dikombinasikan  dengan  kalibrasi  multivariat  dapat  dilakukan  penetapan  masing –
masing komponen tersebut secara simultan tanpa  pemisahan. Selain  melakukan  scanning  antara  baku  dan  campuran  baku  juga
dilakukan scanning terhadap sampel dan campuran baku untuk melihat kemiripan antara  sampel  dan  campuran  baku,  seperti  ditunjukkan  pada  Gambar  8.  Hal  ini
juga  untuk  melihat  apakah  ada  eksipien  pada  sampel  yang  memberikan  serapan pada  panjang  gelombang  parasetamol  dan  kafein,  dari  gambar  8  dapat  dilihat
bahwa tidak terdapat serapan dari eksipien pada panjang gelombang parasetamol dan kafein.
Gambar 8. Overlay campuran parasetamol PCT dan kafein CAF dan sampel yang mengandung parasetamol PCT dan kafein CAF pada panjang gelombang
Kalibrasi  multivariat  partial  least  square  PLS  digunakan  untuk melakukan  pengolahan  data  absorbansi.  Partial  least  square  PLS  digunakan
untuk  melakukan  pengolahan  data  karena  mampu  menghasilkan  model  kalibrasi dengan  kemampuan  prediksi  yang  baik  untuk  jumlah  data  yang  banyak.  Data
absorbansi  dari  20  set  kalibrasi  disiapkan  sebagai  model  kalibrasi  diukur  pada
Sampel Campuran baku
PCT dan CAF
220 - 400 nm
B. Optimasi Kalibrasi Multivariat Menggunakan Partial Least Square PLS
panjang gelombang 220-310 nm dengan interval  panjang gelombang 2 nm. Pada partial  least  square  PLS  dilakukan  pemilihan  panjang  gelombang,  hal  ini
bertujuan untuk memperoleh kinerja model yang optimum meskipun pada metode partial least square PLS secara komputerisasi dapat mencakup seluruh spektrum
El Gindy, 2006. Pada penelitian ini dipilih pengukuran pada panjang gelombang 220
–310 nm karena pada panjang gelombang ini memberikan nilai korelasi yang paling optimum. Pengukuran pada panjang gelombang 220-310 nm juga bertujuan
untuk  mengurangi  data  yang  mungkin  bersifat  tidak  informatif  yang
dikhawatirkan dapat mengganggu dalam proses pengolahan data.
Data  absorbansi  dari  set  kalibrasi  diolah  menggunakan  perangkat  lunak Minitab®,  hasil  dari  pengolahan  data  menggunakan  perangkat  lunak  Minitab
menghasilkan  model  kalibrasi,  dengan  hasil  prediksi  dari  model  kalibrasi  yang ditampilkan pada tabel III. Kebaikan suatu model kalibrasi dapat dilihat dari nilai
koefisien  determinasi  R
2
dan  nilai  RMSEC  root  mean  square  error  of calibration.  Hasil  dari  analisis  varian  untuk  senyawa  parasetamol  dan  kafein
adalah  nilai  p  =  0,000  menunjukkan  bahwa  terdapat  hubungan  yang  signifikan antara kedua variabel  dalam hal ini konsetrasi dan absorbansi. Selisih antara nilai
sebenarnya  dan  nilai  terhitung  yang  dihasilkan  sangat  kecil  yang  menunjukkan pengukuran  yang  dilakukan  oleh  model  kalibrasi  baik.  Nilai  sebenarnya
merupakan konsentrasi yang dibuat berdasarkan bilangan acak pada set kalibrasi, sedangkan  nilai  terhitung  merupakan  nilai  hasil  prediksi  oleh  model.  Nilai
sebenarnya dan nilai  terhitung kemudian diproses  menggunakan  Microsoft Excel untuk menentukan nilai R
2
dan nilai RMSEC.  Nilai RMSEC Root mean square
error of calibration  yang diperoleh adalah 0,0036 untuk parasetamol PCT dan 0,0027 untuk kafein CAF.
Tabel III. Nilai sebenarnya dan terhitung hasil kalibrasi PLS dari model kalibrasi parasetamol PCT dan kafein CAF tanpa validasi silang cross validation pada
panjang gelombang 220-310 nm
Nomor Konsentrasi µgmL
PCT CAF
Sebenarnya Terhitung
Sebenarnya Terhitung
1 6,4
6,3969 1,0
1,0006 2
5,8 5,7967
0,6 0,5995
3 4,3
4,3040 0,6
0,6010 4
5,7 5,6999
0,8 0,8008
5 7,0
7,0079 0,8
0,8003 6
4,5 4,4903
0,5 0,4996
7 6,9
6,8925 1,0
0,9991 8
5,5 5,5026
0,9 0,9003
9 6,3
6,3059 0,6
0,5980 10
7,2 7,2042
1,1 1,0988
11 5,1
5,0986 0,6
0,6010 12
4,1 4,1015
1,1 1,0992
13 7,0
7,0006 1,0
1,0012 14
7,4 7,4102
0,7 0,6997
15 6,9
6,8993 0,8
0,7994 16
8,1 8,0983
0,9 0,9012
17 7,6
7,5935 0,8
0,7982 18
8,0 7,9950
0,8 0,8014
19 5,3
5,3059 0,5
0,4994 20
5,8 5,7952
0,5 0,5005
Persamaan : y = 1x + 0,0004
y = 1x + 0,00002 RMSEC
0,0036 0,0027
R
2
0,999 0,999
Nilai  RMSEC  yang  dihasilkan  baik  karena  mendekati  0,  dapat ditunjukkan  bahwa  tingkat  kesalahan  prediksi  dari  model  sangat  kecil.  Nilai
koefisien  determinasi  R
2
dari  model  kalibrasi  parasetamol  adalah  0,999  dan kafein  sebesar  0,999,  dengan  persamaan  linier  hubungan  nilai  sebenarnya  dan
nilai  terhitung untuk  parasetamol  PCT   y = 1x + 0,0004  dan  y  = 1x + 0,00002
untuk kafein CAF. Menurut Danzer 2004 akurasi model kalibrasi dapat dilihat dari persamaan garis y = bx+a, dimana y merupakan kadar terhitung dihubungkan
dengan x kadar sebenarnya. Jika nilai a mendekati 0 dan nilai b mendekati 1 maka dapat dinyatakan bahwa akurasi dari pemodelan baik.
Pada  gambar  9  dan  gambar  10  dapat  dilihat  hubungan  nilai  sebenarnya dan nilai terhitung untuk parasetamol dan kafein.
Gambar 9. Kurva hubungan nilai sebenarnya dan nilai terhitung model kalibrasi parasetamol
Gambar 10. Kurva hubungan nilai sebenarnya dan nilai terhitung model kalibrasi kafein
y = 1x + 0.0004 R² = 0,999
0,0000 2,0000
4,0000 6,0000
8,0000 10,0000
0,0000 2,0000
4,0000 6,0000
8,0000 10,0000
Kurva Hubungan Nilai Sebenarnya vs Nilai Terhitung
Model PLS Parasetamol
y = 1x + 0,00002 R² = 0,999
0,0000 0,5000
1,0000 1,5000
0,0000 0,2000
0,4000 0,6000
0,8000 1,0000
1,2000
Kurva Hubungan Nilai Sebenarnya vs Nilai terhitung
Model PLS Kafein
Dapat dilihat pada kurva setiap titik dilewati oleh garis linier yang menunjukkan hubungan yang sangat baik antara nilai sebenarnya dan nilai
terhitung.
C. Validasi Model Kalibrasi Multivariat Partial Least Square PLS