Pengaruh pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan (Studi empiris pada perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

(1)

PENGARUH PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN KINERJA KEUANGAN

TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Empiris Pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

MARFIANSYAH 208082000068

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Data Pribadi

 Nama : Marfiansyah

 Tempat dan Tanggal lahir : Jakarta, 18 maret 1987

 Status : Belum Nikah

 Alamat : Gg Jami No.56 Rt 003/001 Kel. Pondok Aren Kec. Pondok Aren, Tangerang 15224

 Handphone : 0857 1423 1413

 Email : marfi_alhafidz@yahoo.com

 NPWP : 77.104.648.9-411.000

Riwayat Pendidikan

 SD Negeri 02 Pondok aren, tahun 1993-1998 melanjutkan di-

 SD Negeri Balun 3 Cepu, Jawa tengah, tahun 1998-1999, lulus berijazah.  SLTP Negeri 177 Jakarta Selatan, tahun 1999-2002, lulus berijazah.  SMA Negeri 90 Jakarta Selatan, tahu 2002-2005, lulus berijazah.

 UIN Syarif-Hidayatullah Jakarta, Jurusan akuntansi 2005-2007 Reguler.  UIN Syarif-Hidayatullah Jakarta, Jurusan akuntansi 2008-2011

Non-Reguler.

Seminar dan Pelatihan

 Kajian Ekonomi Islam Ramadhan (P3EI dan Lisensi) 10-15 oktober 2005  Seminar “analisis kebutuhan dunia kerja (Lisensi) 7 maret 2006

 Seminar Introduction to Capital Market (BEM FEIS) 19 april 2006  Workshop Perbankan Syariah (BEM FEIS Non-Reguler) 29 april 2006  Lokakarya Nasional (BEM Jurusan Muamalat Se-Jabodetabek) 16-17 mei

2006

 Seminar “lawan Dolar Dengan Dinar” (LDK Syahid) 31 mei 2006

 Seminar “Akuntansi Syariah Menjawab Tantangan Global, 21 desember 2006

 Seminar “Potensi Lembaga Keuangan Sosial Islam dalam Sistem Keuangan Syariah di Indonesia”, 17 januari 2007

 Workshop Audit Investigatif “Enhancement of Attitude and Ethics to Prevent and Avoid Fraudulent”, 24-25 November 2009

Pengalaman Kerja

Loan Advisor of Citifinancial Citibank, September 2005-Februari 2006 Reqruiter of user at PT Deka Marketing and Research, Maret

2006-Agustus 2006

Credit Marketing Officer (CMO) PT Paramitra Multifinance, 2008

 Sales Marketing at PT Bank Danamon Tbk., Juli 2008-Desember 2008  Telemarketing Officer at The Royal Bank of Scotland (RBS) 2009  Micro Analys at PT Bank Syariah Mandiri 2010 – sekarang.


(7)

ABSTRACT

The purpose of this research is to examine the impact of Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loan (NPL) and Return On Assets (ROA), to the Company Value. To examine the most dominant independent variables impact to the Company value. The population in this research are bankings company listing on Indonesian Stock Exchange at 2007-2009. This samples are choose with purposive sampling and multiple regression analysis to examine hypothesis. The result of this research showed that Corporate Social Responsibility (CSR) and capital Adequacy Ratio (CAR) are significant positive impact to the Company Value. Non Performing Loan (NPL) and Return On Asset (ROA) are not significant to the Company Value. In the simultant examine, the independent variables are positive significant impact to the Company Value.

Keywords: Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non-Performing Loan (NPL), Return On Assets (ROA) and Company Value (Tobin's Q)


(8)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return on Aset (ROA) terhadap Nilai Perusahaan. Untuk menganalisis pengaruh variabel independen yang paling dominan mempengaruhi Nilai Perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan listing di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2009. Penelitian ini memilih sampel dengan purposive sampling dan menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji hipotesis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Corporate

Social Responsibility (CSR) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan. Secara simultan, variabel independen berpengaruh positif signifikan terhadap Nilai Perusahaan.

Kata kunci : Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA) dan Nilai Perusahaan (Tobin‟s Q)


(9)

KATA PENGANTAR

Assaalamu‟alaikum wr. wb. alhamdulillahi Rabbil‟ alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT pemilik segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit. Atas berkat rahmat dan ridha-Nya, kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah untuk nabi Muhammad SAW yang menjadi panutan dan telah membawa manusia dari alam jahiliyah menuju jalan cahaya, beserta keluarga, para sahabat dan para pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Program Strata 1 dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.

Dengan segenap kerendahan hati, melalui kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tuaku tercinta (Abdul Hafidz dan Nuning Sri Purwaningsih), atas kasih sayang dan do‟a yang tak pernah henti. Terima kasih juga untuk nenek tercinta (Ibu Ismiati), adik (Ardi), om Agus, tante Sri, om Iwan, tante Lina serta keluarga besar kakek Abdul Majid (alm.).

2. Habib Hasan bin Ja‟far Assegaf beserta keluarganya dan para kru dari Majelis Nurul Mustofa Jakarta.

3. Habib Munzir Al Musawwa beserta keluarga dan kru dari Majelis Rosulullah. 4. Ustadz Yusuf Mansur. Terima kasih telah membuka mata saya untuk selalu bersedekah disaat senang dan susah sehingga selalu ada rizqi yang datang dari


(10)

arah yang tidak disangka-sangka terutama saat menjelang pembayaran kuliah awal semester. Alhamdulillah, semoga ustadz selalu dalam bimbingan dan ridho Allah SWT. Amin.

5. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta.

6. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya ucapkan terima kasih atas support yang telah Bapak berikan selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.

7. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembantu Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus selaku Dosen Pembimbing I Skripsi. Saya ucapkan terima kasih atas support yang telah Bapak berikan selama ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada Bapak dan Keluarga.

8. Ibu Rini, SE.,Ak.,M.Si selaku Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen penbimbing II skripsi yang telah memberikan masukan dan bimbingan dengan kesabaranya dan keikhlasanya. Terima kasih atas semua arahan dan saran yang telah diberikan selama bimbingan hingga selesainya skripsi ini. 9. Ibu Rahmawati, SE., MM selaku dosen yang ramah, terima kasih atas

perhatian ibu selama ini. Semoga tetap tersenyum.

10. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak.,M.Si selaku dosen yang memberikan arahan terbaik untuk mahasiswa. Terima kasih banyak.

11. Para Dosen UIN Jakarta FEB Non Reguler yang telah mengajar dan mendidik peneliti selama menjadi mahasiswa di FEB Non Reguler UIN Jakarta, terima kasih atas pengorbanan waktu dan ilmu yang diberikan kepada peneliti dan kawan-kawan mahasiswa lainnya. Semoga Allah SWT mencatat semuanya sebagai amal ibadah yang tak akan terputus hingga akhir zaman. Amin. 12. Semua saudara sepupu, aa‟ Ipan, mba Eva, Iksan, Irma, Iwan, mba Eka, Ela,

Fanny, Bertha, Adit, Mila, Zidan, Syifa, Tomi, Ferin, Azya, Teddy, Azzahra, Haikal, Jihan, Rizqi, Putri.


(11)

13. Seluruh staf bagian akademik dan perpustakaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis terima kasih atas keramahanya dalam memberikan pelayanan. Untuk mas Aziz, mpok Heni, mba Ani dan mas Afried, terima kasih atas bantuannya selama ini.

14. Kepada sahabat seperjuangan dalam penyusunan skripsi Pak Trimo, Ilham, Tomi, Misbah dll. Semoga persahabatan yang sudah kita jalin tetap abadi. 15. Kepada teman-teman di kelas manajemen dan akuntansi angkatan 2005

Reguler, terima kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. 16. Kepada teman-teman di kelas Akuntansi Non-Reguler angkatan 2008, terima

kasih untuk persahabatan dan pertemanan kita selama ini. Tetap semangat!!! 17. Terima kasih tidak lupa peneliti sampaikan kepada seluruh pihak yang tidak

bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Demikianlah dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan penulisan, peneliti mengharapkan saran dan kritik membangun untuk skripsi ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi pembaca pada umumnya. Terima kasih. Wassalaamu‟alaikum wr. wb.

