Dapat dilihat pada kurva setiap titik dilewati oleh garis linier yang menunjukkan hubungan yang sangat baik antara nilai sebenarnya dan nilai
terhitung.
C. Validasi Model Kalibrasi Multivariat Partial Least Square PLS
Konfirmasi terhadap kebaikan suatu model dalam menetapkan suatu data dapat dilakukan dengan melakukan validasi. Salah satu kendala dalam pembuatan
model kalibrasi dengan metode partial least square adalah terjadinya overfitting. Terjadinya  overfitting  dapat  menimbulkan  permasalahan  saat  melakukan
penetapan  suatu  data  lain  data  baru  meskipun  model  kalibrasi  yang  dihasilkan memiliki  kriteria  yang  baik  seperti  mampu  memberikan  korelasi  yang  baik
maupun  kesalahan  prediksi  yang  kecil.  Masalah  overfitting  dapat  diatasi  dengan adanya metode cross validation leave one out. Pada cross validation leave one out
data yang digunakan berasal dari set kalibrasi dengan mengeluarkan satu data dan memprediksi hasilnya menggunakan persamaan dari data yang tersisa. Data yang
diuji  diperlakukan  sebagai  data  sampel  sedangkan  data  yang  tersisa  sebagai prediktor.  Hal  ini  diulang  terus  menerus  hingga  tiap  sampel  diuji  sebagai  data
sampel. Hasil  cross  validation  leave  one  out  berupa  nilai  PRESS  predicted
residual error sum of square yang menunjukkan kesalahan prediksi yang terjadi, semakin kecil nilai PRESS maka semakin baik hasil prediksi yang dihasilkan oleh
model.  Parameter  yang  digunakan  untuk  melihat  hasil  validasi  cross  validation leave  one  out    berupa  nilai  RMSECV  root  mean  square  error  of  calibration
validation dan nilai R
2
dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IIV. Nilai sebenarnya dan terhitung hasil kalibrasi PLS dari set kalibrasi yang mengandung parasetamol PCT dan kafein CAF validasi silang cross
validation  pada panjang gelombang 220 –310 nm
Nomor Campuran
Konsentrasi µgmL PCT
CAF Sebenarnya
Terhitung Sebenarnya
Terhitung 1
6,3969 6,9175
0,9905 0,9884
2
5,7967 5,9510
0,5999 0,5998
3
4,3041 4,4342
0,6036 0,6053
4
5,6999 5,8070
0,8115 0,8138
5
7,0080 7,2430
0,7707 0,7615
6
4,4904 4,3591
0,4897 0,4856
7
6,8925 7,1234
0,9939 0,9914
8
5,5027 5,0628
0,9040 0,9054
9
6,3059 6,2052
0,5880 0,5861
10
7,2043 6,7216
1,0832 1,0774
11
5,0987 5,2510
0,5976 0,5965
12
4,1016 4,2086
1,1110 1,1258
13
7,0007 7,0644
1,0029 1,0024
14
7,4103 7,7157
0,7077 0,7096
15
6,8993 6,7739
0,7960 0,7953
16
8,0983 8,0546
0,8999 0,9004
17
7,5935 7,7273
0,8248 0,8352
18
7,9950 7,6632
0,8138 0,8171
19
5,3060 5,2761
0,5077 0,5114
20
5,7953 5,6426
0,5036 0,5049
Persamaan : y = 0,987x+0,094
y = 1,003x - 0,002 RMSECV
0,0196 0,1435
R
2
0,957 0,999
PRESS 1,1892
0,0053
Semakin  kecil  nilai  RMSECV  root  mean  square  error  of  calibration validation yang dihasilkan maka semakin baik kemampuan prediksi oleh model.
