian pelarut akuabidestilata, diultrasonikasi selama 15 menit,  dan diencerkan dengan pelarut sampai batas tanda.  Larutan disaring
menggunakan kertas saring. c.
Dari larutan yang telah disaring, dipipet sebanyak 5,0 mL dan dimasukkan dalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan pelarut sampai batas tanda.
d. Dari  larutan  d  tersebut  dipipet  lagi  sebanyak  2,0  mL  dan  dimasukkan
dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan pelarut sampai batas tanda. e.
Dilakukan scanning dari larutan tersebut pada panjang gelombang 220-310 nm dengan interval absorbansi 2 nm.
f. Dilakukan penetapan kadar parasetamol dan kafein sebanyak 6 kali. Kadar
dihitung dengan metode kalibrasi multivariat partial least square PLS.
6.  Pengolahan data secara statistik dengan kalibrasi multivariat partial least square PLS
a. Model Kalibrasi Multivariat PLS.
1 Data  konsentrasi  dan  absorbansi  kelompok  larutan  kalibrasi  yang
disajikan  dalam  kertas  kerja  perangkat  lunak  Microsoft  Excel dipindahkan  ke  dalam  kertas  kerja  Minitab®  16  dengan  fungsi  copy-
paste. 2
Pengolahan  data  statistik  partial  least  square  PLS  dipilih  dengan menggunakan pilihan Stat  pada panel kerja Minitab 16, kemudian dipilih
regression partial least square. 3
Setelah  muncul  jendela  baru  dari  program  Minitab  16,  dilakukan pembuatan  model  PLS  parasetamol  dengan  cara;  kolom  response  diisi
dengan  pilihan  variabel  konsentrasi  PCT  dan  kolom  model  dipilih variabel  absorbansi  pada  panjang  gelombang  220-310  nm.  Untuk
pembuatan  model  PLS  kafein  dibuat  dengan  cara;  kolom  response  diisi dengan  pilihan  variabel  konsentrasi  CAF  dan  kolom  model  dipilih
variabel absorbansi pada panjang gelombang 220-310 nm. 4
Diperoleh  nilai  terhitung  dan  nilai  sebenarnya  dari  model  kalibrasi multivariat  PLS  parasetamol  dan  kafein,  nilai  tersebut  kemudian
dipindahkan  ke  dalam  kertas  kerja  perangkat  lunak  Microsoft  Excel dengan fungsi copy-paste.
5 Akurasi dan presisi dievaluasi dengan dicari nilai R
2
dan  nilai  RMSEC dengan  dibuat  hubungan  linier  antara  konsentrasi  dan  absorbansi.
Diperoleh  nilai  R
2
serta  persamaan  linier  y=bx+a.  persamaan  linier dipakai untuk menentukan nilai RMSEC.
b. Cross Validation Leave-one-out
1 Data  dipindahkan  dari  kertas  kerja  perangkat  lunak  Microsoft  Excel
dengan  menggunakan  fungsi  copy-paste  ke  dalam  kertas  kerja  Minitab 16.
2 Dipilih  model  kalibrasi  PLS  dengan  menekan  pilihan  stat  pada  panel
kerja, kemudian dipilih regression partial least square. 3
Proses  validasi  model  kalibrasi  dilakukan  dengan,  dimasukan  variabel konsentrasi  PCT  ke  dalam  response  dan  variabel  absorbansi  ke  dalam
kolom  model
.
Kemudian  tekan  tombol  option  yang  selanjutnya ditentukan tambahan proses leave-one-out. Perlakuan sama diberlakukan
untuk proses validasi CAF. 4
Diperoleh  nilai  sebenarnya  dan  nilai  terhitung,  serta  nilai  PRESS  dari tahap validasi internal dan selanjutnya dipindahkan ke dalam kertas kerja
perangkan lunak Microsoft Excel dengan fungsi copy-paste. 5
Akurasi dan presisi model kalibrasi ditinjau dari nilai R
2
dan nilai RMSECV dengan membuat hubungan linier antara nilai sebenarnya dan
nilai terhitung. Diperoleh persamaan linear y=bx+a hubungan antara nilai sebenarnya dan terhitung yang nantinya akan digunakan untuk
memperoleh nilai RMSECV.
7.  Anasilis data a.
Akurasi dan presisi model kalibrasi multivariat parasetamol dan kafein dinyatakan secara statistik dengan nilai R
2
, RMSEC, RMSECV, dan PRESS.
b. Konsentrasi  sampel  dihitung  dengan  koefisien  dari  masing-masing  model
untuk senyawa parasetamol dan kafein sesuai dengan rumus : 7
Keterangan : X                   =  Konsentrasi terhitung sampel µgmL
t
s
=  koefisien dari model kalibrasi =  absorbansi dari masing-masing pengukuran sampel
=  koreksi kesalahan yang mungkin terjadi pada model kalibrasi PLS
c. Kadar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan : Ct           = konsentrasi sampel terprediksi oleh model µgmL
Fp           = Faktor Pengenceran = Berat rata-rata penimbangan keseluruhan sampel tablet
mgtab X            = Berat penimbangan sampel mg
Tab =  Berat  rata
–rata  sampel  yang  telah  diuji  keseragaman  bobot, sehingga diasumsikan sebagai bobot persatuan tablet. 8
d. Kadar  =
=
e. Akurasi  dari  proses  penetapan  kadar  ditetapkan  dengan  persen  perolehan
kembali  dengan  rentang  yang  dapat  diterima  menurut  Herrador  dan Gonzales 2007 adalah sebesar 90-107
f. Presisi  dari  proses  penetapan  kadar  ditetapkan  dengan  nilai  RSD  dengan
nilai  maksimal  yang  masih  dapat  diterima  menurut  Gonzales  dan  Herrador 2007 adalah sebesar 8.
31
1. BAB IV