Tangerang, Juni 2011


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Komprehensif ... ii

Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ... iii

Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Daftar Riwayat Hidup ... v

Abstact ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

Daftar Lampiran ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 15

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 17

B. Prinsip, Model, dan Tipe Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 22

C. Alasan Pengungkapan Sosial ... 25

D. Cara Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 27

E. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Keuangan... 33

F. Kinerja Keuangan Perbankan ... 38


(13)

H. Penelitian Terdahulu ... 44

I. Kerangka Pemikiran ... 49

J. Hipotesis ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54

B. Metode Penentuan Sampel ... 54

C. Metode Pengumpulan Data ... 55

D. Metode Analisis ... 56

1. Uji Asumsi Klasik ... 56

a. Uji Normalitas Data ... 56

b. Uji Multikolonieritas ... 57

c. Uji Heterokedastisitas ... 57

d. Uji Autokorelasi ... 58

2. Uji Hipotesis ... 59

a. Metode Regresi linear ... 59

b. Koefisien determinasi (R2) ... 60

c. Uji regresi parsial (Uji Statistik t) ... 60

d. Uji regresi simultan (Uji Statitistik F) ... 60

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 61

1. Variabel Independen ... 61

2. Variabel dependen ... 64

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 66

1. Bank Artha Graha International Tbk ... 66

2. Bank Bumiputera Indonesia Tbk ... 68

3. Bank Central Asia Tbk ... 69

4. Bank Danamon Indonesia Tbk ... 69

5. Bank International Indonesia Tbk ... 70

6. Bank Kesawan Tbk ... 70


(14)

8. Bank Mayapada Tbk ... 72

9. Bank Mega Tbk ... 73

10. Bank Negara Indonesia Tbk ... 75

11. Bank NISP Tbk ... 77

12. Bank Nusantara Parahyangan Tbk ... 79

13. Bank Permata Tbk ... 80

14. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk ... 82

15. Bank Swadesi Tbk ... 83

16. Bank Victoria International Tbk ... 86

B. Analisis Deskriptif Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL) dan Return On Asset (ROA) Terhadap Nilai Perusahaan (Tobin’s Q) ... 89

C. Hasil dan Pembahasan ... 95

1. Uji Asumsi Klasik ... 95

2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 100

D. Intrepretasi ... 107

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 108

B. Implikasi ... 109

C. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Hal

2.1 Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 30

2.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu ... 47

3.1 Pengukuran Operasional Variabel Penelitian ... 65

4.1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ... 88

4.2 Corporate Social Responsibility (CSR) Tahun 2007 - 2009 ... 89

4.3 Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2007-2009 ... 90

4.4 Non Performing Loan (NPL) Tahun 2007-2009 ... 92

4.5 Return On Asset Tahun 2007-2009 ... 93

4.6 Nilai Perusahaan (Tobin‟s Q) Tahun 2007-2009 ... 94

4.7 Uji Multikolinieritas ... 95

4.8 Uji Kolmogorov . ... 98

4.8 Uji Autokorelasi ... 99

4.9 Uji Regresi Linier Berganda ... 100

4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 103

4.11 Uji F (Simultan) ... 103

4.10 Uji t (Parsial) ... 105


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Hal

2.1 Kerangka Pemikiran ... 49 4.1 Uji Normalitas ... 97 4.2 Uji Heteroskedastisitas ... 99


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Hal

1 Daftar Nama Perusahaan Objek Penelitian ... 117 2 Data Mentah Hasil Perhitungan Variabel ... 118 3 Hasil Perhitungan SPSS 16.0 ... 123


(18)

BAB I PENDAHULUAN

E. Latar Belakang Penelitian

Menurut Lindrawati et. al (2008: 1), salah satu isu yang menarik dan menjadi pusat perhatian saat ini adalah masalah yang berkaitan dengan ethics dan tanggung jawab moral perusahaan terhadap eksistensinya dalam masyarakat, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility sebenarnya telah lama dikenal dan diperbincangkan sejak akhir abad ke-20, hingga kini belum ada pengertian tunggal tentang CSR. Sebenarnya CSR merupakan bagian strategi jangka panjang sebuah korporasi. Hal ini disebabkan paradigma lama yang dulu sering digunakan perusahaan, yaitu mengejar keuntungan semata dan menutup mata terhadap masyarakat sekitarnya.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility adalah kontribusi sebuah perusahaan yang terpusat pada aktivitas bisnis, investasi sosial dan kewajiban dalam kebijakan publik. Tujuan dari adanya corporate social responsibility yaitu sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan karena dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin meningkat serta memburuknya kesehatan masyarakat memicu perusahaan untuk melakukan tanggung jawabnya. Tanggung jawab sosial perusahaan merupakan bagian yang penting dalam


(19)

strategi perusahaan dalam berbagai sektor dimana terjadi ketidakkonsitenan antara keuntungan perusahaan dan tujuan sosial, atau perselisihan yang dapat terjadi karena isu-isu tentang kewajaran yang berlebihan (Ismail Solihin, 2009). Jadi tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahaan untuk melayani kepentingan organisasi maupun kepentingan publik eksternal. Tanggung jawab sosial juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan.

Menurut Chotib (2008) dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah Archid B. Caroll mengembangkan tiga komponen penting dalam sustainable development yaitu 3P, singkatan dari Profit, Planet, and People. Maksudnya, perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi semata (profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).

Hal ini sejalan dengan Wibisono (2007) dimana saat ini dunia usaha semakin menyadari bahwa perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate

value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus

memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya. Dengan dasar pemikiran bahwa dengan menggantungkan semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin perusahaan dapat tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan


(20)

dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Perusahaan tidak akan mengesampingkan kepentingan pekerja, konsumen, masyarakat, pemerintah, dan lingkungan. Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi masyarakat sekitar muncul ke permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. Menghadapi permasalahan tersebut, perusahaan mulai melihat serius pengaruh dimensi sosial dan lingkungan pada setiap aktivitas bisnisnya, karena aspek tersebut bukan suatu pilihan yang terpisah, melainkan berjalan beriringan untuk meningkatkan keberlanjutan.

Perkembangan Corporate Social Responsibility secara konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal berikut: (1). Maraknya fenomena “take over” antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan rekayasa finansial. (2). Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara-negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: hak asasi manusia, kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap buruh. (4) Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya lembaga sosial masyarakat (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil. (5)


(21)

Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Di Indonesia sendiri, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) semakin populer digunakan sejak tahun 1990-an, dan baru-baru ini mengalami perhatian yang cukup besar dari berbagai kalangan. Aksi tanggung jawab sosial ini sudah lama dilakukan oleh berbagai industri di Indonesia. Banyak paradigma yang bermunculan yang menganggap bahwa tanggung jawab sosial perusahaan hanyalah sebuah pelayanan sosial yang bersifat sukarela yang muncul sebagai cost center perusahaan atau semacam pajak tambahan yang memberatkan perusahaan. Menurut Wibisono (2007: 35), Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki dimensi yang lebih rumit dari sekedar analisis rugi-laba sebagai profit center dan merupakan investasi jangka panjang perusahaan. Karena melalui hubungan yang harmonis dan citra yang baik, maka masyarakat akan ikut menjaga eksistensi perusahaan.

Kebanyakan isu yang beredar dan penelitian sebelumnya mengenai penerapan tanggung jawab sosial biasanya hanya pada perusahaan yang memiliki tingkat resiko terhadap dampak lingkungan atas aktivitas operasional perusahaan seperti perusahaan manufaktur dan pertambangan. Padahal penerapan tanggung jawab sosial tidak hanya dibatasi oleh jenis industri dan seberapa besar ukuran suatu perusahaan. Perusahaan yang memberikan jasa kepada para konsumennya seperti perbankan juga dapat menerapkan tanggung jawab sosial, hal ini didasari bahwa bank sebagai institusi keuangan juga mempunyai kontribusi penting dalam kondisi keuangan nasional dan


(22)

mempunyai hubungan yang erat dengan para stakeholdersnya seperti investor, calon investor, dan pemerintah dalam penyediaan informasi dalam kegiatan sosial mereka (Karlina, 2009).

Hozi (2009) menyatakan bahwa pelaksanaan Corporate Social Responsibility dapat menjadi suatu strategi bisnis yang baik bagi bank untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra. Perbankan yang ingin tetap mempertahankan eksistensinya dalam perbankan nasional, selain mengejar keuntungan (profit), bank juga harus memperhatikan dan terlibat dalam pemenuhan kesejahteraan masyarakat ekonomi lemah (miskin) khususnya di lingkungan sekitar.

