B. Kualitas Pelaporan Keuangan
1. Definisi Kualitas Pelaporan Keuangan
Secara teoritis pelaporan keuangan berada pada tingkat tertinggi dalam kerangka konseptual akuntansi Godfrey
et al
., 2010 . Pelaporan keuangan adalah proses penyampaian informasi keuangan yang merupakan hasil dari
proses akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan untuk menyampaikan informasi tentang pelaporan entitas yang berguna bagi pihak
stakeholders
Kieso
et al
., 2011. Informasi akuntansi di dalam laporan keuangan memiliki karakteristik kualitatif yang membuat laporan keuangan
memiliki informasi yang berguna bagi para pengguna informasi, yaitu dapat dipahami, relevan, dapat diperbandingkan, dan andal Kieso
et al
., 2011. Ketepatan waktu juga menjadi indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur transparansi dan kualitas informasi akuntansi di dalam pelaporan keuangan Wahyu, 2010.
Secara umum, suatu pelaporan keuangan dikatakan berkualitas ketika informasi yang dihasilkan adalah benar dan bermanfaat bagi para pengguna
laporan keuangan dalam melakukan pengambilan keputusan. Informasi yang digunakan para pemegang saham dalam membuat keputusan atas informasi
dalam pelaporan adalah kualitas laba. Laba yang berkualitas merupakan keuntungan yang diperoleh atas kinerja baik perusahaan dan tidak
mengandung unsur manipulasi. Pelaporan yang berkualaitas akan
meningktkan kepercayaan investor atas reputasi yang dimiliki perusahaan Luchs
et al
., 2009. Tujuan umum dari pelaporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi keuangan tentang laporan entitas yang berguna dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan modal investor, peminjam, dan
para kreditor lain dalam menyediakan modal bagi perusahaan Kieso
et al
., 2011. Pelaporan keuangan dilakukan karena perusahaan perlu untuk
melaporkan pertanggungjawaban atas kinerja perusahaan selama periode tertentu. Informasi keuangan yang disediakan oleh perusahaan membantu
para pengguna untuk membuat keputusan atas investasi modal selanjutnya kepada perusahaan.
Penilaian atas pelaporan keuangan dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu komponen-komponen berbasis akuntansi dan berbasis pasar
Francis
et al
., 2004 dalam Indriani dan Khoiriyah, 2010. Kualitas pelaporan keuangan berbasis akuntansi dapat dinilai berdasarkan kualitas
akrual, persistensi, prediktabilitas, dan perataan laba. Sedangkan kualitas pelaporan keuangan berbasis pasar dapat dinilai dengan atribut, yaitu
relevansi nilai, ketepatan waktu, dan konservatisme Indriani dan Khoiriyah, 2010.
Akrual merupakan sistem pencatatan yang dilakukan atas penerimaan dan pengeluaran berdasarkan pada saat transaksi terjadi dan bukan pada saat
penerimaan dan pengeluaran kas dilakukan. Akrual menjadi salah satu komponen yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas pelaporan
keuangan berdasarkan atribut akuntansi Fanani, 2009. Akrual dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menilai kualitas pelaporan keuangan
karena selain akrual dapat digunakan untuk memprediksi arus kas di masa depan, juga dapat digunakan untuk memprediksi laba yang diperoleh pada
masa mendatang Sutisna dan Ekawati, 2016. Terdapat beberapa model yang dapat digunakan untuk menentukan nilai akrual. Dalam penelitian ini
model yang digunakan adalah model Jones 1991 dimodifikasi. Total akrual merupakan selisih dari laba bersih perusahaan dengan
arus kas operasi. Dalam menentukan nilai total akrual, diestimasikan nilai
error
dari total akrual tersebut yang menunjukkan adanya kemungkinan manipulasi terhadap nilai akrual. Model Jones 1991 dimodifikasi
memasukan atribut
plant, property, and equipment PPE
di dalam perhitungan karena
PPE
memiliki fungsi untuk menilai depresiasi. Kemudian adalah arus kas operasi, karena akrual mengubah
timing
pengakuan arus kas di dalam pencatatan laba. Komponen lain dalam formulasi model Jones 1991 dimodifikasi adalah perubahan pendapatan
dan perubahan piutang, hal ini dikarenakan pituang menjadi dasar sebagai pilar pencatatan berbasis akrual.