Koefisien  determinasi  R
2
yang  mendekati  1  menunjukkan  korelasi  yang  baik antara  nilai  sebenarnya  dan  nilai  terhitung  hasil  prediksi.  Nilai  sebenarnya  pada
tabel  IV  merupakan  nilai  yang  diperoleh  dari  penetapan  model  kalibrasi sebelumnya, sementara nilai terhitung merupakan nilai prediksi yang terjadi pada
proses  leave  one  out.  Hubungan  nilai  sebenarnya  dan  nilai  terhitung  dinyatakan dalam  persamaan  linier,  dimana  persamaan  linier  untuk  parasetamol  y=
0,987x+0,094 dengan nilai RMSECV sebesar 0,0196, nilai R
2
sebesar 0,957, dan nilai  PRESS  sebesar  1,1892.  Persamaan  linier  untuk  kafein  y  =  1,003x-0,002
dengan nilai RMSECV sebesar 0,1435, nilai R
2
0,999, serta nilai PRESS sebesar 0,0053.  Persamaan  linier  yang  menggambarkan  hubungan  nilai  sebenarnya  dan
nilai  terhitung  dapat  digambarkan  dalam  bentuk  kurva  yang  ditunjukkan  pada gambar 11 dan gambar 12.
Gambar 11. Kurva hubungan nilai sebenarnya dan nilai terhitung pada model kalibrasi parasetamol dengan cross validation leave one out
y = 0,9872x + 0,0949 R² = 0,9579
0,0000 2,0000
4,0000 6,0000
8,0000 10,0000
0,0000 2,0000
4,0000 6,0000
8,0000 10,0000
Kurva Hubungan Nilai Sebenarnya vs Nilai Terhitung Model Cross
Validation Parasetamol
Gambar 12. Kurva hubungan nilai sebenarnya dan nilai terhitung pada model kalibrasi kafein dengan cross validation leave one out.
Setelah dilakukan cross validation leave one out dimana telah diperoleh model yang dapat mengatasi permasalahan yang mungkin terjadi yaitu overfitting untuk
melihat kesahihan model hasil validasi silang leave one out dilakukan validasi eksternal. Hasil dari validasi eksternal dapat dilihat pada tabel V.
Tabel V. Nilai sebenarnya dan nilai terhitung dari parasetamol dan kafein hasil validasi eksternal
No PCT
CAF Sebenarnya
Terhitung Sebenarnya  Terhitung
1 7,7
9,124 1,2
1,214 2
4,5 5,23
1,3 1,305
3 5,5
6,845 1,1
1,147 4
4,1 5,162
0,8 0,769
5 7,0
7,539 0,6
0,603 6
8,2 9,343
0,7 0,669
7 5,3
6,347 1,4
1,398 8
6,3 6,963
1,0 0,970
9 5,1
6,421 0,9
0,913 10
4,3 4,303
0,8 0,764
Persamaan y=1,097x + 0,363
y=1,043x – 0,047
R
2
0,933 0,992
RMSECP 1,263
0,072
y = 1,0039x - 0,0024 R² = 0,9993
0,0000 0,5000
1,0000 1,5000
0,0000 0,2000
0,4000 0,6000
0,8000 1,0000
1,2000
Kurva Hubungan Nilai Sebenarnya vs Nilai Terhitung Model Cross
Validation Kafein
Validasi eksternal dilakukan dengan cara menetapkan konsentrasi 10 larutan tersendiri yang disiapkan untuk melihat kemampuan prediksi dari model
kalibrasi setelah divalidasi silang leave one out.  Hasil dari validasi eksternal dapat digunakan untuk melihat kemampuan prediksi model kalibrasi yang telah
melalui proses cross validation leave one out. Seluruh parameter yang digunakan sebagai tolak ukur kebaikan suatu
model dievaluasi ditunjukkan pada tabel VI.
Tabel VI. Evaluasi parameter validasi metode spektrofotometri UV-kalibrasi multivariat PLS untuk penetapan kadar parasetamol PCT dan kafein CAF
Tahap Parameter  PCT
CAF Kalibarasi
RMSEC 0,0036
0,0027 R
2
0,999 0,999
A 0,0004
0,00002 B
1 1
Validasi Internal
RMSECV  0,0196 0,1435
R
2
0,957 0,999
A 0,094
0,002 B
0,987 1,003
PRESS 1,1892
0,0053 Validasi
Eksternal RMSECP  1,263
0,072 R
2
0,933 0,992
A 0,363
0,047 B
1,097 1,043
Dilihat dari parameter yang dihasilkan maka pemodelan memiliki akurasi dan  presisi  yang  baik  sehingga  model  dapat  digunakan  untuk  melakukan
penetapan kadar sediaan farmasi.
D. Penetapan Kadar Sediaan Farmasi