Menurut Ratnawati (2008), Corporate Social Responsibility bagi sebagian perusahaan merupakan penyeimbang antara kepentingan perusahaan dan masyarakat. Corporate Social Responsibility juga merupakan wujud nyata paradigma bahwa bisnis tidak hanya berjalan atas kepentingan pemegang saham (shareholders), tetapi juga untuk stakeholders. Perusahaan tidak akan mengesampingkan kepentingan pekerja, konsumen, masyarakat, pemerintah, dan lingkungan. Pemikiran yang sama juga diterapkan pada industri perbankan. Corporate social Responsibility pada sektor perbankan dianggap sebagai suatu kebutuhan. Bahkan Bank Indonesia (BI) sebagi bank sentral mewajibkan bank melakukan program Corporate Social Responsibility, terutama di bidang pendidikan. Seperti halnya penelitian mengenai penerapan Corporate Social Responsibility pada perusahaan perbankan islam yang diteliti oleh Harahap dan Gunawan (2005) dalam Karlina (2009) yang


(23)

menganalisis pemeriksaan tanggung jawab sosial dan pengungkapan lingkungan dalam laporan tahunan bank islam di tiga negara. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perbankan sebagai institusi keuangan juga peduli dalam menerapkan Corporate Social Responsibility.

Seperti yang telah disebutkan diatas Corporate Social Responsibility merupakan isu-isu yang strategis. Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan kunci strategi perusahaan (Ismail Solihin, 2009) sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak informasi Corporate Social Responsibility terhadap tingkah laku investor. Corporate Social Responsibility akan menjadi strategi bisnis yang yang tidak dapat dipisahkan dalam perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Ismail Solihin, 2009). Selain itu, di Indonesia, penggunaan laporan tahunan sebagai media komunikasi antara perusahaan dengan stakeholders juga masih jauh tertinggal dari negara-negara lain. Perusahaan asing di Indonesia diduga memiliki pengungkapan sosial pada laporan tahunan yang lebih luas daripada perusahaan lokal, karena investor asing di Indonesia pada umumnya membutuhkan serta menuntut informasi sosial yang luas. Pengungkapan informasi sosial pada laporan tahunan sangat dibutuhkan oleh para investor asing tersebut untuk membuat keputusan investasi. Hal ini disebabkan karena umumnya investor asing mau berinvestasi pada daerah yang aman, tidak banyak klaim (tuntutan) baik dari komunitas


(24)

masyarakat sekitar, lembaga swadaya masyarakat (LSM) maupun pemerintah. Sehingga, investor asing dalam membuat keputusan investasi tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ekonomi dan keuangan, tetapi juga pada pertimbangan sosiologis. Selain melihat profit, mereka juga melihat tanggung jawab perusahaan pada stakeholders selain pemegang saham.

Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagaimana tertulis dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 2004) paragraf kesembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting.

Pernyataan PSAK di atas merupakan manifestasi kepedulian akuntansi akan masalah-masalah sosial yang merupakan wujud pertanggungjawaban sosial perusahaan . Pertanggungjawaban sosial bukan merupakan fenomena sosial baru, melainkan merupakan akibat dari semakin meningkatnya isu lingkungan di akhir 1980-an (Hendrik Budi Untung, 2008).

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang memuat tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam Pasal 1 ayat 3, dan pada Pasal 66 mengenai laporan tahunan, dalam ayat 2(c) disebutkan laporan


(25)

pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, mengharuskan adanya pertanggungjawaban sosial serta pengungkapannya disetiap perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT).

Besarnya dampak sosial perusahaan tergantung pada jenis atau karakteristik operasi perusahaan. Karakteristik operasi perusahaan yang menghasilkan dampak sosial yang tinggi akan menuntut pemenuhan tanggungjawab sosial yang lebih tinggi pula. Pelaksanaan tanggungjawab sosial akan disosialisasikan kepada publik melalui pengungkapan soial dalam laporan tahunan (Mirfazli dan Nurdiono, 2007).

Pengungkapan pertanggungjawaban sosial (CSR Disclosure) kini dikaitkan dengan kinerja keuangan (financial performance). Apakah memang benar, adanya biaya sosial yang dikeluarkan dapat memberikan kontribusi pada keuntungan perusahaan atau tidak? Dan pemahaman ini menjadi salah satu perdebatan di tingkat manajer, apakah mereka telah secara sistematis kehilangan peluang keuntungan (miss profit opportunity) jika para manajer memutuskan untuk berlawanan dengan perlindungan lingkungan yang alami (King dan Lenox, 2002, dalam Arx dan Ziegler, 2008).

Dilling (2008) dalam Efendi (2009) melakukan penelitian empiris mengenai pengaruh pencantuman pada Dow Jones Sustainability World Index (DJSI World) terhadap nilai perusahaan. Penelitian tersebut memberikan pandangan baru mengenai bukti empiris dalam reaksi harga saham (stock price reaction). Dengan tahun sampel antara 2002 sampai dengan 2005, dan sampel sebanyak 116 perusahaan yang terdaftar di DJSI World.


(26)

Hasil dari penelitian yang dilakukan Dilling tersebut adalah, pada dua tahun awal, harga saham bereaksi positif ketika pertama kali pengumuman terdaftarnya perusahaan sampel dan pengaruhnya menurun setelah tahun selanjutnya. Namun menurut Dilling, tidak ada perbedaan reaksi investor pada pencantuman perusahaan ke DJSI World untuk beberapa negara. Kesimpulannya pelaporan CSR membuat investor dan stakeholder sulit menampung informasi untuk menentukan kualitas pelaporan CSR.

Nelling dan Webb (2006) menyimpulkan bahwa menguatnya performance harga pasar saham dalam menunjukkan investasi besar suatu perusahaan dalam aspek Corporate Social Responsibility khususnya hubungan karyawan (employee relations), namun aktivitas Corporate Social Responsibility tidak mempengaruhi kinerja keuangan. Mereka juga mengatakan bahwa Corporate Social Responsibility digerakkan lebih dari karakteristik perusahaan yang tidak dapat diobservasi daripada dengan kinerja keuangan.

DeMaCarty (2009) membuat penelitian dengan judul ”Financial Returns of Corporate Social Responsibility, and the Moral Freedom and Responsibility of Business Leaders“, dan hasilnya dari penelitian tersebut bahwa Corporate Social Responsibility bukan terletak pada pengaruh utama, melainkan kemampuan manajemen (management skill). Manajer yang memiliki kemampuan lebih, bertanggungjawab atau tidak, sanggup menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi atau mendapatkan kredit yang


(27)

lebih besar dalam ketidaksempurnaan perhitungan dari Corporate Social Responsibility.

Yuningsih (2008) melakukan pengujian mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan publik, dengan sampel penelitian sebanyak 20 perusahaan terbesar berdasarkan nilai kapitalisasi pasar yang terdaftar di Bursa Efek Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa karakteristik perusahaan mempengaruhi secara signifikan terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial.

Adi (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor, sebuah studi kasus pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEJ. Dengan sampel sebanyak 26 perusahaan. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengaruh dari pengungkapan sosial terhadap laporan tahunan kurang signifikan, sehingga tidak ada pengaruh pengungkapan sosial terhadap reaksi investor.

Zubaidah (2008) melakukan penelitian mengenai pengaruh biaya sosial pada kinerja keuangan pada perusahaan semen yang listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Dan hasilnya menjelaskan bahwa biaya sosial memiliki pengaruh yang kuat pada kinerja keuangan. Dengan biaya Corporate Social Responsibility yang digunakan seperti biaya gaji, biaya air bersih, biaya bonus, dan biaya promosi. Dan biaya gaji adalah faktor Corporate Social Responsibility yang paling kuat dalam mempengaruhi kinerja keuangan.


(28)

Saleh et. al (2008) melakukan pengujian empiris mengenai hubungan antara Pengungkapan Corporate Social Responsibility dengan kinerja keuangan dalam Pasar Terbuka yang berada di Malaysia, dengan menggunakan longitudinal data analysis. Hasilnya adalah terdapat sedikit bukti (evidence) dari pengaruh signifikan Corporate Social Responsibility dalam kinerja keuangan dalam hubungan jangka panjang.

Brine et. al (2007) dalam Efendi (2009) melakukan pengujian Corporate Social Responsibility and Financial Performance dalam konteks Australia, beberapa penggerak ekonomi untuk telah mereka temukan yang mungkin dapat dijelaskan dari pemungutan sukarela oleh beberapa perusahaan. Hasil pertama mereka menerangkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan diantara Corporate Social Responsibility dengan kinerja keuangan.

Rosmasita (2007) melakukan pengujian pengaruh faktor-faktor perusahaan terhadap pengungkapan sosial perusahaan dengan memasukkan unsur kepemilikan manajemen, dalam sampel sebanyak 113 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Hasilnya menyatakan bahwa faktor-faktor perusahaan mempengaruhi pengungkapan sosial dan variabel kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial perusahaan.