Menurut Healy dan De Angelo dalam Sutisna dan Ekawati, 2016, akrual dibedakan menjadi dua, yaitu akrual diskresioner dan akrual
nondiskresioner. Akrual diskresioner merupakan pencatatan secara akrual yang dilakukan berdasarkan campur tangan manajamen yang dilakukan
secara sengaja dengan maksud dan tujuaan untuk kepentingan pihak manajemen, sedangkan akrual nondiskresioner adalah pencatatan secara
akrual yang wajar karena adanya faktor-faktor fundamental seperti faktor ekonomi dan faktor eksternal.
Akrual diskresioner memiliki hubungan yang negatif terhadap kualitas laba. Menurut Schick 2007 dalam Sutisna dan Ekawati, 2016, tingkat
akrual diskresioner yang tinggi akan menurunkan prediktabilitas laba di masa mendatang. Hal ini dikarenakan campur tangan pihak manajemen yang
disengaja akan menurunkan kualitas laba yang sesungguhnya. 2.
Pengukuran Kualitas Pelaporan Keuangan Kualitas pelaporan keuangan dapat dilihat dari kualitas laba yang
disajikan dalam laporan keuangan. Kualitas laba dapat diukur dengan menghitung tingkat akrual diskresioner. Data yang dibutuhkan adalah arus
kas operasi, total aset, laba bersih, penjualan, perubahan pendapatan, perubahan piutang, dan
property, plant, and equipment
yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan.
Total akrual merupakan selisih antara laba bersih dengan arus kas operasi. Akrual diskresioner merupakan akrual yang terjadi karenan adanya
kebijakan manajemen, sedangkan akrual nondiskresioner adalah akrual yang terjadi secara wajar mengikuti aktivitas perusahaan. Penelitian ini
menggunakan akrual diskresioner absolut karena ingin mengetahui berapa besar tingkat manipulasi tanpa menilai arah manajemen laba apakah
maximization income
atau
minimization income.
Laba bersih menjadi nilai akhir dari laba setelah dikurangi pajak sehingga laba bersih merupakan nilai bersih dari kinerja perusahaan selama
sebuah periode waktu Kieso,
et al
., 2011: 148. Laba bersih merepresentasikan pendapatan setelah semua pendaptan dan biaya selama
suatu periode dicatat. Menurut PSAK No. 23, didefinisikan “pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas
normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas”.
Property, plant, and equipment
dikategorikan sebagai aset tetap. Menurut PSAK No. 16, didefinisikan “aset tetap adalah aset berwujud yang:
a dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode”.
Menurut PSAK No. 2, “Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama
pendapatan entitas
prinsipal revenue-producing activities
dan aktivits lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”. Arus
kas operasi dapat diartikan sebagai arus masuk atau keluar kas atau setara kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan utama dan
aktivitas lain entitas selain aktivitas investasi dan aktivitas pendaan. Menurut PSAK 19, “Aset adalah sumber daya yang: a dikendalikan
oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa lalu; dan b manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan diterima oleh entitas”. Aset dibagi
menjadi dua kelompok besar, yaitu
non-current assets
dan
current assets.
Piutang dikategorikan ke dalam
current assets
yang dapat diklasifikasikan menjadi piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang Kieso,
et al
., 2011: 347. Menurut Kieso,
et al
. 2011: 347, piutang merupakan aset keuangan yang sering dirujuk sebagai peminjaman yang diklaim sebagai
tagihan kepada pelanggan berupa uang, barang, maupun jasa. Dalam penelitian ini digunakan model Jones 1991 dimodifikasi. Nilai
absolut dari akrual diskresioner yang tinggi mengindikasikan bahwa kualitas laba rendah dan sebaliknya.