Wirakusuma dan Yuniasih (2007) melakukan penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan dengan pengungkapan Corporate Social Responsibility dan Good Coprporace Governance sebagai


(29)

variabel pemoderasi. Hasil dari penelitian tersebut antara lain adalah Return

On Asset (ROA) positif mempengaruhi nilai perusahaan; pengungkapan CSR

terbukti berpengaruh positif pada hubungan ROA dengan nilai perusahaan; dan, kepemilikan manajerial terbukti tidak berpengaruh terhadap hubungan antara ROA dengan nilai perusahaan.

Sembiring (2005) telah melakukan penelitian empiris pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Jakarta, mengenai karakteristik perusahaan dan pengungkapan tanggung jawab sosial. Hasilnya berupa ukuran perusahaan, karakteristik dan jumlah dari jajaran komisioner memiliki hubungan positif yang signifikan terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial, tetapi profitabilitas dan leverage tidak menunjukkan efek positif.

Tsoutsoura (2004) dalam proyek aplikasi keuangan juga melakukan pengujian ”Corporate Social Responsibility and Financial Performances”, didasari dengan metode empiris dan data diambil dari rentang waktu 1996 sampai 2000 yang termasuk juga dalam S&P 500. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan statistik yang signifikan, mendukung pandangan dari aktivitas pertanggungjawaban sosial (CSR) dapat dijadikan salah satu bagian keuntungan.

Mahoney dan Roberts (2002) dalam Efendi (2009) juga melakukan penelitian diantara hubungan sosial dan lingkungan perusahaan terhadap pengaruhnya dalam kinerja keuangan dan instritusi kepemilikan, dengan menggunakan panel data selama empat tahun dari sampel perusahaan yang berada di Canada (Canadian Firms). Mereka menemukan hubungan positif


(30)

antara kinerja lingkungan perusahaan dengan kinerja keuangan perusahaan. Ditambah lagi, hubungan positif antara aktivitas sosial perusahaan dengan institusi kepemilikan dalam bentuk saham (shares). Dari hasil-hasil yang mereka temukan, mereka berargumen bahwa aktivitas sosial berhubungan positif dalam kesuksesan perusahaan.

Beberapa bursa sudah menerapkan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan yang telah mengimplementasikan Corporate Social

Responsibility. New York Stock Exchange telah memiliki Dow Jones

Sustainability Index (DJSI) bagi saham-saham perusahaan yang dikategorikan memiliki nilai Corporate Social Responsibility yang baik. DJSI mulai dipraktekkan sejak tahun 1999. begitu pula London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment (SRI) Index dan Financial Times

Stock Exchange (FTSE) mempunyai FTSE4Good sejak 2001. Belakangan,

inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa saham di Asia, seperti Hanseng Stock Exhange dan Singapore Stock Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut memacu investor global untuk menanamkan investasinya hanya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk dalam indeks tersebut.

Suatu analisa perlu adanya dasar teori dan acuan yang tepat dalam melakukan penelitian, maka dalam penelitian ini terdapat teori-teori pendukung dan berdasarkan penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisa kembali dari penelitian terdahulu dengan sedikit perbedaan yang dapat menjadi analisis yang baru.


(31)

Adapun perbedaan dari analisis kali ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut :

1. Pada penelitian terdahulu variabel independennya terdiri dari CSR dan Good Corporate Governance. Sedangkan pada penelitian ini variabel independennya terdiri dari CSR dan kinerja keuangan.

2. Pada penelitian terdahulu menganalisa perusahaan yang berada pada sektor manufaktur, sedangkan pada penelitian ini menganalisa perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Pada penelitian terdahulu menganalisa pada periode tahun 2005-2006, sedangkan pada penelitian ini menganalisis pada periode tahun 2007-2009. Berdasarkan kajian dan paparan penelitian terdahulu yang telah disebutkan, penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial dan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bukti empiris pada sektor perbankan dan diharapkan dapat menjadi referensi bagi banyak pihak mengenai penerapan tanggung jawab sosial sebagai suatu kebutuhan bisnis dan bukan sebagai biaya tambahan yang dikeluarkan perusahaan sehingga dapat dirasakan manfaatnya dalam jangka panjang.


(32)

F. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan perumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), mempengaruhi Nilai Perusahaan (Tobin„s Q)?

2. Variabel independen manakah yang paling dominan mempengaruhi Nilai Perusahaan?

G. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menjawab permasalahan yang telah disebutkan diatas. Adapun tujuan tersebut adalah:

1. Untuk menganalisis pengaruh Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), terhadap Nilai Perusahaan (Tobin„s Q).

2. Untuk menganalisis variabel independen yang paling dominan mempengaruhi Nilai Perusahaan.

H. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada beberapa pihak, antara lain:

1. Manfaat bagi perusahaan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan dalam memahami peranan praktek pertanggungjawaban sosial atau


(33)

corporate social responsibility dan analisis kinerja keuangan yang dilakukan perusahaan dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan (bank). 2. Bagi Calon Investor

Dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang laporan keuangan tahunan khususnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (perbankan) dan kinerja keuangan sehinggga dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan investasi.

3. Bagi Pemerintah

Sebagai acuan untuk membuat regulasi atau peraturan perundang-undangan dalam pengawasan perusahaan dalam penerapan aktivitas pertanggungjawaban sosial. Agar dampak negatif dari operasi perusahaan terhadap lingkungan sekitar dapat berkurang.

4. Manfaat bagi dunia akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya mengenai praktik pertanggungjawaban sosial atau corporate social responsibility dan kinerja keuangan berkaitan dengan nilai perusahaan.


(34)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Tanggung jawab sosial perusahaan dalam sejarah modern dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responbilities of The Businessman. Buku yang diterbitkan di Amerika Serikat itu menjadi buku terlaris dikalangan dunia usaha pada era 1950-1960. Pengakuan publik terhadap prinsip-prinsip tanggung jawab sosial yang Ia kemukakan membuat dirinya dinobatkan secara aklamasi sebagai bapak CSR (Untung, 2008: 3). Dalam buku itu Bowen memberikan definisi awal dari CSR sebagai:

“… obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision

or to follow those line of action wich are desirable in term of the objectives and values of our society”.

Dalam dekade 1960-an, pemikiran Bowen terus dikembangkan oleh berbagai ahli sosiologi bisnis lainnya seperti Keith Davis (Rajafi dan Irianto, 2007) yang memperkenalkan konsep “Iron Law of Social Responsibility”. Dalam konsepnya, Davis berpendapat bahwa penekanan pada tanggung jawab sosial perusahaan memiliki korelasi positif dengan size atau ukuran perusahaan, studi ilmiah yang dilakukan Davis menemukan bahwa semakin besar perusahaan atau lebih tepat dikatakan, semakin besar dampak suatu perusahaan terhadap masyarakat sekitarnya, semakin besar pula bobot tanggung jawab yang harus dipertahankan perusahaan itu pada masyarakatnya (Untung, 2008: 4).


(35)

Diantara negara-negara di Asia, penetrasi aktivitas Corporate social responsibility (CSR) di Indonesia masih tergolong rendah. Pada tahun 2005 baru ada 27 perusahaan yang memberikan laporan mengenai aktivitas CSR yang dilaksanakannya (http://donhangga.com). Karena sebelumnya, perusahaan-perusahaan biasa menggunakan istilah Community Development.

Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Kategori penghargaan yang diberikan adalah Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best Environmental Reporting Award, dan Best Website (http://donhangga.com) dalam Efendi (2009:5).

Pada tahun 2006, kategori penghargaan ditambah menjadi Best Sustainability Reports Award, Best Social and Environmental Report Award, Best Social Reporting Award, Best Website, Impressive Sustainability Report Award, Progressive Social Responsibility Award, dan Impressive Website Award. Pada tahun 2007, kategori diubah dengan menghilangkan kategori

impressive dan progressive dan menambah penghargaan khusus berupa

Commendation for Sustainability Reporting: First Time Sutainability Report. Sampai dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam ISRA (http://donhangga.com).


(36)

Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) melibatkan tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya masyarakat, serta komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklah bersifat pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara sosial antara stakeholders (Nurlela dan Islahuddin, 2008: 5).

Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya, belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai organisasi (Wikipedia, 2008).

Berikut adalah beberapa definisi CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan:

1. Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, dalam Pasal 1 butir 3 disebutkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat sekitarnya.

2. Menurut World Business Council for Sustainable Development

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility merupakan komitmen berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi


(37)

seraya meningkatkan kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada umumnya (Tunggal,2008: 25). 3. Menurut The World Bank Group

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi agar dapat mengembangkan kelangsungan ekonomi, bekerja dengan para pegawainya dan anggota mereka, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas hidup, dalam jalan menuju antara baik untuk bisnis dan baik untuk peningkatan (Tunggal,2008).

Beberapa ahli telah mendefinisikan akuntansi sosial ekonomi, antara lain: 1. Menurut Ahmed Belkaoui (1998) dalam Retno Anggraini (2006),

akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah proses pengurutan, pengukuran, dan pengungkapan pengaruh yang kuat dari pertukaran antara suatu perusahaan dan lingkungan sosialnya.

2. Menurut Haniffa, akuntansi sosial ekonomi (Rusmanto, 2004) adalah ekspresi dari tanggung jawab sosial perusahaan, melalui pengungkapan pelaporan aktivitas sosial perusahaan dapat menunjukkan apa yang telah mereka capai dan penuhi dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah alat yang berfungsi untuk mengidentifikasi, mengukur, dan menilai dampak sosial yang ditimbulkan oleh perusahaan, baik


(38)

stakeholder, yaitu stockholder, karyawan, masyarakat, pemasok dan pemerintah dalam bentuk pelaporan pertanggungjawaban sosial.

Akuntansi pertanggungjawaban sosial (Social Responsibility Accounting) merupakan proses seleksi variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur pengukuran, yang secara sistematis mengembangkan informasi yang bermanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik, baik di dalam maupun di luar perusahaan. Akuntansi pertanggungjwaban sosial dapat memberikan informasi mengenai sejauh mana organisasi atau perusahaan memberikan kontribusi positif maupun negatif terhadap kualitas hidup manusia dan lingkungannya

Pengungkapan secara sederhana dapat diartikan sebagai pengeluaran informasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengungkapan, yaitu: (1) untuk siapa informasi didisclosure?, (2) apa tujuan informasi tersebut?, (3) berapa banyak informasi yang harus didisclosure? (Hendriksen, 2001).

Adequate disclosure mengandung arti disclosure yang minimal harus ada sehingga laporan tidak menyesatkan. Fair disclosure menyatakan tujuan-tujuan etis untuk memberikan perlakuan yang sama bagi semua pembaca potensial. Full disclosure berarti penyajian semua informasi yang relevan. Bagi beberapa orang, full disclosure berarti penyajian informasi secara melimpah, sehingga disclosure menjadi tidak tepat. Informasi yang terlalu melimpah akan menyembunyikan informasi yang penting dan membuat laporan keuangan diintepretasikan. Namun demikian, disclosure yang tepat


(39)

atas informasi yang penting bagi investor dan pemakai laporan lainnya harus disajikan dengan adequate, fair, full. Tidak ada perbedaan riil di antara ketiga konsep tersebut bila mereka digunakan dalam konteks yang tepat (Sudarmadji, 2007).

B. Prinsip, Model, dan Tipe Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, yaitu profit, people dan planet. (Porter, 2002: 5 dalam Majalah Bisnis dan CSR, 2008).

1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia. Beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi warga setempat.

3. Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengembangan pariwisata (ekoturisme).


(40)

Sedikitnya ada empat model atau pola tanggung jawab sosial perusahaan yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu (Majalah Bisnis dan CSR, 2008):

1. Keterlibatan langsung.

Perusahaan menjalankan program CSR secara langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.

2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan.

Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan diantaranya adalah Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund.

3. Bermitra dengan pihak lain.

Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/LSM), instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam


(41)

melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes, Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa (DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar).

4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium.

Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga social yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati bersama.

Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan mulai dari menentukan populasi atau kelompok sasaran, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kelompok sasaran, merancang program kegiatan dan cara-cara pelaksanaannya, menentukan sumber pendanaan, menentukan dan mengajak pihak-pihak yang akan dilibatkan, melaksanakan kegiatan atau mengimplementasikan program, hingga memonitor dan mengevaluasi kegiatan.


(42)

Karlina (2009:21) Kegiatan-kegiatan pemberdayaan biasanya dilakukan secara berkelompok dan terorganisir dengan melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan pelatihan keterampilan hidup (life skills), ekonomi produktif, perawatan sosial, penyadaran dan pengubahan sikap dan perilaku; advokasi: pendampingan dan pembelaan hak-hak klien; aksi sosial: sosialisasi, kampanye, demonstrasi, kolaborasi, kontes; atau pengubahan kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan kelompok sasaran.

Berbeda dengan kegiatan bantuan sosial karitatif yang dicirikan oleh adanya hubungan “patron-klien” yang tidak seimbang, maka pemberdayaan masyarakat dalam program Community Development didasari oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis dan emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip sebagai berikut:

1. Bekerja bersama berperan setara.

2. Membantu rakyat agar mereka bisa membantu dirinya sendiri dan orang lain.

3. Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam.

4. Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya.

C. Alasan Pengungkapan Sosial

Desakan dunia internasional agar manajemen perusahaan memberikan perhatian yang lebih besar terhadap konsekuensi-konsekuensi sosial lingkungan dalam proses pengambilan keputusan bisnis telah muncul sejak


(43)

dekade 1960-an. Tekanan-tekanan tersebut mendorong munculnya sejumlah usulan yang bertujuan untuk mengembangakan dan mengaplikasian metode-metode pengukuran dan penilaian akuntansi, dan pengendalian kinerja sosial lingkungan perusahaan yang lebih baik dengan memperhatikan masalah-masalah yang menjadi perhatian publik (Hackston dan Milne, 1996 dalam Retno Anggraini, 2006:10). Salah satu usulan yang diajukan adalah bahwa profesi akuntansi perlu pengembangan kapasitas akuntansi (accounting capacity) yaitu teori-teori, kriteria dan metologi untuk mengukur dan melaporkan beberapa aspek kinerja sosial perusahaan. Tujuanya adalah agar perusahan- perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi yang berkenaan dengan masalah-masalah kinerja sosial ekologis mereka kepada publik.

Pengungkapan kinerja sosial pada laporan tahunan perusahaan seringkali dilakukan secara sukarela oleh perusahaan. Menurut Henderson dan Peirson, adapun alasan-alasan perusahaan mengungkapan kinerja sosial secara sukalera (Henny dan Murtanto, 2001:27) antara lain:

1. Internal decision making: manajemen membutuhkan informasi untuk

menentukan efektivitas dari informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan sosial perusahaan. Data harus tersedia agar biaya dari pengungkapan tersebut dapat diperbandingkan dengan manfaatnya bagi perusahaan. Walaupun hal ini sulit diidentifikasi dan diukur namun analisis secara sederhana lebih baik daripada tidak sama sekali.


(44)

2. Product differentiation: manajer dari perusahaan yang bertanggung jawab secara sosial memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat.

3. Enlightened self interest: perusahaan melakukan pengungkapan untuk menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder yang terdiri dari stockholder, kreditor, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah dan masyarakat karena dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham perusahaan.

Menurut Mathews dan Perera (Rusmanto, 2004: 83) terdapat beberapa alasan perusahaan mencantumkan kegiatan sosial mereka dalam laporan keuangan, antara lain ialah:

1. Mencoba mempengaruhi pasar modal

2. Sebagai wujud dari kontrak sosial antara perusahaan dan masyarakat, dan 3. Pelaksanaan legistimasi organisasi

D. Cara Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian Sueb (2001: 28), pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan khususnya perusahaan publik di Indonesia menggunakan media yang berbeda-beda. Kelompok biaya sosial dan pengungkapan yang paling banyak dipilih perusahaan adalah: 1) penyajian biaya pengelolaan lingkungan di dalam prospectus, 2) biaya kesejahteraan pegawai yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan tahunan, 3) biaya untuk masyarakat disekitar perusahaan yang disajikan dalam laporan


(45)

keuangan, dan 4) biaya pemantauan produk yang disajikan dalam catatan atas laporan keuangan.

Lebih lanjut penulis tersebut juga menyatakan bahwa bervariasinya cara memilih media pengungkapan tanggung jawan sosial perusahaan nampaknya didasarkan pada kelaziman dan untuk kepentingan tertentu. Seperti pengungkapan biaya pengelolaan lingkungan, lebih banyak perusahaan yang memilih laporan prospectus, karena laporan prospectus ini biasa digunakan sebagai ajang propaganda pada saat perusahaan menjual saham perdananya di bursa efek. Pengungkapan tersebut minimal memberikan kesan bahwa perusahaan sudah memiliki kepedulian di dalam pengelolaan lingkungan. Diharapkan dengan adanya pengungkapan dapat menarik para calon investor agar tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Pengungkapan tanggung jawab social perusahaan mengenai kesejahteraan pegawai, masyarakat di luar perusahaan, biaya pemantauan produksi memilih media pengungkapan melalui laporan tahunan dan catatan atas laporan keuangan.

Penyebab lain yang mengakibatkan ketidakseragaman cara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan tersebut, karena belum adanya aturan yang jelas mengenai cara penyajiannya maupun komponen-komponen yang termasuk biaya sosial tersebut. Akibatnya masing-masing perusahaan mempunyai cara dan kebijakan masing-masing mengenai pengeluaran yang menyangkut biaya sosial ini.


(46)

Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal dan Ahmed dalam Retno Anggraini (2006:22) mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu sebagai berikut:

1. Lingkungan

Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi, pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan, konservasi alam, dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.

2. Energi

Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi, dan lain-lain.

3. Praktik bisnis yang wajar

Meliputi pemberdayaan terhadap minoritas dan perempuan, dukungan terhadap usaha minoritas, tanggung jawab sosial.

4. Sumber daya manusia

Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas di dalam suatu komunitas. Aktivitas tersebut antara lain, program pelatihan dan peningkatan ketrampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang


(47)

memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja, pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dan lain-lain.

5. Produk

Meliputi keamanan, pengurangan polusi, dan lain-lain.

Berikut disajikan beberapa poin-poin yang diungkapkan oleh perusahaan dalam rangka memenuhi full disclosure dalam tabel cheklist item.

Tabel 2.1 Checklist Item

Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan KATEGORI (Total 78)

Lingkungan

1. Pengendalian polusi kegiatan operasi; pengeluran riset dan pengembangan untuk pengurangan polusi

2. Pernyataan yang menunjukkan bahwa operasi perusahaan tidak mengakibatkan polusi atau memenuhi ketentuan hukum dan peraturan polusi

3. Pernyataan yang menunjukkan bahwa polusi operasi telah atau akan dikurangi

4. Pencegahan atau perbaikan kerusakan lingkungan akibat pengolahan sumber alam, misalnya, reklamasi daratan atau reboisasi

5. Konservasi sumber alam, misalnya mendaur ulang kaca, besi , minyak, air dan kertas

6. Penggunaan material daur ulang

7. Menerima penghargaan berkaitan dengan program lingkungan yang dibuat perusahaan

8. Merancang fasilitas yang harmonis dengan lingkungan 9. Kontribusi dalam seni yang bertujuan untuk memperindah

lingkungan

10. Kontribusi dalam pemugaran bangungan sejarah 11. Pengolahan limbah

12. Mempelajari dampak lingkungan untuk memonitor dampak lingkungan perusahaan

13. Perlindungan lingkungan hidup Energi

1. Menggunakan energi secarea lebih efisien dalam kegiatan operasi 2. Memanfaatkan barang bekas untuk memproduksi energi

3. Penghematan energi sebagai hasil produk daur ulang

4. Membahas upaya perusahaan dalam mengurangi konsumi energi Tabel ini berlanjut


(48)

Tabel 2. 1 (lanjutan)

5. Peningkatan efisiensi energi dari produk

6. Riset yang mengarah pada peningkatan efisiensi energi dari produk 7. Kebijakan energi perusahaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja

1. Mengurangi polusi, iritasi, atau risik dalam lingkungan kerja

2. Mempromosikan keselamatan tenaga kerja dan kesehatan fisik atau mental

3. Statistik kecelakaan kerja

4. Mentaati peraturan standar kesehatan dan keselamatan kerja 5. Menerima penghargaan berkaitan dengan keselamatan kerja 6. Menetapkan suatu komite keselamatan kerja

7. Melaksanakan riset untuk meningkatkan keselamatan kerja 8. Pelayanan kesehatan tenaga kerja

Lain-lain Tenaga Kerja

1. Perekrutan atau memanfaatkan tenaga kerja wanita/orang cacat 2. Persentase/jumlah tenaga kerja wanita/orang cacat dalam tingkat

managerial

3. Tujuan penggunaan tenaga kerja wanita/orang cacat dalam pekerjaan 4. Program untuk kemajuan tenaga kerja wanita/orang cacat

5. Pelatihan tenaga kerja melalui program tertentu di tempat kerja 6. Memberi bantuan keuangan pada tenaga kerja dalam bidang

pendidikan

7. Mendirikan suatu pusat pelatihan tenaga kerja

8. Bantuan atau bimbingan untuk tenaga kerja yang dalam proses mengundurkan diri atau yang telah membuat kesalahan

9. Perencanaan kepemilikan rumah karyawan 10. Fasilitas untuk aktivitas rekreasi

11. Presentase gaji untuk pensiun

12. Kebijakan penggajian dalam perusahaan 13. Jumlah tenaga kerja dalam perusahaan 14. Tingkatan managerial yang ada

15. Disposisi staff, dimana staff ditempatkan

16. Jumlah staff, masa kerja dan kelompok usia mereka 17. Statistik tenaga kerja, misal: penjualan per tenaga kerja 18. Kualifikasi tenaga kerja yang direkrut

19. Rencana kepemilikan saham oleh tenaga kerja


(49)

Tabel 2. 1 (lanjutan)

20. Rencana pembagian keuntungan lain

21. Informasi hubungan manajemen dengan tenaga kerja dalam meningkatkan kepuasan dan motivasi kerja

22. Informasi stabilitas pekerjaan tenaga kerja dan masa depan peruahaan

23. Laporan tenaga kerja yang terpisah

24. Hubungan perusahaan dengan serikat buruh 25. Gangguan dan aksi tenaga kerja

26. Informasi bagaimana aksi tenaga kerja dinegosiasikan 27. Kondisi kerja secara umum

28. Reorganisasi perusahaan yang mempengaruhi tenaga kerja 29. Statistik perputaran tenaga kerja

Produk

1. Pengembangan produk perusahaan, termasuk pengemasannya 2. Gambaran pengeluaran riset dan pengembangan produk 3. Informasi proyek riset perusahaan untuk memperbaiki produk 4. Produk memenuhi standar keselamatan

5. Membuat produk lebih aman untuk konsumen

6. Melaksanakan riset atas tingkat keselamatan produk perusahaan 7. Peningkatan kebersihan/kesehatan dalam pengolahan dan penyiapan

produk

8. Informasi atas keselamatan produk perusahaan

9. Informasi mutu produk yang dicerminkan dalam penerimaan penghargaan

10. Informasi yang dapat diverifikasi bahwa mutu produk telah meningkat (misalnya ISO 9000)

Keterlibatan Masyarakat

1. Sumbangan tunai, produk, pelayanan untuk mendukung aktivitas masyarakat, pendidikan dan seni

2. Tenaga kerja paruh waktu dari mahasiswa/pelajar 3. Sebagai sponsor untuk proyek kesehatan masyarakat 4. Membantu riset medis

5. Sponsor untuk konferensi pendidikan, seminar atau pameran seni 6. Membiayai program beasiswa

7. Membuka fasilitas perusahaan untuk masyarakat 8. Sponsor kampanye nasional

9. Mendukung pengembangan industri lokal


(50)

Tabel 2. 1 (lanjutan) Umum

1. Tujuan/kebijakan perusahaan secara umum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat

2. Informasi berhubungan dengan tanggung jawab sosial perusahaan selain yang disebutkan di atas

Sumber: Yosefa Sayekti (2007)

E. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Laporan Keuangan

Hendriksen (1991:203) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008:7) mendefinisikan pengungkapan (disclosure) sebagai penyajian sejumlah informasi yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara optimal pasar modal yang efisien. Pengungkapan ada yang bersifat wajib (mandatory) yaitu pengungkapan informasi wajib dilakukan oleh perusahaan yang didasarkan pada peraturan atau standar tertentu, dan ada yang bersifat sukarela (voluntary) yang merupakan pengungkapan informasi melebihi persyaratan minimum dari paraturan yang berlaku.

Gray et. al mengelompokkan teori yang dipergunakan oleh para peneliti untuk menjelaskan kecendrungan pengungkapan sosial ke dalam tiga kelompok (Henny dan Murtanto, 2001 dalam jurnal Media Riset Akuntansi Auditing dan Informasi Vol. 2) yaitu:

1. Decision usefullness studies: pengungkapan sosial dilakukan karena informasi tersebut dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan dan ditempatkan pada posisi yang moderatly important.


(51)

2. Economy theory studies: sebagai agen dari suatu prinsipal yang mewakili seluruh intrest group perusahaan, pihak manajemen melakukan pengungkapan sosial sebagai upaya untuk memenuhi tuntutan publik. 3. Social and political theory studies: pengungkapan sosial dilakukan sebagai

reaksi terhadap tekanan-tekanan dari lingkungannya agar perusahaan merasa eksistensi dan aktifitasnya terlegitimasi.

Terdapat beberapa paradigma yang menimbulkan kecendrungan perusahaan untuk mengungkapkan tanggung jawab sosialnya, antara lain: 1. Kecenderungan Terhadap Kesejahteraan Sosial

Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa kelangsungan hidup manusia, kesejaterahan masyarakat hanya dapat lahir dari sikap kerjasama antar unit-unit masyarakat itu sendiri. Sehingga timbulah kesadaran dan kebutuhan pertanggungjawaban sosial perusahaan terhadap lingkungan sosialnya.

2. Kecendrungan Terhadap Kesadaran Lingkungan

Kecendrungan ini berdasarkan kenyataan bahwa manusia adalah makhluk di antara bermacam-macam makhluk yang mendiami bumi yang saling mempunyai keterkaitan dan sebab akibat serta dibatasi oleh sifat keterbatasan dunia itu sendiri, baik sosial, ekonomi, dan politik. Akibat semakin meningkatnya kesadaran perusahaan terhadap kenyataan tersebut, sehingga timbul kebutuhan tentang perlunya melakukan pertanggungjawaban sosial kepada stakeholder.


(52)

3. Perspektif Ekosistem

Dalam perspektif ini perusahaan sadar bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan akan menimbulkan dampak bagi ekosistem yang berada di sekitarnya.

4. Ekonomisasi vs Sosialisasi

Ekonomi mengarahkan perhatian hanya kepada kepuasan individual sebagai unit yang selalu mempertimbangkan cost dan benefit tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Sebaliknya, sosialis menfokuskan perhatiannya terhadap kepentingan sosial dan selalu memperhatikan efek sosial yang ditimbulkan oleh kegiatannya.

Pengungkapan sosial ini harus menggambarkan bagaimana perusahaan menciptakan nilai dalam konteks yang lebih luas seperti pengembangan komunitas. Dimensi sosial dari triple bottom line reporting mencakup hal-hal seperti, informasi mengenai kesegeragaman jenis dan gender, buruh anak, jam kerja ,upah buruh, maslah hak asasi manusia, keamanan karyawan dan investasi sosial. Dimensi lingkungan hidup mencakup informasi mengenai dampak produk terhadap lingkungan, emisi dan limbah serta perubahan iklim. Dengan keterbukaan ini perusahaan menciptakan suasana kepercayaan dengan para stakeholder sehingga apabila terjadi krisis di masa mendatang perusahaan telah mempunyai “tabungan” kepercayaan yang memungkinkan perusahaan untuk mengarungi krisis dengan selamat tanpa terganggu reputasinya.

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering disebut juga sebagai corporate social responsibility (CSR) merupakan proses


(53)

pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara keseluruhan (Hackston dan Milne, 1996 dalam Retno Anggraini, 2006). Dalam kegiatan operasinya, perusahaan sering menimbulkan masalah pada lingkungan dan masyarakat seperti masalah sosial, polusi, sumber daya, limbah. Ada dua pendekatan yang secara signifikan berbeda dalam melakukan penelitian tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Pertama, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan mungkin diperlakukan sebagai suatu suplemen dari aktivitas akuntansi konvensional. Pendekatan ini secara umum akan menganggap masyarakat sebagai pemakai utama pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan cenderung membatasi persepsi tentang tanggung jawab sosial yang dilaporkan. Pendekatan alternatif kedua yaitu dengan meletakkan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan pada suatu pengujian peran informasi dalam hubungan masyarakat dan organisasi. Pandangan yang lebih luas ini telah menjadi sumber utama kemajuan dalam pemahaman tentang pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dan sekaligus merupakan sumber kritik yang utama terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Retno Anggraini, 2006).

Perusahaan yang mengedepankan sustainability tentu akan menterjemahkan prinsip sustainability kedalam strategi dan operasi perusahaan, sehingga faktor-faktor yang mendatangkan value bagi perusahaan dapat juga menjadi bahan masukan dalam rangka pengambilan keputusan oleh


(54)

investor. Dengan pengungkapan sosial ini diharapkan investor dapat pemahaman yang lebih baik mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan value yang pada giliranya akan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka memaksimalkan kemakmurannya. Hasil akhirnya adalah meningkatkan kepercayaan investor bahwa ia telah menanamkan ke tempat yang tepat sehingga pasar modal menjadi tidak gampang bergejolak, cost of capital menurun, dan proses alokasi sumberdana dan ekonomi menjadi efisien dan efektif. Dimensi efektif dari pengungkapan ini mencakup tidak hanya sekedar laporan keuangan sebagaimana dipersyaratkan oleh undang-undang.

Ada beberapa alasan yang mendukung dan menentang konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun alasan-alasan yang dikemukakan oleh para pendukung tanggung jawab sosial yaitu:

1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang hal ini sangat menguntungkan perusahaan. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan masyarakat yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.

2. Meningkatkan nama baik perusahaan, dan akan menimbulkan simpati klien, karyawan, investor dan lain-lain.

3. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat. Karena campur tangan pemerintah dianggap cenderung akan membatasi


(55)

peran perusahaan, sehingga jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat menghindari pembatasan kegiatan perusahaan. 4. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai

yang berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati masayarakat. Sesuai dengan keinginan pemegang saham, dalam hal ini publik.

5. Membantu kepentingan nasional dan lingkungan seperti konservasi alam, pemeliharaan barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja, dan lain-lain.

Menurut Dessy Amalia (2005: 27) alasan-alasan yang dikemukakan oleh para penentang pengungkapan tanggung jawab sosial antara lain adalah: 1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utamanya dalam mencari

laba.

2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau politik yang sebenarnya bukan bagian dari pekerjaan dan bidangnya. 3. Keterlibatan sosial membutuhkan dana dan tenaga yang cukup besar,

keterlibatan pada kegiatan sosial yang demikian kompleks, sehingga memerlukan tenaga dan para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.

F. Kinerja Keuangan Perbankan

Kinerja merupakan ukuran-ukuran keefisienan dan keefektifan suatu perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan itu sendiri. Ukuran kinerja pada perusahaa umumnya diukur berdasarkan kinerja keuangannya.


(56)

Menurut Stoner (1995) dalam Lindrawati et. al (2008: 7), pengertian kinerja adalah:

“Ukuran seberapa efisien dan efektif seorang manajer atau sebuah perusahaan, seberapa baik manajer atau perusahaan tersebut mencapai tujuan yang memadai”.

Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu dilibatkan analisis dampak keuangan kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan ukuran komparatif.

Menurut Bringham dan Houston (1998) dalam Januarti dan Apriyanti (2005: 7) Pengukuran kinerja keuangan dapat dilakukan dengan analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan atau kinerja perusahaan. Rasio keuangan dirancang untuk mengevaluasi laporan keuangan, yang berisi data tentang posisi perusahaan pada suatu titik dan operasi perusahaan pada masa lalu. Nilai nyata laporan keuangan terletak pada fakta bahwa laporan keuangan dapat digunakan untuk membantu memperkirakan pendapatan dan dividen pada masa yang akan datang. Analisis laporan keuangan merupakan permulaan masa depan bila dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan bagi manajemen bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi mendatang dan menjadi titik awal perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian mendatang.

Menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005: 25) untuk menilai kinerja keuangan perbankan, umumnya digunakan penilaian rasio keuangan CAMEL. Dalam kamus Perbankan (Institut Bankir Indonesia) 1999, CAMEL adalah


(57)

aspek yang paling banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank yang mempengaruhi pula tingkat kesehatan bank, rasio keuangan CAMEL merupakan tolak ukur yang menjadi objek pemeriksaaan yang dilakukan oleh pengawas bank. CAMEL terdiri atas lima aspek penilaian yaitu capital (modal), assets (aktiva), management (manajemen), earnigs (pendapatan), dan liquidity (likuiditas). Empat dari kelima aspek tersebut masing-masing modal, aktiva, pendapatan, dan likuiditas dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai kondisi keuangan perusahaan perbankan. Bahkan lebih dari itu, rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi laba perusahaan. Keadaan kinerja keuangan perbankan sangat penting untuk mengetahui sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajemen di segala aspek. Dengan adanya kinerja yang baik maka para investor dan pihak lain di luar perbankan tidak akan ragu-ragu untuk menanamkan investasinya kepada bank-bank yang bersangkutan (Almilia dan Herdiningtyas, 2005: 25).

Menurut Sembiring (2003: 3) kinerja keuangan umumnya diwakili oleh berbagai variabel seperti (1) return pemegang saham, (2) rasio return terhadap asset, modal sendiri, penjualan dan modal, (3) pendapatan perlembar saham, (4) ukuran pendapatan dan (5) ukuran price-earning ratio. Ada juga penelitian yang menggunakan risiko sistematis pasar, umur perusahaan, atau tingkat perputaran asset. Hasil yang ditemukan menunjukkan adanya korelasi positif, tidak ada korelasi, korelasi berbentuk U dan korelasi semu.


(58)

Hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dan kinerja ekonomi telah menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak, sehingga timbullah berbagai pokok pikiran yang menghasilkan prediksi yang berbeda-beda. Herremans et. al (1993) dalam Januarti dan Apriyanti (2005: 25) menyebutkan beberapa pokok pikiran mengenai hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan dengan kinerja ekonomi, antara lain :

1. Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional; berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, sehingga akan menurunkan profitabilitas.

2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan tanggung jawab sosial menghasilkan dampak netral (balance) terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisien yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut. 3. Pokok pikiran yang memprediksi bahwa tanggung jawab sosial perusahaan

berdampak positif terhadap profitabilitas.

Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial menurut Belkaoui dan Karpik (1989) dalam Sembiring (2003), paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba.

Dalam usaha untuk memahami hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan, ada beberapa studi empiris yang mengkhususkan pada pembahasan


(59)

mengenai hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan. Studi-studi ini secara keseluruhan memasukkan hubungan positif antara Corporate Sosial Responsibility. Beberapa pendapat menyatakan bahwa ada efek timbal balik dalam hubungan antara CSR dan kinerja keuangan, dimana perusahaan yang menghadirkan kinerja dengan baik biasanya mendukung CSR, dan perusahaan yang mengadopsi CSR biasanya menampilkan kinerja keuangan yang baik. Menurut Lindrawati et al., menunjukkan bahwa CSR berpengaruh signifikan terhadap ROI dan perusahaan yang menerapkan CSR tetap dapat menampilkan kinerja keuangannya. Hilman dan Keim (2001) serta Waddck dan Graves (1997) dalam Lindrawati et al (2008), menemukan bahwa meningkatkan CSR berakibat pada kinerja keuangan yang lebih baik dan kinerja keuangan yang kuat membuat perusahaan melakukan investasi CSR dan meningkatkan investasi CSRnya.

G. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar. Karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para profesional. Para profesional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin, 2008: 9).


(60)

Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008:4) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut di jual.

Morck dkk (1998), Mc Connell dan Servaes (1990), Steiner (1996), Cho (1998), Itturiaga dan Sanz (1998), Mark dan Li (2000) dalam Suranta dan Machfoedz (2003) menyatakan bahwa hubungan struktur kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan merupakan hubungan non-monotonik. Hubungan non-monotonik antara kepemilikan manajerial dan nilai perusahaan di sebabkan adanya insentif yang dimiliki oleh manajer dan mereka cenderung berusaha untuk melakukan pensejajaran kepentingan dengan outside owners dengan cara meningkatkan kepemilikan saham mereka jika nilai perusahaan yang berasal dari investasi meningkat. Wennerfield dkk (1988) di dalam Suranta dan Machfoedz (2003) menyimpulkan bahwa Tobin’s Q dapat digunakan sebagai alat ukur dalam menentukan kinerja perusahaan.

Salah satu alternatif yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin (1967). Rasio ini merupakan konsep yang berharga karena menunjukkan estimasi pasar keuangan saat ini tentang nilai hasil pengembalian dari setiap dolar investasi inkremental. Jika rasio-q diatas satu,


(1)

Non Perfoming Loan (NPL)

No.

Kode Emiten

2007

2008

2009

1

INPC

2,55%

2,70%

2,83%

2

BBAP

6,10%

5,64%

4,57%

3

BBCA

0,80%

0,60%

0,70%

4

BDMN

4,10%

3,20%

3,30%

5

BNII

2,23%

2,00%

1,56%

6

BKSW

6,81%

4,08%

5,70%

7

BMRI

1,50%

1,10%

0,40%

8

MAYA

0,14%

2,07%

0,49%

9

MEGA

0,34%

0,45%

0,57%

10

BBNI

4,00%

1,70%

0,80%

11

NISP

2,12%

1,75%

2,14%

12

BBNP

1,48%

1,12%

1,81%

13

BNLI

1,50%

1,10%

1,50%

14

BBRI

13,45%

0,85%

1,08%

15

BSWD

1,95%

2,16%

1,82%

16

BVIC

0,20%

0,44%

0,03%

Return On Asset (ROA)

No.

Kode Emiten

2007

2008

2009

1

INPC

0,29%

0,34%

0,44%

2

BBAP

0,52%

0,09%

0,18%

3

BBCA

3,30%

3,40%

3,40%

4

BDMN

2,80%

2,30%

2,60%

5

BNII

0,68%

1,15%

0,20%

6

BKSW

0,35%

0,23%

0,30%

7

BMRI

2,30%

2,50%

3,00%

8

MAYA

1,46%

1,27%

0,90%

9

MEGA

2,33%

1,98%

1,77%

10

BBNI

0,90%

1,10%

1,70%

11

NISP

1,31%

1,54%

1,47%

12

BBNP

1,29%

1,17%

1,02%

13

BNLI

1,90%

1,70%

1,40%

14

BBRI

4,61%

4,18%

3,73%

15

BSWD

1,17%

2,53%

3,53%


(2)

Nilai Perusahaan (Tobin’s Q)

No.

Kode Emiten

2007

2008

2009

1

INPC

93,10% 32,00% 67,70%

2

BBAP

122,00% 61,40% 111,10%

3

BBCA

440,20% 344,20% 429,30%

4

BDMN

360,40% 140,80% 240,10%

5

BNII

251,30% 362,70% 304,20%

6

BKSW

189,30% 247,80% 259,90%

7

BMRI

248,30% 138,60% 279,20%

8

MAYA

262,70% 452,80% 433,20%

9

MEGA

14,70% 16,40% 23,30%

10

BBNI

174,50% 67,20% 157,70%

11

NISP

155,40% 112,10% 112,40%

12

BBNP

153,60% 140,80% 111,60%

13

BNLI

173,90% 87,10% 126,30%

14

BBRI

469,00% 252,20% 346,10%

15

BSWD

223,80% 184,20% 172,20%


(3)

LAMPIRAN 3 : Hasil Perhitungan SPSS 16.0

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

NP 2.450000E1 13.9996201 48

CSR 2.450000E1 13.7790312 48

CAR 2.450000E1 13.9992401 48

NPL 2.450000E1 13.9973402 48

ROA 2.450000E1 13.9977202 48

Correlations

NP CSR CAR NPL ROA

Pearson Correlation NP 1.000 .442 .327 .122 .304

CSR .442 1.000 .099 .096 .386

CAR .327 .099 1.000 -.228 .315

NPL .122 .096 -.228 1.000 -.359

ROA .304 .386 .315 -.359 1.000

Sig. (1-tailed) NP . .001 .012 .205 .018

CSR .001 . .252 .258 .003

CAR .012 .252 . .059 .015

NPL .205 .258 .059 . .006

ROA .018 .003 .015 .006 .

N NP 48 48 48 48 48

CSR 48 48 48 48 48

CAR 48 48 48 48 48

NPL 48 48 48 48 48

ROA 48 48 48 48 48

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .563a .317 .254 12.0934531 2.166

a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2922.681 4 730.670 4.996 .002a

Residual 6288.819 43 146.252

Total 9211.500 47

a. Predictors: (Constant), ROA, CAR, NPL, CSR b. Dependent Variable: NP


(4)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.124 6.453 -.019 .985

CSR .336 .144 .330 2.327 .025 .788 1.270

CAR .292 .134 .292 2.183 .035 .886 1.129

NPL .215 .142 .215 1.519 .136 .793 1.261

ROA .162 .155 .162 1.043 .303 .657 1.522

a. Dependent Variable: NP


(5)

(6)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

CSR CAR NPL ROA NP

N 48 48 48 48 48

Normal Parametersa Mean 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1 2.450000E1

Std.

Deviation 1.3779031E1 1.3999240E1 1.3997340E1 1.3997720E1 1.3999620E1 Most Extreme

Differences

Absolute .183 .071 .073 .075 .065

Positive .109 .071 .073 .075 .065

Negative -.183 -.065 -.065 -.075 -.065

Kolmogorov-Smirnov Z 1.269 .489 .509 .520 .451

Asymp. Sig. (2-tailed) .080 .971 .958 .950 .987


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 110 125

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 42 90

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 77 128

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 28 102

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 43 102

Kinerja Sosial Perusahaan BUMN dan BUMS Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

5 63 113

Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 56 91

Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial pada Perusahaan Perbankan dan Lembaga Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 72 97

Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan Real Estate dan Property yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3 53 98

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

0 1 16